CHAPTER | 8

8 1 0
                                    

Hari perpisahan

Hotel Ritz, Jakarta Selatan.

Kesha sedang menggenggam gagang pintu hotel, wanita itu teralihkan sejenak oleh perkataan Revan.

"Apa kamu tahu bahwa selama ini kamu tidak pernah mencintaiku?" Suara pria itu terdengar parau. Ada jeda panjang dari dirinya, terlihat dia menutup mata menahan air matanya.

Kesha segera membalikkan badan. "Apa?" Kesha heran setengah mati dengan pria di seberangnya itu. Drama apa lagi ini.

"Kesha hatimu itu terkunci! Kamu tidak pernah mencintaiku! Hatimu seperti safe deposit box dengan ragam password aneh. Aku memiliki kombinasinya tapi tetap tidak bisa terbuka. Kamu tahu apa yang paling menyedihkan diatara itu semua, hanya diriku yang mencintaimu seorang diri." Revan berteriak. Suaranya menggema di sekitar ruangan.

Inilah yang tidak Kesha sukai dari Revan, jika kalah berdebat dia akan melakukan drama menyalahkan semua orang padahal dirinya lah penyebabnya.

Melemparkan kesalahan lalu membiarkan semua orang mempercayainya. Kesha sudah bosan dengan trik murahan itu. Namun dia memilih diam, sambil melihat sampai dimana pria itu berusaha menyudutkannya.

"Kau ... kau tahu betapa menyedihkan hidupku yang mengharapkan dirimu suatu hari nanti akan mencintaiku. Diriku yang menyedihkan ini hanyalah pengalihan bagimu. Dari traumamu, dari phobiamu, dari seseorang yang selalu kamu idolakan, Josh! Bahkan aku tidak pernah terlihat di matamu!"

Kesha yang mendengarnya lalu menghela nafas.

"Ya Josh terlalu sempurna jika dibandingkan dengan dirimu." Ucapan Kesha seketika membuat Revan tersulut emosi.

Mata Kesha yang setajam elang itu membuat Revan terdiam.

"Berhenti bersikap playing victim disini. Kau menyedihkan, dan ya aku memang terlahir tidak punya hati." Kesha sejenak menggantungkan kalimatnya, dia memikirkan hari dimana dia benar-benar bahagia berada di pelukan pria itu. Tapi itu dulu, sebelum dirinya terluka.

Kesha mengerjap menahan air matanya, Ia berusaha terlihat tegar.

"Momen itu, beberapa tahun lalu, aku pernah benar-benar mencintaimu Revan. Aku menunjukkan dengan caraku, afeksiku mungkin berbeda dengan dirimu. Tapi kamu merusak kepercayaanku. Jadi semua ini telah berakhir."

Kesha menutup pintu kamar hotel lalu meninggalkan Revan seorang diri.

***

Kota Nice, Prancis.

Musim panas di Prancis tidak ada bedanya dengan kota Bali. Udara cukup terik, angin berhembus kencang dan pemandangan kota saat musim panas terlihat berbagai orang mengenakan pakaian santai.

Kesha dan Kim, mereka berdua menginjakkan diri di Kota Nice, Prancis sekitar 30 menit yang lalu. Arsitektur Kota ini terlihat modern, berkelas dan mewah. Memanjakan mata bagi yang melihatnya. Tujuan selanjutnya adalah kota Monte Carlo, Monaco.

"Presdir, malam ini kita menginap Hotel de Paris. Apa Presdir ingin segera ke hotel atau ingin berjalan-jalan dulu ?" tanya Kim sopan. Pria itu mengekor di belakangnya.

Kesha berbalik menatap Kim dengan wajah heran. Tangannya bersedekap di dada. Angin menerpa rambutnya cukup kuat. Lesung pipit dan gigi gingsulnya terlihat jelas dari wajah Kesha.

"Hey Kim, jika hanya di luar tanpa urusan bisnis singkirkan formalitas. Kamu bisa memanggil namaku tanpa embel embel Presdir. Mendengarnya terus menerus membuat telingaku berdengung." Kilah Kesha.

"Presdir.. " Kim terdengar ragu jika hanya memanggil atasannya itu dengan panggilan nama. Di korea itu sangat tidak sopan. Pria itu menatap atasannya dengan tatapan memohon untuk tidak menyuruhnya melakukan sesuatu yang sulit dia lakukan.

The Curse of The Petrov FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang