8. Solusi dari Vee

223 50 0
                                    

Airin pikir, Arsen akan segera kembali saat dia mengatakan hanya akan mengantar Aily. Tapi, siapa sangka Aily mengatakan Arsen akan menginap di tempatnya. Ah, bukan menginap yang benar-benar berdua saja dengan gadis itu. Sebab, Airin juga kenal dengan kedua orangtua Aily. Bahkan, Arsen juga begitu akrab dengan ayahnya Aily.

Airin juga sudah memastikan jika memang Arsen akan menginap di sana. Dia menghubungi Seri, Ibu Aily. Dimana dia juga sedikit menjelaskan situasinya, hingga membuat  Seri mengerti dan akan menjaga Arsen.

Sebenarnya berat untuk Airin, tapi dia memang harus memberikan waktu untuk Arsen. Mungkin, Arsen juga masih perlu waktu sendiri setelah apa yang terjadi. Tentang kehadiran Aster yang tiba-tiba dan juga Juna.

"Apa kata Kak Seri?" tanya Vee begitu Airin selesai menelpon.

Nyatanya, Vee juga mengenal Seri yang merupakan kakak seniornya saat dulu.

"Iya, Arsen akan menginap di sana. Dia juga akan meminta suaminya untuk memberi pengertian pada Arsen," jawab Airin.

Vee lantas mengangguk mengerti. "Aster sudah tidur?" tanya nya lagi.

Airin menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Sepertinya. Katanya, dia kelelahan," ucap Airin.

Sekali lagi Vee menganggukkan kepalanya mengerti. Sekarang hari semakin malam, tapi Vee masih tetap berada bersama Airin. Duduk saling berhadapan di meja makan. Rasanya Vee tak tega kalau harus meninggalkan Airin dengan pikiran yang tidak tenang itu.

Vee menatap Airin lekat, dia menyadari segala kekhawatiran Airin. Bagaimana rumitnya isi kepala Airin saat ini. Dan alasannya untuk tetap berada di sini karena Vee ingin menunjukan jika dia siap menemani Airin dalam keadaan seperti apapun. Menunjukan jika dia ada untuk Airin seandainya wanita itu membutuhkannya.

"Jadi, apa yang akan kau putuskan nantinya?" tanya Vee berhati-hati.

Airin paham, Vee bukan sedang mendesaknya memberikan jawaban akan keputusan yang bahkan belum diputuskan Airin. Dia tahu kalau Vee hanya mencoba memastikan jika dirinya sudah menemukan solusi atau semacamnya.

"Aku tidak tahu, Vee. Ini terlalu mendadak, dan tak bisa membuat aku berpikir jernih," jawab Airin seadanya.

Vee lantas menganggukkan kepalanya pelan. "Jangan terlalu memikirkannya hingga mengganggu tidurmu, Bae. Setidaknya, mungkin perlahan Arsen juga akan paham jika diberikan pengertian sedikit demi sedikit."

"Tapi, bagaimana caranya? Dia saja bahkan sekarang menghindari aku. Ini mungkin seperti aku memang bukanlah ibu yang baik untuk mereka," ucap Airin lirih.

Jujur saja, Airin memang merasa demikian. Apalagi saat nyatanya Arsen lebih memilih untuk menghindarinya. Belum lagi dengan Aster yang juga terlihat tidak baik-baik saja setelah semua ini. Membuat Airin jadi merasa bersalah pada kedua putranya, merasa jika dia bukanlah seorang Ibu yang baik untuk mereka.

"Tidak, Airin. Dengan semua hal ini bukan berarti kau yang salah," ucap Vee sembari menatap Airin di sana. "Aku memang tidak pernah merasakan bagaimana menjadi orangtua, akan tetapi bukan berarti aku tidak dapat melihat siapa yang salah siapa yang benar. Maksudku, nyatanya kau, Arsen, atau Aster, tidak ada yang salah. Kalian hanya belum memahami satu sama lain. Masih ada kesalahpahaman yang harus kalian selesaikan terlebih dahulu."

Airin lantas terdiam di tempatnya. Dia memang setuju dengan apa yang dikatakan Vee. Dimana apa yang dikatakan pria itu sama sekali tak salah. Mungkin Vee memang mengatakan hal yang sebenarnya.

"Lalu sekarang aku harus bagaimana, Vee?" tanya Airin terlihat frustrasi sendiri.

"Kau bisa berbicara lagi dengan Aster dan Arsen secara terpisah. Besok libur 'kan? Kau bisa memanfaatkan waktumu untuk berbicara dengan Aster terlebih dahulu dan bicara dengan Arsen setelahnya. Yakinkan mereka, dan kau bisa mengatakan apa yang memang ingin kau sampaikan pada mereka," jawab Vee kemudian.

Airin menatap Vee lekat. Dia tidak tahu harus merespon bagaimana lagi. Satu hal yang dia rasakan sekarang adalah, Airin yang merasa lebih lega saat berbicara dengan Vee. Seolah Vee telah membuka pikirannya yang sempat terhambat karena rasa peningnya. Untuk beberapa hal, Vee memang selalu membuat Airin nyaman bersamanya, bahkan terkadang Airin sendiri merasa bersyukur saat Vee selalu bersamanya.

"Sekarang, lebih baik kau beristirahat. Jangan terlalu dipikirkan," ucap Vee dengan usakan di rambut Airin pelan.

Airin lantas menunjukan senyumnya. "Terima kasih, Vee."

Jelas Vee juga membalas senyuman itu dengan lebar. Dia senang saat pada akhirnya senyuman Airin bisa terlihat kembali setelah terlihat selalu suram sejak beberapa saat lalu.

Vee bangkit dari duduknya. "Kau bisa menghubungi aku kapan pun kau membutuhkanku, Bae."

Airin menganggukkan kepalanya. "Iya, Vee. Terima kasih."

"Biarkan aku juga terus berusaha mendapatkanmu. Mendapatkan hati Arsen dan Aster untuk dapat bersama. Aku juga ingin bersama kalian."

Vee dengan segala tekadnya yang sudah bulat.

TO(GET)HERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang