.
---Change POV : Rangga Saputra---
((Sehari setelah kejadian invasi mall))
Tidak pernah dalam seumur hidupku aku gagal dalam sebuah misi, tapi itulah yang terjadi padaku sekarang.
*BRAAAAAAAGGGGKKKKKHHHH!!!!*
"DASAR BODOH KALIAN!!!" Bartuli yang mengetahui kegagalan kami mulai membentak dan memarahi kami, barang-barang yang ada di ruangan itu dibanting dan dihancurkan olehnya, tidak peduli benda apapun itu.
"Heghh......RANGGA...!!" Bartuli berteriak memanggil namaku sambil menunjukkan tatapannya yang menusuk.
"Apa kau ceritakan... apa yang terjadi??!?" tanya Bartuli. Akan tetapi, diriku hanya bisa diam sambil menunduk, tidak kuasa kutatap matanya.
"...WOEY!!!!" sekali lagi ia berteriak di depan wajahku, memaksaku untuk bersuara.
"Semua jadi tak terkendali..."
"HAH??"
"Semua... semua diluar kendali... semua tidak sesuai rencana" hanya itu yang bisa kubalas padanya, tapi jelas ia tidak terima dengan jawaban itu.
"URGHHHH..." Bartuli menggeram sebelum ia melakukan sesuatu secara tiba-tiba.
*BUGHHH!!!!*
"AGHHH..." ia menendangku sampai terjatuh, "t-tunggu! Tunggu dulu Bos!!! Masih ada beberapa informasi yang bisa kuberikan padamu tentang orang yang kita cari."
"Bacot!!!" Bartuli langsung menginjakku beberapa kali, tapi aku tetap berusaha untuk berbicara padanya.
"Aghh... eghh...!! Bos..! Saya tau siapa si Tengkorak Hitam!!! Saya kenal orang dibaliknya!!!"
Ia tetap menendangku hingga ia akhirnya mengeluarkan seluruh amarahnya dengan teriakan, "ERRGHHHH AGHHHHH!!!!!!!!!!!!" sementara itu aku hanya bisa menahan rasa sakit dari dihajar berkali-kali olehnya.
Bartuli kemudian mencoba menenangkan dirinya sambil berjalan ke sisi ruangan untuk menyalakan rokok, sedangkan aku hanya bisa tertunduk malu selagi Andre dan kawanannya masih berdiri membeku di pojok ruangan.
Tidak lama kemudian Bartuli berbalik dan mengisyaratkanku untuk berdiri, "erghhh..." aku mencoba bangkit sembari bertatapan dengan Andre dan kawanannya. Walau tidak berbicara apapun, kontak mata antara kami menandakan bahwa kami setuju pada satu hal, yakni kita sama-sama mengacau. Tidak berselang lama, Bartuli akhirnya menghampiriku sambil beberapa kali menyemburkan asap rokok ke depan wajahku.
"Katakan, siapa namanya?"
Tidak perlu basa-basi, aku langsung menjawab semuanya. "Herman... Herman Sukarno Aditama! Saya... pernah mengenalnya saat masih kecil, jadi saya tau rumahnya." Kulihat Bartuli seperti tertegun sejenak sebelum ia menghampiriku secara perlahan.
*puk*
Bartuli tiba-tiba menepuk bahuku, kemudian ia kembali menghembus rokoknya sambil mengatakan sesuatu padaku, "Besok... kau bawa seluruh pasukan untuk menggrebek rumahnya! Jangan sampai polisi terlibat, kau paham!!?"
Dengan tegas kujawab, "IYA! Saya akan membawa orangnya segera!!!" tapi tidak berselang lama, Bartuli mendapat telepon dari seseorang, sehingga ia harus menjawabnya sebentar.
"...Baiklah" Bartuli menutup teleponnya dan kembali menatapku, "...... seperti yang kukatakan tadi, kau harus bisa mendapatkannya, karena info terbaru dari anak buahku mengatakan kalau akhir-akhir ini sudah tercium intel polisi menelusuri pelosok kota."

KAMU SEDANG MEMBACA
Tengkorak Hitam (Season 1)
ActionHerman Sukarno Aditama awalnya hidup normal bersama keluarganya, hingga suatu hari secara tidak sengaja ia terlibat insiden yang mengakibatkan kematian keluarganya. Bertahun-tahun kemudian, setelah ia diadopsi oleh seorang pandai besi bernama Joko S...