9. The Truth

881 113 189
                                    


Jeffrey duduk di tepi ranjang Joanna. Menelisik kamarnya yang tampak hangat karena didominasi oleh warna coklat. Dia menunggu di sana karena Joanna memintanya untuk keluar. Namun dia enggan pergi karena ingin memastikan Joanna baik-baik saja sebelum dia pergi dari sana.

"Kenapa masih di sini? Pergi sana!"

Seru Joanna ketika keluar dari kamar mandi. Membuat Jeffrey langsung bangkit saat ini. Lalu menelisik raut wajah Joanna yang kini tampak tidak menyuakai kehadirannya di sini.

"Sudah ke dokter?"

"Tidak perlu ikut campur! Pergi! Jangan sok peduli!"

Joanna langsung mendorong tubuh Jeffrey. Membuat pria itu keluar dari kamarnya saat ini. Lalu mengunci pintu rapat-rapat kali ini. Agar pria itu tidak datang lagi.

Jeffrey langsung menuju kamar Rosa, dengan perasaan gundah karena penasaran. Penasaran akan penyakit apa yang Joanna derita. Mengingat wanita itu begitu enggan bercerita apalagi diajak periksa.

Memangnya kamu siapa? Hahahaha.

Batin Jeffrey sembari mengetuk kamar Rosa. Lalu masuk setelah mendengar suara Rosa yang memintanya masuk saja. Membuatnya langsung bertanya akan bagaimana keadaannya. Mengingat wanita itu tampak masih pucat sekarang. Ya, meskipun tidak sepucat Joanna.

Jeffrey berbincang dengan Rosa cukup lama. Mungkin sekitar setengah jam. Hingga Sandra datang dan mengatakan jika makan malam sudah siap. Membuat Jeffrey lekas memapah Rosa menuju ruang makan yang kini sudah ada Joanna juga. Namun tidak dengan Liana yang kini sudah mengurusi Stevan seperti biasa.

"Makan yang banyak!"

Bukan, ini bukan suara Sandra. Namun suara Jeffrey yang ditujukan untuk Joanna. Bukan untuk Rosa yang kini sudah menatapnya marah.

Tidak suka ketika melihat Jeffrey perhatian pada wanita lain selain dirinya. Apalagi ini Joanna, anak selingkuhan ayahnya.

Joanna mendongakkan kepala, menatap Jeffrey yang baru saja menambahkan daging ayam di piringya. Karena sebelumnya, dia hanya mengambil sedikit nasi dan sayur saja. Sebab perutnya terasa mual dan tidak enak. Namun dia harus tetap makan karena harus minum obat.

Jeffrey mengabaikan tatapan Joanna. Mengabaikan tatapan Rosa dan Sandra juga. Lalu pura-pura sibuk dengan piringnya. Sebelum akhirnya Rosa bangun dari duduknya setelah menggebrak meja.

Brak...

Joanna, Jeffrey dan Sandra langsung terperanjat. Mereka terkejut ketika melihat Rosa yang tiba-tiba berlaku demikian. Menggebrak meja dan membuat garpu dan sendoknya jatuh sekarang.

"WANITA JALANG! KAU PASTI DIAM-DIAM MENGGODA JEFFREY, KAN!? AKU BARU SATU HARI TIDAK MASUK, BISA-BISANYA---"

Jeffrey ikut berdiri dari duduknya. Dia menahan tangan Rosa yang sudah terayun sekarang. Berniat menampar Joanna yang masih duduk dan menghadap makanan. Dengan wajah jengah seolah hal ini bukan hal penting baginya.

"Joanna tidak pernah menggodaku! Jangan seperti itu! Toh, kita tidak ada hubungan apapun! Seharusnya tidak masalah jika aku mendekati saudara tirimu!"

Rosa langsung menarik tangannya. Dengan mata berkaca-kaca dan wajah merah padam. Sebab dia begitu kecewa dengan apa yang baru saja Jeffrey katakan.

"Tidak ada hubungan apa-apa? Lalu apa maksud dari perhatian yang beberapa hari ini kau berikan Jeffrey Iskandar!?"

"Jeffrey, Tante kecewa padamu! Apa-apaan yang kamu katakan itu? Tidak mungkin kamu mencampakkan anakku hanya demi anak lacur itu, kan?"

"Aku benar-benar minta maaf. Maaf jika kehadiranku telah membuat kalian salah paham. Rosa, aku sudah tidak menyukaimu sejak kau mendiamiku waktu itu. Aku bersikap baik padamu karena Om Stevan dulu pernah baik padaku. Pernah membantuku ketika bertengkar dengan Papa di masa lalu. Untuk Tante Sandra, maaf jika ini akan terdengar kurang ajar. Tapi kurasa, Tante harus membuka mata. Jangan denial akan fakta. Om Stevan seperti ini juga karena Tante yang mulai duluan. Karena Tante selingkuh dengan mantan asisten pribadi Om Stevan yang sudah dipecat. Ya, meskipun perselingkuhan tidak bisa dibenarkan. Tapi kurasa, apa yang Om Stevan lakukan sepadan dengan apa yang selama ini Tante lakukan di belakang."

Rosa menatap ibunya tidak percaya. Air matanya mulai menggenang di pelupuk mata. Dia tidak menyangka jika ibunya sama saja seperti ayahnya. Sama-sama menjijikkan karena berselingkuh di dalam pernikahan.

"BOHONG! SEMUA ITU BOHONG! JANGAN KURANG AJAR KAMU JEFFREY! TAHU APA KAMU SOAL KELUARGA INI!?"

Sandra tampak murka. Dia langsung berdiri dari duduknya dan berniat menampar Jeffrey sekarang. Namun tamparan itu gagal karena tiba-tiba saja ada Liana yang menahan tangannya. Menyentaknya asal dan membuat wanita itu meringis sakit sekarang.

PLAK...

Liana menampar Sandra. Membuat wanita itu langsung berniat membalas. Namun kali ini Jeffrey yang menahan tangannya.

"BERANI KAMU---"

"YA! AKU MEMANG BERANI! STEVAN SUDAH MENINGGAL! DIA TELAH MEWARISKAN HAMPIR SELURUH HARTANYA PADAKU DAN JOANNA! MAU APA LAGI KAU SEKARANG!?"

Pekik Liana dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata. Kemudian berkedip dan membuat air matanya membanjiri wajah. Begitu pula dengan Rosa dan Jeffrey yang sudah berlari menaiki tangga. Berbeda dengan Joanna yang masih diam dan menatap ibunya bersama Sandra secara bergantian.

Tbc...

THE STORY BEHIND [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang