Joanna baru saja keluar dari ruangan Jeffrey. Dengan raut sedih karena baru saja ditegur oleh pria ini. Sebab dia memang hampir terlambat setiap hari."Bagaimana? Ada apa? Kamu tidak dipecat, kan?"
Joanna menggeleng pelan. Lalu mendekati kubileknya. Duduk di sana dan menghembuskan nafas berat.
"Gajiku dipotong. Padahal aku mau beli motor."
"Ya sudah kredit dulu, atau mau kupinjami uangku?"
Joanna menggeleng pelan. Menolak saran Teressa. Karena dia tidak mau berhutang. Apalagi dengan teman baiknya. Rekan kantor pula.
Selain itu, Joanna juga takut tidak bisa membayar. Mengingat dia penyakitan dan umurnya tidak lagi lama. Mungkin saja.
Joanna mulai memakai kacamata. Mengerjakan tugasnya. Sembari berpikir akan melakukan apa kedepannya jika dia dipecat dari sana. Karena ibunya pasti akan marah jika tahu dirinya menjadi pengangguran. Tidak ada kerjaan dan hanya rebahan.
Jam istirahat tiba, Rosa tiba-tiba saja datang dan memasuki ruangan Jeffrey setelah mengetuk dari luar. Tanpa menunggu dipersilahkan. Membuat karyawan lain mengira jika mereka memang ada hubungan. Apalagi setelah fakta bahwa mereka pernah pacaran telah menyebar.
Joanna mulai melepas kacamata. Dia melihat Rosa dengan perasaan iri di dada. Karena dia begitu sempurna di matanya. Cantik, pintar, sehat dan berasal dari keluarga terpandang.
Sedangkan Joanna? Tentu saja sebaliknya. Biasa saja, tidak terlalu pintar, sakit-sakitan dan anak dari selingkuhan. Sangat bertolak belakang. Tidak heran jika hidupnya menyedihkan.
"Mau ke kantin sekarang?"
"Kalian duluan saja. Ada yang masih harus kukerjakan."
Joanna menolak ajakan Teressa dan Maraka. Karena dia malas makan. Mungkin akan membuat susu hangat saja di dapur mini yang ada di ruangan.
"Ya sudah, kita duluan dulu. Dah!"
Joanna mengangguk singkat. Lalu memakai kembali kacamatanya. Sembari mengerjakan tugas yang sempat tertunda.
Setengah jam kemudian Joanna bangun dari duduknya. Dia membuat susu hangat di dapur sendirian. Karena hampir semua orang berada di kantin sekarang. Kecuali dia dan Jeffrey yang mungkin saja sedang pacaran dengan Rosa.
Ceklek...
Pintu ruangan Jeffrey terbuka. Si pemilik ruangan dan Rosa keluar bersamaan. Mereka juga sempat melirik Joanna yang tengah mengaduk gelas. Sembari menatap mereka yang ingin makan bersama.
"Ayo!"
Seru Rosa ketika Jeffrey berhenti berjalan. Menatap Joanna yang tampak berbeda ketika memakai kacamata. Ya, sedikit lebih cantik dari biasanya. Catat, sedikit. Tidak banyak.
"Aku tidak suka jika kamu dekat-dekat dengan dia."
Ucap Rosa ketika memasuki lift. Membut Jeffrey menautkan alis. Bingung dengan ucapan wanita ini.
"Aku tahu ini kekanakan, tapi aku tidak sebaik itu sampai bisa berlapang dada padanya. Ibunya selingkuhan Papa. Bagaimana bisa aku bersikap biasa saja padanya?"
Jeffrey diam saja. Hingga lift tertutup dan membawa mereka ke lantai dasar. Sebab mereka ingin makan siang bersama di restoran langganan ketika masih berpacaran. Ingin bernostalgia mungkin saja.
7. 20 PM
Keadaan kantor Joanna sudah sepi. Kini hanya ada Joanna dan Teressa di sini. Sedangkan Maraka dan yang lain sudah pulang sejak tadi.