Arkan berdiri di sudut koridor sekolah yang sepi, matanya menyipit menatap Berliana yang berdiri di hadapannya. Mereka berdua sengaja mencari tempat tersembunyi untuk berbicara tanpa gangguan. Arkan tahu bahwa untuk melancarkan rencananya, dia perlu menyampaikan informasi ini secara hati-hati, memastikan Berliana benar-benar terpancing oleh rasa penasaran dan kecurigaannya.
"Berli," ucap Arkan dengan nada rendah namun tegas. "Gue mau ngajak lo ke klub malam ini."
Berliana mengerutkan dahi, jelas merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan ajakan itu. "Ke klub? Buat apa?" tanyanya, nada suaranya menunjukkan campuran antara rasa penasaran dan kewaspadaan.
Arkan menyeringai tipis, matanya memandang langsung ke mata Berliana dengan tatapan yang tajam dan penuh arti. "Gue mau tunjukin sesuatu yang lo pasti nggak pernah tau tentang Natasya," jawabnya sembari melipat kedua tangannya di dada, menunjukkan bahwa dia tidak sedang main-main.
Berliana terdiam sejenak, mencoba mencerna maksud dari ucapan Arkan. "Rahasia apa?" tanyanya, suaranya agak ragu, tetapi rasa ingin tahunya mulai membuncah, merayap masuk ke dalam benaknya.
Arkan menghela napas panjang, seolah mempertimbangkan apakah akan mengungkapkan lebih banyak informasi atau tidak. "Rahasia yang nggak bakal lo percaya kalo cuma gue omongin di sini. Lo harus lihat sendiri untuk bisa percaya," jawabnya, tetap menjaga nada misterius yang sengaja ia mainkan.
Berliana mengangkat alisnya, jelas tidak puas dengan jawaban itu. "Lo serius?" tanyanya lagi, ingin memastikan bahwa Arkan tidak sedang mempermainkannya.
Arkan hanya mengangguk, senyum miringnya semakin melebar. "Gue nggak main-main, Ber. Kalo lo bener-bener mau tau siapa Natasya sebenarnya, lo harus ikut gue malam ini," katanya dengan nada yang semakin serius, membuat Berliana merasa bahwa dia tidak punya banyak pilihan selain menerima tawaran itu.
Berliana menimbang-nimbang sejenak. Rasa penasaran yang terus tumbuh dalam dirinya akhirnya mengalahkan keraguannya. "Oke, gue ikut. Tapi kalo ini cuma akal-akalan lo buat ngerjain gue, gue nggak bakal tinggal diam," katanya dengan nada yang sedikit mengancam.
Arkan mengangkat bahu, tidak terpengaruh oleh ancaman itu. "Santai aja, gue nggak ada niat buat ngerjain lo. Lo bakal lihat sendiri nanti," balasnya, lalu ia melirik ke arah ujung koridor, merasa bahwa pembicaraan ini sudah cukup.
Namun, sebelum mereka sempat melanjutkan percakapan, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki ringan mendekat. Keduanya menoleh dan melihat Natasya berjalan dengan anggun mendekati mereka, wajahnya dihiasi senyum manis yang tampak begitu tulus. Di sampingnya, seorang lelaki dengan postur tegap dan wajah tampan mengikuti di belakangnya.
Arkan langsung merasakan jantungnya berdetak lebih cepat saat menyadari siapa lelaki itu. 'Oh shit man, Alden, anjing!' pikirnya, panik sejenak sebelum segera menormalkan ekspresinya.
Natasya tersenyum lembut ke arah Berliana. "Berliana, sayang! Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya dengan nada lembut yang membuat Arkan mual.
Berliana tersenyum kembali, meski dalam hatinya ada rasa was-was yang perlahan merayap masuk setelah percakapannya dengan Arkan. "Aku cuma ngobrol sama Reyhan, nggak ada yang penting," jawabnya, mencoba terdengar biasa saja.
Arkan menatap Natasya dengan tatapan datar, berusaha menyembunyikan rasa jijik yang perlahan muncul di dalam dirinya. Namun, perhatian Arkan segera beralih ke Alden, lelaki yang sekarang sedang menatapnya dengan pandangan curiga. Mereka saling menatap selama beberapa detik, dan jantung Arkan mulai berdegup lebih cepat, tapi bukan karena cinta, melainkan karena perasaan tidak nyaman yang tiba-tiba menyergapnya.
'Jantung gue dag dig dug tapi bukan jatuh love,' pikir Arkan dengan getir, merasa situasi ini mulai membuatnya semakin tertekan.
Berliana, yang memperhatikan perubahan ekspresi Arkan, segera bertanya dengan nada heran. "Lo kenapa bocah?" tanyanya, tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN | Transmigration Of The Novelist
Teen FictionJangan dibaca kocak, gue yang nulis aja gak paham ama yang gue tulis sendiri bjirt. Entah ini karma atau memang sudah ditakdirkan, Arkan, seorang novelis ternama tiba-tiba saja bertransmigrasi dan memasuki novel yang ia buat sendiri. Menjadi seorang...