Short story 1 : Ihsan "The Cop"

27 1 0
                                    

"Apa maksud kalian tidak bisa masuk ke dalam? kalian ini satuan khusus!!"

"Iya, tapi baru beberapa saat yang lalu utusan dari kelompok Bartuli datang dan ingin membuka sebuah percakapan, sepertinya mereka mau bernegosiasi dengan kepolisian"

"Sepertinya???!! Siapa yang ngangkat lu di institusi ini hah???"

"EH! EH!! UDAH SAN!!! aduh maaf ya pak... kami dari kepolisian menyerahkan tanggung jawab ini ke pihak bapak, permisi"

Di saat yang sangat genting dan benar-benar menentukan hidup dan mati, bisa-bisanya aku menyaksikan para pasukan khusus penggrebekkan bersantai-santai diluar gedung, dan mereka bilang ada negosiasi??? Ughh... semua orang harusnya tau kalau membuat perjanjian dengan Bartuli adalah hal yang sia-sia. 

Sial... tidak bisa begini terus! Aku harus masuk ke gedung itu! Tak peduli bagaimanapun caranya, aku harus masuk! Tapi sebelum aku berniat melakukan itu, Nadine berhasil menghentikanku dan menampar wajahku.

"LU ITU NGAPAIN SIH???!!!"

"..."

"Gua gak bisa dengan kebiasaan bobrok lu itu san! Elu gapernah belajar dari kesalahan!!!"

"..."

"Sekarang kita biarin mereka ngurusin masalah dan kita hanya perlu menunggu kabar pasti!!!"

Dalam diriku masih ada emosi yang membara, tapi aku tidak bisa bertengkar dengan partnerku satu-satunya. Untuk sekarang, aku akan memastikan negosiasinya berjalan lancar, jadi aku hanya mengangguk kecil pada Nadine, sambil membuat situasinya menjadi lebih tenang.

Namun, belum beberapa saat setelah menurunkan tensi dari situasi yang kami alami, tiba-tiba salah satu anggota polisi lari mendatangiku.

"Pak! Pak!!"

"Kenapa??" tanyaku

"Mobil... mobil polisi bapak!!!"

"Mobil polisi?? kenapa???"

Dilihat dari cara ia mengatakannya, aku memiliki firasat aneh dan ternyata aku benar.

Pintu penumpang terbuka dan tidak ada siapapun yang ditemukan di dalamnya, borgol juga ditemukan oleh Nadine di dekat mobil. 

Tidak salah lagi... Herman bebas!!! Tapi kemana dia??!!? Ini hal yang gawat, apalagi kalau sampai ia masuk ke dalam gedung Bartuli.

Pada akhirnya terjadi interogasi dengan setiap personel yang berada di dekat lokasi mobil, hal itu terjadi lumayan lama dan aku sendiri juga mencari tau jalan lain ke gedung pancanaka karena diriku yakin jika Herman tidak berada di mobil, berarti tengah ke gedung pancanaka, dan selama penyelidikan memang tidak bisa ditemukan keberadaan Herman, ditambah hiruk pikuk keadaan sekitar, sangat sulit memastikan keberadaan Herman selain kemungkinan bahwa ia bisa saja sudah memasuki gedung pancanaka.

Nadine sulit mempercayai kemungkinan tersebut meski ia tau bahwa blueprint dari gedung pancanaka masih penuh tanda tanya. Kami benar-benar menghabiskan seluruh waktu untuk menduga-duga hal yang belum pasti hingga tiba-tiba suara ledakan mengagetkan kami semua yang berada di depan gedung pancanaka.

"SEMUA MENJAUH!!!" perintah salah satu komandan brimob sebelum aku dan Nadine beserta anggota polisi lain membereskan area. Di saat itulah ternyata para pasukan elit brimob dan polisi sudah bisa memasuki area gedung pancanaka.

Singkat cerita, ternyata tidak hanya ada satu sandera yang dimiliki oleh pasukan Bartuli, melainkan kumpulan warga juga disandera olehnya. Aku bisa melihat warga yang berhamburan menyelamatkan diri ketika gedung pancanaka mulai meledak. Setelah kejadian itu, aku tidak sempat memikirkan tentang pencarian terhadap Herman di kepalaku, kini hanya mengurus warga yang dibebaskan agar mereka tetap aman.

Setelah malam itu, kini pengejaran terhadap Herman sudah tidak ada gunanya, bahkan aku malah disibukkan dengan pengurusan tentang kejadian Bartuli serta bocoran kasus hubungan kepolisian dan kelompok Bartuli yang mulai viral di internet.

Tidak ada tim yang bisa kukerahkan untuk bisa menemukan Herman karena seluruh anggota diperiksa dalam kasus ini terutama diriku dan Nadine, beruntungnya kami bersih dari dugaan tersebut, walau aku mendapat sedikit ceramah karena isu sikapku selama bertugas.

"Untung mereka gak tahu soal penyidikan ilegal" batinku, mengingat aku melakukan penyidikan ilegal untuk bisa menemukan Herman.

Bicara soal si Herman ini, kalau semua sudah selesai... aku pasti akan menemukan dia! Kemungkinan terbesar dia pasti pulang ke rumahnya, jadi aku berharap Herman bisa segera ditemukan setelah aku sudah tidak punya urusan dengan kasus Bartuli ini.

Kini minggu demi minggu sudah berlalu, seharusnya aku bisa kembali mencari keberadaan Herman, jadi aku mengajak Nadine untuk pergi ke rumah Herman, hanya kami berdua. Tidak ada anggota polisi yang bisa ikut selain kami berdua.

"Dengar san... gua gak jamin kita bisa nangkep dia lho" ucap Nadine dengan pesimis

"Jangan becanda! ditangkep atau tidak, aku hanya ingin menemukannya saja" balasku

Jadi kami pergi ke tempat yang sudah kami datangi minggu-minggu sebelumnya, dan ketika kami sampai kemudian mengetuk pintu, tiba-tiba pria paruh baya membuka pintunya. Dilihat dari penampilannya, jika aku tidak salah ia adalah bapak dari Herman, dan dari tatapan beliau itu, nampaknya ia tidak senang melihat aku dan Nadine. 

"Kenapa kembali lagi kesini?!?!! Sebegitunya mau ya kalian untuk menangkap anak saya ya??!!!" bentak pria itu

"Te-tenang dulu pak! Kami cuma sekedar berkunjung saja! Kami tidak ada niat macam-macam" Nadine berusaha menurunkan tensi suasana, tapi aku tidak mempedulikan hal itu dan langsung bicara dengan pria itu secara to the point.

"Saya ingin bertemu anak bapak"

Nadine langsung menepuk punggungku dengan kesal sedangkan pria itu hanya diam sambil menunduk sebelum ia mengatakan sesuatu padaku.

"Kalau kalian mau menemuinya... kalian terlambat!"

"???"

"????"

Aku dan Nadine terkejut ketika mendengarnya, dan pria itu atau bisa dikatakan si bapaknya Herman mulai menjelaskan apa yang terjadi.

Singkatnya selama minggu aku mengurusi kasus Bartuli dan kepala polisi, Herman memang sudah ada di rumah ini, tapi ketika aku selesai, Herman pun pergi entah kemana.

"Dia meninggalkan ini" ucap Bapaknya Herman kepada kami sambil memberikan surat yang ditulis Herman, singkatnya surat ini menjelaskan bahwa hidup sang bapak angkatnya yaitu Joko akan terancam jika ia terus menetap, itulah kenapa ia memutuskan untuk pergi dengan membawa identitas baru.

Aku tidak bisa berkata-kata, sedangkan Nadine menanyakan beberapa hal kecil seperti keadaan rumah dan sekitar lingkungan. Yang kutahu kini bapak angkat Herman hanya hidup dengan dua kucing dan usianya sudah semakin uzur, mencoba menggali informasi dan mencari keberadaan Herman terasa sia-sia sekarang.

"Sudah Ihsan, ayo kita pulang" ucap Nadine yang membuyarkan lamunanku

"...iya" kami pun berbalik, tapi sebelum benar-benar pergi aku meminta maaf kepada Bapak Herman sambil membungkuk.

"Maaf atas tindakan saya pak!" kemudian aku langsung kembali ke mobil bersama Nadine.

Saat di mobil, aku tidak mengatakan apapun pada Hana, intinya... tidak ada makna yang bisa kudapatkan setelah semua kejadian ini. Rasanya, aku hanya membuang waktuku pada hal yang tidak ada gunanya.

Sungguh sia-sia.

Tengkorak Hitam (Season 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang