CHAPTER | 15

7 0 0
                                    

Di sisa kesadaran Kesha matanya menangkap sesuatu dari orang misterius yang menusuk perutnya. Aroma tubuhnya perpaduan kayu manis dan jeruk. Pria itu mengenakan baju bermotif garis biru dengan tekstur kain linen. Dari balik kemejanya tersembunyi liontin dengan bandul mahkota; di lehernya kirinya ada tato dengan tulisan kanji berwarna hitam.

Untuk alasan apa dirinya harus mengalami ini semua membuat Kesha terdiam menahan perih di bagian perutnya. Darahnya berceceran di lantai koridor depan kamar hotelnya. Sejurus kemudian dirinya kehilangan kesadaran diri.

Sayup-sayup terdengar suara seseorang memanggil namanya berulang kali. Telinganya mendengar ring bel dari riuh suara merpati yang sering di dengarnya saat kecil.

Robert bergegas bersama petugas hotel menemukan tubuh Kesha tidak sadarkan diri dengan luka sayatan di sekitar perut kirinya.

"Tolong kirimkan ambulan segera." Pinta Robert kepada staf hotel yang datang bersamanya. Tangannya menyentuh pipi Presdir Kesha untuk memanggilnya, mengecek kesadaran wanita ini. Robert mengeluarkan sapu tangannya dan menekan kuat luka tusukan yang mengenai tubuh Presdir Kesha.

"Presdir Kesha.. Anda mendengarku?" tanya Robert sambil menggerakkan tubuh Presdir Kesha mengecek respon kesadarannya.

Di angkatnya tubuh Presdir Kesha lalu dirinya berjalan menuju lift untuk menunggu ambulan di lobby hotel. Wajah Presdir Kesha terlihat pucat pasi kekurangan pasokan darah.

****************


"Berada di dekat bibir pantai sambil menikmati pizza dan cola rasanya menyenangkan." Ujar Alex sumringah. Akhirnya dia benar-benar menikmati liburannya tanpa harus memandang puluhan unit komputernya dan layar monitor.

"Sejak kapan kau berada di sini. Saat di Indonesia kita bahkan tidak saling bertemu." Kim akhirnya berbicara.

Alex memilih untuk menselonjorkan kakinya. Dia ingin menikmati masa santainya seperti ini.

"Bagaimana mungkin kita bisa bertemu, saat di Indonesia diriku hanya menetap 3 hari. Saat aku menginjakan kaki di Jakarta kamu justru pergi ke Meksiko. Aku tidak bisa lama meninggalkan Italia."

"Begitu juga diriku tidak mungkin berada jauh dari Presdir Kesha. Kadang perbedaan budak dan sektretaris hanya setipis Graphene." Jawab Kim.

Alex yang mendengarnya tertawa cekikikan. Kim pun juga tertawa melihat kehidupannya sebagai sekretaris Kesha selama tiga tahun terakhir, hingga membuat Kim lupa hidup dengan benar sebagai manusia. Atasannya, Kesha benar-benar gila, dia workaholic dan tidak peduli tanggal merah. Hari bekerja Kesha dari hari minggu ketemu minggu. Sebagai sekretaris pribadi, Kim harus selalu standbye di sisi Kesha nyaris 24 jam. Kim mengakui betapa hebatnya manajemen waktu Kesha dalam bekerja yang sangat intens dengan waktu berkencan. Benar-benar bukan wanita biasa.

Affair di kantor? Meh, itu hanya ada di film dan drama korea. Kenyataannya Kim hanyalah budak yang di gaji tinggi oleh Kesha. Mereka berdua meski kerap bersama hanya sibuk membahas rutinitas bisnis, meeting, bertemu klien penting seperti investor, pejabat negara atau menghadiri pesta-pesta ala konglomerat mencari koneksi.

Liburan ke luar negeri sudah pasti, Kim mendapatkan banyak benefit setelah bekerja dengan Kesha. Tapi itu bukanlah liburan, hanya pindah lokasi kerja saja karena pada akhirnya mereka menghabiskan waktu untuk bekerja, bekerja dan bekerja.

Meskipun bonus dan tunjangannya lancar bak air keran, membuat rekening banknya melesat dengan jejeran angka nol di belakang. Hampir 3 tahun ini Kim lebih banyak menghabiskan waktu di kantor dan tidak pernah bisa berkencan dengan wanita manapun. Rutinitasnya benar-benar kantor-rumah-kantor lagi.

The Curse of The Petrov FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang