Arkan menatap sekelilingnya dengan tatapan datar, mencoba mengingat-ingat siapa orang yang baru saja berteriak. "Andreas?" gumamnya pelan, telunjuknya mengetuk-ngetuk dagunya, berpikir keras.
"Andreas... Nah, inget gue! Andreas Jonathan Aldebaran. Harem cowoknya Natasya yang ketiga, ya, gue inget," Arkan menggumam dengan nada malas, tapi puas karena ingatannya kembali.
Fikri, yang berada di sampingnya, menatapnya dengan bingung. "Lo kenapa, Rey?" tanyanya, sedikit khawatir melihat Arkan tiba-tiba melamun.
"Hah? Nggak kenapa-napa kok," jawab Arkan cepat, tidak ingin membahas lebih jauh. "Andreas Jonathan Aldebaran," pikirnya lagi, mencoba mencerna kenangan dari novel yang ia tulis. Anak tunggal dari keluarga Aldebaran, menjabat sebagai seksi kebudayaan di OSIS. Dalam novel, dia adalah harem ketiga Natasya, tapi jarang muncul karena Arkan lebih memprioritaskan Alden, harem pertama.
Suara keras mengalihkan perhatian Arkan. "ELLA!!" teriak Daniel, yang tiba-tiba menampar Gabriella dengan keras.
Arkan memutar kepalanya cepat ke arah sumber suara. "Di scene ini, Ella bakal nangis karena kakaknya lebih milih Nata," gumamnya dengan nada yang mengandung sedikit rasa kasihan.
"Lo apa-apaan sih?! Tiap hari lo mesti ganggu Nata mulu!" Daniel menatap Gabriella dengan kemarahan yang sulit disembunyikan.
"Kak, hiks udah... Kasihan Ella, Kak," ucap Natasya dengan suara manis, mencoba menenangkan Daniel yang tampak emosi. Arkan menonton dengan penuh perhatian, tapi tetap dengan sikap dinginnya.
Daniel mengalihkan perhatiannya ke arah Natasya, dan seketika wajahnya melunak. "Itu hukuman buat Ella. Dia yang salah, jadi harus dihukum," jawabnya, membenarkan tindakannya.
Natasya menggelengkan kepalanya dengan imut. "Nggak, Kak! Ella luka-luka, kasihan," ucapnya dengan nada penuh perhatian, sembari menatap Gabriella yang tampak tertunduk lemas.
"Biarin aja," Daniel membalas dengan santai, sementara tangannya mengelus rambut Natasya dengan lembut. "Lagian gara-gara dia, kamu jadi begini."
Andreas, yang sedari tadi berdiri di dekat mereka, ikut menambahkan, "Iya tuh sayang, biarin aja. Gara-gara dia, kamu terluka," ujarnya dengan nada sedih, matanya menatap luka cakaran di tangan Natasya.
Natasya tersenyum lemah ke arah Andreas. "Ini nggak papa kok, Andre...," jawabnya, menenangkan Andreas. Dia lalu menatap Gabriella dengan ekspresi polos. "Ella, nggak papa kan?"
Gabriella, yang merasa semakin tersudut, akhirnya meledak. "Lo nggak usah sok peduli ama gue, ya!" teriaknya, air mata mulai mengalir di pipinya.
Cassandra, yang berdiri di samping Gabriella, ikut menyambar dengan nada penuh kebencian. "Bener tuh! Sok banget jadi orang," ucapnya, menatap Natasya dengan penuh kebencian.
"Gara-gara lo, Ella jadi dimarahin abangnya!" seru Crista, lalu dengan kasar mendorong Natasya.
Natasya hampir terjatuh, tapi Daniel dengan cepat menangkapnya. "Udah girls, kita pergi," ujar Cassandra dengan dingin, lalu mereka semua pergi meninggalkan tempat itu.
Natasya kini memasang wajah penuh kesedihan. Mata berkaca-kacanya dengan perlahan mengeluarkan air mata, membuat penampilannya semakin memprihatinkan.
"Hiks... Pada hiks hal, Nata takut hiks Ella kenapa-napa hiks kok hiks Ella malah hiks marah ama Nata? Hiks..." Natasya menatap Andreas dengan wajah penuh air mata, menambah kesan drama yang sudah memuncak.
Daniel dengan lembut menyentuh bahu Natasya. "Udah, nanti biar Ella kakak hukum," katanya dengan nada yang menenangkan.
Andreas, yang tidak tahan melihat Natasya menangis, mengusap air mata dari pipi Natasya. "Nata, hapus air matanya dulu dong," katanya lembut.
"Jangan nangis dong sayang, nanti cantiknya hilang loh," Berliana menambahkan sembari tersenyum lembut ke arah Natasya.
"Cih! Drama," gumam Arkan pelan, merasa muak dengan apa yang baru saja terjadi. Tanpa berkata lagi, dia berbalik dan berjalan pergi dari tempat drama sialan itu, yang lebih sialnya itu adalah hasil karyanya sendiri, rasa muak di dalam dirinya tak dapat ia tahan lagi.
"Ella di mana ya? Gue kepikiran hal yang menarik kali ini," gumam Arkan, mencoba mencari sosok Gabriella yang kini telah pergi bersama teman-temannya. Ia memutuskan untuk pergi ke taman, tempat di mana biasanya Gabriella suka menenangkan diri setelah insiden seperti ini.
Namun, saat ia berjalan dengan tenang menuju taman, langkahnya terhenti oleh segerombolan anak laki-laki yang ia kenal dengan sangat baik.
"Reyhan~" panggil salah satu dari mereka dengan nada mengejek, seorang laki-laki yang mengenakan anting di telinganya.
"Bajingan!" bentak Arkan tiba-tiba, bukan karena ketakutan, tetapi lebih karena kejengkelan. Dia sudah tahu ke mana arah percakapan ini akan menuju.
Anak-anak itu tertawa kecil, tapi salah satu dari mereka langsung berubah serius setelah mendengar perkataan Arkan. "Kenapa lo nggak lihat Natasya tadi?"
Devan, yang awalnya tampak tenang, langsung panik mendengar nama Natasya. "Nata kenapa?!"
Arkan memutar bola matanya, merasa ini adalah pertanyaan yang tidak perlu. "Oh, tadi berantem ama Ella," jawabnya dengan santai, seolah itu bukan hal besar.
Mendengar itu, Devan langsung berlari meninggalkan Arkan dan teman-temannya, tak peduli dengan apapun yang ada di sekelilingnya.
"Wah, tu bocah...," gumam salah satu dari mereka, takjub dengan reaksi Devan yang begitu cepat.
"Weh! Reyhan!" salah satu dari mereka memanggil, mencoba menghentikan Arkan.
Namun, Arkan hanya mengabaikannya, tetap fokus pada tujuannya. "Udah cok! Kena roasting lo nanti!" seru mereka, tapi Arkan tetap tak peduli.
Saat ia akhirnya sampai di taman, ia berhenti sejenak, memandang sekeliling dengan tajam. "Akhirnya, ketemu juga karakter antagonis gue," gumamnya dengan senyum miring, merasa ini adalah awal dari sesuatu yang menarik---setidaknya, lebih menarik dari drama sialan tadi.
....
828✓ gak tembus 1000 tapi nggak aoa-aoa, daripada di paksa terus jadi burik😹👍
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN | Transmigration Of The Novelist
Ficção AdolescenteJangan dibaca kocak, gue yang nulis aja gak paham ama yang gue tulis sendiri bjirt. Entah ini karma atau memang sudah ditakdirkan, Arkan, seorang novelis ternama tiba-tiba saja bertransmigrasi dan memasuki novel yang ia buat sendiri. Menjadi seorang...