Prolog

71 4 0
                                    

Amerika Serikat, 1775

Pada musim panas Letnan Peter Douglas, seorang perwira yang bekerja untuk kerajaan Inggris tampak sibuk memberikan instruksi kepada bawahannya untuk melawan semua orang yang menolak untuk tunduk pada Kerajaan Inggris.

Meski masih pagi, langit gelap tertutup awan. Kobaran semangat untuk membela kedaulatan Kerajaan Inggris masih terpatri di benaknya. Genjatan senjata di lakukan sesampainya pasukannya berhasil menginjakkan kaki di wilayah Amerika. Banyak warga sipil yang mati akibat meletusnya Revolusi Amerika ini.

Kerajaan Inggris menolak deklarasi warga Amerika serta berniat untuk membasmi warga lokal yang berniat untuk menyatakan diri merdeka.

Peter Dauglas tahu, dirinya menyakiti warga yang tidak bersalah, tapi saat ini dia adalah perwakilan militer Kerajaan Inggris yang membela hak nya atas negeri jajahannya. Peter tidak punya pilihan selain menyelesaikan misinya dan segera pulang ke rumah untuk menjernihkan kepalanya.

Berada di garis terdepan, melihat banyak nyawa melayang membuatnya traumatik hingga sulit tidur. Dia ketakutan, tapi tugas memanggilnya untuk membela negaranya.

Salah satu prajuritnya membunuh warga perantauan yang seharusnya tidak berada di sana. Perkampungan warga gipsy terbantai juga akibat perang revolusi ini.

Setelah dua bulan, seorang Kepala suku gipsy perwakilan dari suku itu menyiramnya dengan air dan mengutuknya. Kutukan paling pedih yang pernah diterima oleh seorang manusia. Dia dianggap sebagai dalang atas perintah pembasmian warga suku nomaden itu. Peter tidak punya pilihan untuk menerima semua penghinaan ini.

"Letnan Peter Douglas. Kau dan seluruh keturunanmu akan mengalami nasib tragis dan kematian yang tragis. Sama seperti dirimu yang membunuh menantuku dan putranya yang masih balita. Terkutuk dirimu." Rutuk pria gipsy itu lalu berlalu setelah misinya selesai.

Peter Douglas memilih untuk diam dan menganggap itu hanyalah bualan belaka. Setelah beberapa tahun, kutukan itu terasa nyata. Dirinya kehilangan pekerjaannya sebagai letnan karena mengalami cacat akibat perang. Beruntung kekasihnya Rexa gadis asal Rusia bersedia menikahinya. Setelah memiliki keluarga dan hidup mapan di Rusia, satu per satu ke anehan terjadi dalam keluarganya yang memiliki nasib dan berakhir tragis.

Kutukan itu berlangsung hingga berabad-abad lamanya.

****************


Kesha Ivanovna Petrov berdehem sangat keras di depan wanita tua yang mencoba meramalnya. Sahabatnya kembar bersaudara : Revan & Riftan, serta Agnes bersikukuh memaksanya menemui peramal hebat dengan akurasi tinggi setelah pulang sekolah.

Mereka berempat masih mengenakan seragam putih biru; sengaja bolos dari sekolah di saat jam kosong dan menikmati kencan berempat.

Peramal hebat itu bernama Esmee keturunan gipsy yang bisa melihat masa depan dengan bantuan spititual yang mereka sebut leluhur.

Riftan dan Agnes yang terkesima dengan hasil terawangan ramalan mereka berdua memilih keluar lebih dulu dari tempat kumuh dan gelap ini.

Ruangan itu dipenuhi berbagai pernak-pernik, juga ornamen eksotis yang menghiasi setiap sudutnya. Penerangan yang terbatas juga aroma lembab membuat Kesha mual untuk berlama-lama berada di ruangan ini.

Sebelumnya, hasil terawangan Revan tidak begitu baik dibandingkan Riftan. Peramal itu bilang, salah satu dari kedua saudara kembar itu harus berpisah dan tidak boleh bersama. Jika dua matahari dipertemukan menjadi akur, salah satu justru bernasib sial. Revan yang mendengarnya hanya terkekeh saja, menganggap ramalan itu hanyalan bualan yang tidak berdasar.

Kali ini gilirannya. Sesaat Kesha meletakkan tangannya kepada wanita itu, dirinya mendapatkan terawangan yang tidak baik.

"Petrov terkutuk! Takdirmu begitu buruk, yang terburuk dari seluruh generasi Petrov. Seharusnya kau mati saat umurmu 5 tahun; sesuatu telah terjadi sehingga variabel berubah," ucap Wanita itu seketika membaca ramalan takdirnya dari telapak tangannya.

Kesha yang sudah mengetahui urband kutukan yang menimpa keluarganya hanya menganggap itu senda gurau dan lelucon. Merasa dongkol mendengar hinaan dari orang asing berkedok peramal gadungan. Dirinya membalas perlakuan itu dengan senyum palsu.

"Jika Anda melihat saya mati tapi seharusnya saya hidup artinya Anda tidak ahli dalam meramal." Kesha mencibir sarkatis. Peramal itu menatap tak suka ke arahnya, nyaris saja dirinya di ludahi karena tidak terima di hina oleh Kesha.

Revan Edvard Anderson, kekasih sekaligus sahabatnya sejak duduk di bangku menengah pertama menggenggan tangannya. Pria itu menatapnya hangat mencoba mencairkan suasana.

"Saya melihat kalian berpasangan, benar begitu?"

Revan menganggukkan kepalanya, sedangkan Kesha memilih untuk tidak menggubrisnya.

"Ada apa nyonya Margaretta, apa itu mengganggu Anda?" tanya Kesha sopan, di saat kesal dirinya sadar untuk menjaga norma sopan santun.

"Celaka! Kalian tidak akan pernah bersama." Rutuk peramal Margaretta.

"Saya menduga Anda tidak begitu menyukai saya sejak saya menampakkan diri. Apa Anda memiliki dendam pribadi kepada keluarga saya mungkin, atau hal lain berkaitan Petrov." Seru Kesha. Wajahnya sebisa mungkin tersenyum palsu demi bersikap sopan, meski hatinya luar biasa dongkol.

"Salah satu dari kalian akan mengkhianati satu sama lain dan salah satunya akan bernasib sial karena terpisah; kalian tidak akan pernah bersatu." Sambungnya.

Revan segera membayar peramal itu dan menarik paksa lengan Kesha keluar dari ruangan itu. Dirinya mencengkeram sangat kuat hingga Kesha meringis kesakitan.

"Apa yang di katakan peramal tadi jangan kau hiraukan. Itu benar-benar omong kosong." Ujar pria itu dengan penuh amarah.

The Curse of The Petrov FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang