Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jeffrey sedang duduk di teras. Sedangkan yang lain sudah membakar daging di rooftop lantai tiga. Sembari bermain gitar dan bernyanyi dengan perasaan riang.
"Kak Jeffrey, ayo naik! Sudah matang, nih!"
Seru Haikal yang baru saja keluar dari rumah. Memakai sandal karena diminta Teressa membeli kecap dan beberapa makanan ringan di minimarket terdekat.
"Nanti saja. Kamu mau ke mana?"
"Beli kecap, Kakak mau titip apa?"
"Tidak ada. Sini, aku mau tanya!"
Haikal melepas sandal. Lalu mendekatkan telinga. Sebab Jeffrey tampak ingin berbisik padanya.
"Serius Joanna nanti datang? Dia bilang jam berapa?"
Haikal langsung menjauhkan wajah. Lalu menatap Jeffrey jenaka. Kemudian menaik turunkan alisnya.
"Cie-cie! Kepo, ya? Makanya chat, lah!"
"Aku sudah chat, tapi tidak dibalas. Parah memang! Orang setampan ini dianggurkan!"
Haikal terkekeh pelan. Lalu kembali memakai sandal. Dengan wajah tengil seperti biasa.
"Sudah OTW! Sebentar lagi pasti sampai!"
"Demi apa?"
"DEMI TUHAN! ITU MOBILNYA!"
Jeffrey langsung merapikan rambut dan bangun dari duduknya. Lalu berjalan menuju gerbang. Berniat menyambut kedatangan Joanna.
"Mama pulang saja! Tidak perlu ikut turun juga! Iya!!! Nanti aku langsung pulang!!!"
Joanna langsung menutup rapat-rapat pintu mobil. Berjalan cepat menuju Jeffrey. Dengan wajah pucat pasi dan tudung hoodie yang dipakai bersama topi.
"Dari mana? Kok tumben lama."
"Biasa, Mama minta diantar belanja!"
Joanna langsung berjalan mendahului Jeffrey. Membuat pria itu tersenyum kecil. Lalu mengekori Joanna yang jalannya cepat sekali.
"Jeffrey!"
Panggilan Liana membuat Jeffrey berhenti berjalan. Lalu mendekat ke arah mobil hitam setelah wanita itu melambaikan tangan.
"Ada apa, Tante?"
Tanya Jeffrey sembari mendekatkan kepala. Namun Liana justru membuka pintu mobil dari dalam. Ingin pria itu masuk sekarang. Sebab ada sesuatu yang ingi dibicarakan.
"Joanna sakit, jangan sering-sering main di tengah malam seperti ini. Apalagi makan makanan tidak sehat seperti daging yang dibakar ini."
Jeffrey menatap Liana. Menyimak apa yang ingin wanita itu ucapkan dengan seksama. Sebab dia juga penasaran akan apa penyakit Joanna. Mengingat wanita itu tidak pernah cerita dan hanya mengatakan jika dia sering terkena flu saja.
Di tempat lain, Joanna baru saja melihat Bianca. Dia langsung bisa mengenali hanya dengan melihatnya dari belakang saja. Mengingat tinggi badan mereka sama.
Sehingga dulu, mereka bisa dekat karena memiliki kesamaan di tinggi badan dan jenis kelamin juga. Tidak heran jika mereka nekat membuat tatto bersama. Karena dulu mereka cukup dekat sebelum akhirnya berpisah.
Joanna pulang karena kehabisan uang dan Bianca karena dijemput orang tuanya. Iya. Bianca anak dari orang berada.
Bianca terjun di jalan karena kurang kasih sayang. Karena orang tuanya berpisah dan sudah memiliki masing-masing keluarga. Sehingga dia memutuskan untuk tinggal sendiri saja. Melakukan berbagai hal yang disuka. Termasuk menjadi simpanan pria-pria kaya.
Mengingat dia tidak lulus SMA dan malas belajar. Tidak heran jika hidupnya agak tidak terarah. Karena tidak ada yang dijadikan panutan.
"Bianca?"
Bianca menolehkan kepala. Lalu menjerit histeris ketika melihat Joanna. Dia langsung mendekat dan memeluknya. Air mata juga sudah membasahi pipinya. Karena tidak percaya jika dia bisa kembali bertemu Joanna setelah sekian lama berpisah. Mengingat dulu, dia langsung pindah di Bali pasca dijemput orang tuanya.
"Kau benar-benar menyukaiku ternyata, hahaha!"
Ejek Joanna sembari membalas pelukan. Karena dulu, Bianca pernah berkata jika menyukainya. Pernah berkata ingin oplas seperti dirinya pula.
"Kukira kamu akan marah. Bagaimana wajahku sekarang? Sebelum ini aku sangat mirip denganmu. Tapi bulan lalu aku baru saja operasi hidung."
Bianca melepas pelukan. Lalu memamerkan hidung barunya. Membuat Joanna mengangguk-angguk saja. Hingga akhirnya mereka duduk bersama dan menikmati daging bakar yang sudah matang bersama yang lainnya.
Dari bawah, Jeffrey dapat melihat Joanna yang sedang berpelukan dengan Bianca. Mereka tampak bahagia ketika berjumpa. Tidak ada sesi pertengkaran seperti apa yang telah dikira. Sebab Bianca telah lancang memakai wajah dan identitas Joanna tanpa izin sebelumnya.
"Kata dokter hidupnya tidak lama. Tapi aku akan mengusahakan yang terbaik untuknya. Jadi, tolong awasi dia ketika aku tidak ada."
Jeffrey tidak bereaksi apa-apa. Hingga akhirnya Liana menangis semkain kencang. Karena dia benar-benar merasa sedih sekarang. Sebab merasa jika Tuhan tidak sayang padanya.
Tidak lama kemudian Jeffrey tiba di rooftop. Dia melihat Joanna yang sudah ikut makan daging bakar dan minum cola. Dia tertawa kencang bersama Bianca dan Teressa. Sepertinya sedang mengejek Maraka yang baru saja putus dengan pacarnya.
"Kamu sakit! Kenapa ikut makan dan minum ini!?"
Jeffrey merebut cola yang masih Joanna pegang. Membuat Bianca dan Teressa langsung menatapnya tajam. Seolah tidak suka dengan perilaku kasar yang ditunjukkan.
"Apa-apaan, sih!? Biarin kali! Joanna hanya flu! Besok juga sembuh!"
Seru Bianca sembari merebut kaleng cola dari Jeffrey. Membuat pria itu lekas menelepon Haikal saat ini. Memintanya untuk membeli air putih dan sushi matang yang ada di dekat rumah ini. Sebab dia juga tidak mungkin membeberkan fakta yang baru saja diketahui saat ini.
"Tidak jelas! Jangan sok pesosif! Joanna bukan pacarmu kali!"
Bianca mulai merangkul Joanna. Namun ekor matanya tidak sengaja melihat beberapa helai rambut yang ada di pundak si teman. Membuatnya langsung mengambil dan membuangnya asal, karena mengira jika itu hanya kerontokan biasa saja.
Next chapter udah mulai ada romance---adult scene. Aku publish klo udh rame :)