Joanna tidak lembur hari ini, dia pulang cepat karena tubuhnya terasa sakit. Mungkin butuh waktu istirahat lebih. Mengingat penyakitnya pasti semakin parah pasca hujan-hujanan kemarin."Kenapa jalan kaki? Naik!"
Joanna yang sedang fokus berjalan kaki langsung menolehkan kepala. Menatap Jeffrey yang kini sudah membukakan pintu mobil untuknya. Dari dalam, agar dirinya cepat masuk sekarang. Mengingat di belakang, ada mobil lain yang ingin lewat.
Tanpa pikir panjang, Joanna langsung naik ke mobil Jeffrey. Sembari melirik mobil belakang yang sudah menekan kalkson berkali-kali. Mengingat mobil Jeffrey masih berada di tengah-tengah saat ini.
"Kenapa jalan kaki? Jarak pintu masuk dan rumah jauh sekali."
Tanya Jeffrey sembari sedikit menepikan mobilnya. Membiarkan mobil di belakang menyalip sekarang. Lalu menatap Joanna yang tampak semakin pucat dari sebelumnya.
"Kamu sakit?"
Joanna menepis tangan Jeffrey yang telah dengan lancang menyentuh dahinya saat ini. Membuat pria itu mulai menggigit bibir dan mengucap maaf karena telah berperilaku kurang sopan tadi.
"Sorry."
Joanna diam saja. Dia enggan berbicara, apalagi menjawab pertanyaan tidak penting sebelumnya. Karena baginya, yang terpenting adalah kesehatannya. Bukan yang lainnya.
"Terima kasih."
Ucap Joanna sebelum menuruni mobil. Di depan, sudah ada Sandra yang mengawasi. Sangat terlihat jika wanita itu tidak suka dengan apa yang tengah dilihat saat ini.
"Tahu diri! Jangan dekati Jeffrey!"
Lirih Sandra ketika Joanna melewati dirinya saat ini. Namun ucapannya tidak Joanna tanggapi sama sekali. Karena dia juga sudah tidak tertarik pada Jeffrey. Memang pernah suka sebentar kemarin, namun sekarang sudah tidak lagi.
"Tante, bagaimana keadaan Rosa? Sudah mendingan, kan?"
Tanya Jeffrey sembari mendekati Sandra. Saat ini dia sedang membawa buah-buahan kesukaan Rosa. Agar wanita itu lekas sembuh dari sakitnya.
"Sudah enakan. Ayo masuk!"
Jeffrey dibawa Sandra memasuki rumah. Lalu diminta untuk langsung ke atas saja. Menemui Rosa yang mungkin masih beristirahat sekarang.
Sebelum memasuki kamar Rosa, Jeffrey mendekati pintu kamar Joanna yang tidak tertutup rapat. Membuatnya lekas mendekat dan langsung mengintip dari luar. Hingga akhirnya nekat masuk tanpa diundang setelah mendengar suara Joanna yang sedang muntah-muntah.
Huek... Huek....
Joanna terkejut ketika mendapati Jeffrey sudah berada di belakangnya. Memijat tengkuk dan memegangi rambutnya.
"Kenapa kamu di sini!?"
Tanya Joanna dengan nada sinis. Dia juga mulai menepis tangan Jeffrey. Lalu membasuh mulutnya dengan air keran di depan wasthafle tempatnya muntah tadi.
"Pintu kamarmu terbuka dan aku mendengar kamu muntah-muntah. Jadi aku masuk saja."
Joanna mulai membalikkan badan setelah membasahi wajah. Bertatapan dengan Jeffrey yang kini tampak khawatir padanya. Lalu mendekatkan jari telujuk ke arah bawah lubang hidungnya.
"Kamu mimisan!"
Lagi-lagi Joanna menepis tangan Jeffrey. Lalu mendongakkan kepala agar darahnya tidak keluar lagi. Membuat pria itu semakin khawatir. Sebab tidak pernah melihat perempuan mimisan seperti ini. Mengingat biasanya, laki-laki yang dibuat mimisan selama ini.
Kayaknya udh mulai sepi. Cerita ini worth it buat dilanjutin?
Tbc...