3. 20 PMJeffrey menatap Stevan yang sedang berbaring di atas ranjang. Dengan keadaan tubuh kurus dan wajah pucat. Sangat memprihatinkan.
"Jeffrey, kamu apa kabar? Kenapa tidak pernah pulang?"
"Baik, Om. Aku sibuk di sana."
Jeffrey menyalami tangan Stevan. Lalu duduk di kursi yang ada di samping ranjang. Berdua saja. Karena Rosa dan Liana baru saja keluar.
Mereka berbincang cukup lama. Hingga makan malam tiba tanpa mereka sadar. Kegiatan mereka juga diinterupsi oleh Liana yang sudah datang membawa nampan berisi makan malam Stevan.
Sebelum pamit pergi, Jeffrey sempat melihat interaksi Liana dan Stevan. Wanita itu tampak mengurus dengan baik suaminya.
Iya, Liana dan Stevan sudah menikah. Namun hanya secara agama saja. Tidak secara negara. Karena Sandra melarang.
"Jeffrey! Ayo! Sini!"
Jeffrey langsung menuruni tangga. Menuju ruang makan dan duduk di samping Rosa. Sembari menatap hidangan makan malam yang tersaji begitu banyak. Seolah akan ada acara besar. Padahal, hanya ada dirinya saja.
"Wah, keliahatannya enak. Terima kasih Tante atas sambutannya."
Ucap Jeffrey sembari menatap Sandra dan Rosa bergantian. Lalu mulai mengangkat sendok dan gaprunya. Sebab Rosa baru saja mengisi pirangnya.
"Makan yang banyak! Kamu pasti rindu masakan rumah!"
Jeffrey mengangguk cepat. Karena dia memang jarang makan masakan rumah. Mengingat dia jarang pulang dan lebih suka menghabiskan waktu di apartemen saja. Dia juga tidak pernah masak dan hanya beli lewat delivery food saja.
Baru saja sesuap nasi tertelan, tiba-tiba saja Joanna datang. Dia memakai celana kain motif kotak-kotak hitam panjang. Serta kaos leher bulat sehingga Jeffrey tidak bisa melihat tatto yang mungkin saja wanita itu punya.
Kehadiran Joanna bagai angin lalu oleh mereka. Tidak diajak berbincang apalagi disapa. Membuat Jeffrey agak canggung tentu saja. Apalagi ketika wanita itu selesai dengan cepat dan meninggalkan ruang makan begitu saja.
"Abaikan saja! Dia memang tidak sopan! Lalu, bagaimana kelanjutannya? Perusahaan Papamu jadi kerjasama dengan orang Jepang?"
"Jadi, Tante. Ya, meskipun harus bersusah-susah dahulu dan membuat gigi palsu Papa lepas satu, hahaha."
Kekehan mereka terdengar begitu nyaring. Membuat Joanna yang sudah berjalan menuju kamar mulai menoleh sedikit. Sebab mengira jika mereka tengah menertawakannya saat ini.
8. 30 PM
Jeffrey akan pulang. Membuat Rosa lekas memanggil ibunya karena si pria akan berpamitan. Sedangkan Joanna, kini sudah keluar kamar dan berniat mengambil air mineral. Karena air minum di kamar habis sekarang.
"Ini punyamu, kan?"
Joanna yang baru saja menutup kulkas terkejut ketika melihat Jeffrey yang sudah berada di depannya. Menunjukkan antingnya yang hilang. Membuatnya lekas mengambilnya.
"Iya, ketemu di mana?"
Joanna langsung memakai antingnya di depan Jeffrey. Tentu saja setelah meletakkan botol air mineralnya di meja dekat dirinya berdiri. Sembari menatap Jeffrey yang kini mulai mendekat dan berniat membantunya memasang anting.
"Di atas sofa."
Joanna menatap hidung mancung Jeffrey yang dapat dilihat dari dekat. Dia juga dapat melihat bulu mata dan alis si pria yang terlihat begitu lebat. Oh, tidak lupa dengan deru nafas dan aroma parfumnya yang dapat tercium sekarang.