CHAPTER | 14

5 0 0
                                    

Monte Carlo, 08.00 PM.

"Kau tidak mengerti Alex. Diriku memang terkena kutukan Petrov kamu tidak tahu itu sebab-" Alex mengunci bibir Kesha dengan jari-jarinya. Dia tahu, dan memilih untuk tidak perlu membahasnya.

"Cukup sweetheart. Aku kemari tidak untuk berkelahi denganmu." Mata Kesha membulat sempurna mendengar ucapan Alex barusan.

"Makanlah dulu, kalian terlihat seperti zombie yang butuh asupan nutrisi." Seru Alex seraya menatap sahabatnya, Kim Young Joo. Memberi sinyal dengan kepalanya untuk segera bergabung dengan mereka. Kim yang melihatnya segera berjalan kecil mengitari meja pantry yang tidak jauh dari sofa yang di tempatinya ini.

Alex membuka kotak pizza lalu memberikan satu slice ke mulut Kesha. Mau tidak mau Kesha menerimanya dengan kedua tangannya.

"Melihatmu masih memiliki tenaga untuk berdebat denganku akan ku anggap dirimu baik-baik saja." Ekspresinya tak terbaca. Kesha memilih diam karena mulutnya dipenuhi satu potongan besar pizza.

Alex termenung teringat nasehat ibunya, Aisha Guarnerra yang juga seorang Petrov.

"Alex, kau harus melindungi adikmu. Hanya dirimu satu-satunya saudaranya."

Ucapan itu terus menerus menari dalam benaknya. Pria sejati pantang baginya untuk ingkar janji. Selama dirinya masih bernafas, akan di tunaikan janji itu hingga malaikat mencabut nyawanya.

Di ruang yang sama Alex menatap Kim, pria itu yang juga menatapnya dengan ekspresi tak terbaca. Sesekali dirinya menggeleng, ada sebuah rahasia yang hanya mereka berdua saja yang tahu tanpa melibatkan Kesha.

"Joo. Aku tidak suka panggilanmu Joo, panggil namaku seperti biasa Alex. Kamu tidak perlu bersikap sopan seperti ini. Kau ingat dulu kau adalah kapten kami," kata Alexander menegur, suaranya kedengarannya sangat getir. Kim, berdehem keras.

"Sayang sekali, pelayan ini tidak bisa bersikap tidak hormat kepada Anda tuan muda Alexander." Balas Kim sarkatis. Ekspresinya yang datar itu kadang membuat Kesha tertawa, meski tidak lucu.

Alexander yang mendengar panggilan nama itu segera meninju kecil bahu Kim. Selama beberapa detik Kesha hanya menatap keakraban kedua manusia itu. Kim membalasnya dengan tinjuan kecil ke bahu Alexander. Keduanya tertawa terbahak-bahak.

"Semuanya terasa seperti kenangan lama." Ucap Alex menerawang. "Ya," jawab Kim singkat.

"Aku ingin pergi sebentar dengan Joo," ucap Alex dengan tatapan memohon ke arah Kesha. Sektretaris Kim juga menatap Kesha penuh harap. Kesha menghela nafas, sambil menatap marah ke arah Alex yang mencuri waktu pentingnya.

"Sekretaris Kim, kau tahu bukan kita masih ada meeting dengan 3 tim sekaligus?" tanya Kesha spontan. Kim di seberang terlihat memikirkan sesuatu, yang Kesha duga itu adalah penolakan menohok.

"Sweetheart, kau benar-benar ingin bekerja hingga dini hari?" Pertanyaan itu menyudutkan Kesha. Intonasi suara Alex meninggi bukan karena amarah melainkan khawatir. Terkadang Kesha bingung membandingkan emosi Alex karena dirinya selalu emosional setiap waktu.

"Bisnisku sedang sulit kakakku tercinta, diriku tidak punya waktu untuk istirahat." Balas Kesha.

Sekretaris Kim yang melihat arah pembicaraan antara dua kakak beradik ini memilih untuk mengakhiri pertengkaran kecil ini. Dia berdiri di depan Kesha sambil menyuruh Alex diam. Tidak segan-segan, Kim menginjak kaki Alex dengan kakinya untuk menghentikan sahabatnya itu beradu argumen dengan Kesha.

"Presdir, satu jam saja. Kita sudah deal, ini saatnya istirahat bukan?"

Kesha menatap jam tangannya. Waktu sudah pukul 8 malam. Semua orang berhak untuk istirahat.

The Curse of The Petrov FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang