Di tengah pagi yang cerah ini aku dikejutkan oleh keramaian di depan perguruan Bangau, terlihat di kerumunan itu sekumpulan warga sedang berbicara dengan Hana, "ada apa ini" pikirku, kemudian aku perlahan mendengar obrolan mereka.
"Tolong Mbak Hana! Kalau mereka dibiarkan terus, lama-lama seluruh toko bakal dihancurin sama mereka!!!" ucap salah satu bapak-bapak.
"Benar mbak! Sudah semua jalur ke kantor polisi diblokir, kami juga tidak bisa memakai telepon karena semua akses komunikasi dirusak! Hanya perguruan mbak saja yang bisa membantu kami!!!" lanjut salah satu ibu-ibu.
"Tolong tenang dulu ibu dan bapak sekalian, kita tidak bisa asal gegabah dalam bertindak, setidaknya kami harus memastikan apakah para preman itu mampu ditangani" balas Hana yang mencoba meredam suasana, akan tetapi para warga terus-terusan bersikap riuh. Hal itu membuatku bergegas menghampiri kerumunan tersebut.
"Han? Ada apa ini??"
"Ah! syukur kamu datang Herman!! warga-warga disini meminta bantuan karena tempat tinggal dan areat toko mereka diserbu oleh para preman!"
"Para preman? Jadi mereka kembali lagi???"
"Belum pasti, tapi kelihatannya masih ada hubungan dengan para preman yang sering berkeliaran di daerah ini, apalagi warga bilang jumlah preman-preman ini lebih banyak dari yang biasa mereka lihat"
"Lalu? Mereka sudah mencoba menelpon polisi???"
"Sayangnya semua akses komunikasi diblokir oleh preman-preman itu"
Aku sempat terdiam sejenak setelah mendengar itu, kemudian salah satu warga mengutarakan sesuatu, "kayaknya kedatangan mereka itu ada hubungan dengan para preman yang dikeroyok beberapa minggu lalu deh mbak!"
Eh? t-tunggu dulu...
"Ah iya benar itu!" warga yang lain pun ikut setuju, tapi aku sendiri baru menyadari suatu hal.
Para preman itu mengacau karena aku telah mengeroyok kawanan mereka! Aku yakin seratus persen kalau mereka kembali karena alasan tersebut, apalagi mereka masuk penjara juga karenaku. "Haduh... kacau!" gumamku dalam hati.
Tiba-tiba, "Baik tenang dulu bapak ibu! Nanti saya bakal diskusikan dengan anggota lain" ucap Hana ke warga. Aku yang melihat itu otomatis langsung mengenggam lengan Hana dan memintanya untuk berbicara sebentar.
"Kenapa Herman??" tanyanya, "g-gak... begini lho, kamu yakin mau ngebiarin warga jadi makin khawatir?" tanyaku.
Mendengar hal itu, Hana langsung kebingungan dan berkata "Ehh??? Tumben kamu ngomong begitu? Kenapa nih...? Kamu lagi tertarik bantu orang-orang ya??? hehe" ujar Hana yang terlihat meledekku.
"Ughh... bukan begitu maksudnya! Aku cuma merasa kalau tempat tinggal warga ini dirusak, seluruh area tempat tinggal kita bakal kacau juga. Apalagi kalau cuma mengandalkan polisi, kemungkinan mereka akan telat" jelasku kepada Hana.
Hana kemudian membalas, "Iya kau benar, mereka juga bilang semua akses dipotong dan polisi memang bergerak lambat..... baiklah kalau gitu!" kemudian Hana langsung berbicara kepada warga.
Setelah selesai, Hana kemudian memanggil murid-murid perguruan yang senior dan berdiskusi dengan mereka. Aku hanya diam dan menyimak obrolan mereka, tapi barusan itu... aku meyakinkan Hana untuk membantu sesama, sesuatu yang memang belum pernah aku lakukan seumur hidupku. Tapi aku tidak bisa bangga pada tindakanku, mengingat masalah yang masyarakat alami itu datang dariku, maka aku harus bertanggung jawab akan hal ini.
Akhirnya setelah Hana selesai berbicara, ia mendatangiku dan berkata, "murid-murid senior juga sudah setuju! Kamu sekalian ikut saja Herman!" Aku pun terkejut dengan pernyataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tengkorak Hitam (Season 1)
AksiHerman Sukarno Aditama awalnya hidup normal bersama keluarganya, hingga suatu hari secara tidak sengaja ia terlibat insiden yang mengakibatkan kematian keluarganya. Bertahun-tahun kemudian, setelah ia diadopsi oleh seorang pandai besi bernama Joko S...