Menoleh pada Airin di sampingnya, Vee tak henti-hentinya menunjukan senyuman yang begitu lebar. Menunjukan rasa senang yang dia rasakan saat ini. Ya, tentu ini berkaitan dengan apa yang dia dapatkan pagi hari ini. Dimana Aster juga mulai membuka hatinya untuk Vee.
Walaupun, Vee harus menyombong dengan kekayaannya. Tak masalah. Apapun itu bisa dia lakukan agar bisa mendapatkan Airin dan juga hati kedua putranya. Bukan menjadi masalah juga kalau Aster akan meminta ini dan itu, justru Vee akan merasa senang jika memang terjadi.
Dengan senang hati, Vee akan memberikan apa yang diinginkan Aster. Sekalipun dia harus merogoh kocek yang dalam.
"Berhentilah tersenyum, Vee. Kau mungkin akan merobek bibirmu sendiri kalau terus tersenyum seperti itu," ujar Airin dengan gelengan di kepalanya.
Airin sempat menoleh untuk menatap Vee, sebelum akhirnya kembali menatap jalanan di hadapannya.
Ya, sekarang mereka berdua sedang berada di dalam perjalanan menuju kantor. Urusan Aster dengan sekolahnya sudah selesai. Itu pun, selesai lebih cepat karena ada Ayah Vee yang membantu di sana.
"Tidak apa kalau robek. Habisnya aku sedang senang," ujar Vee yang menoleh pada Airin untuk beberapa saat.
Airin tersenyum tipis. Vee ini ada-ada saja tingkahnya.
"Ngomong-ngomong, terima kasih, Vee," ucap Airin dengan senyuman yang dia tunjukan.
"Untuk?"
"Kau dan ayahmu. Kalian sudah membantuku soal sekolah dan kepindahan Aster."
Vee mengangguk-anggukkan kepalanya. "Tak masalah. Aku senang bisa membantu kalian."
Airin merapatkan bibirnya. Dia tak tahu harus mengatakan apa lagi, rasanya suasana di antara dirinya dan Vee menjadi canggung. Seolah ada hal di dalam diri mereka yang ingin disampaikan, tapi begitu sulit. Membuat keheningan menyelimuti untuk beberapa saat.
"Ayahmu, baik sekali, ya," ucap Airin begitu saja.
Daripada terus saling berdiam diri, akhirnya Airin lebih memilih untuk mengatakan hal itu. Kekagumannya pada Vee dan juga Ayah pria itu. Dimana keduanya memang memiliki sikap yang sama-sama baik.
Vee tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Ya, bukan ingin menyombong, tapi kedua orangtuaku memang selalu bersikap baik pada siapa pun."
Airin lantas terkekeh pelan saat Vee juga terkekeh di akhir kalimatnya.
"Iya, berbeda dengan orangtuaku dan juga orang tua ...." Airin menggantung kalimatnya.
Dia baru saja mengatakan hal yang tak seharusnya dia katakan pada Vee.
"Orangtua ayah si kembar?" tebak Vee dengan senyuman tipisnya.
Tebakan Vee berhasil membuat Airin terdiam. Sebab, tebakannya tak salah sama sekali.
"Kau bisa menceritakan apapun yang ingin kau sampaikan, Bae. Kau tak harus memendamnya sendirian. Tidak baik kalau harus terus memendam segalanya sendirian," ujar Vee dengan lembut.
Bahkan, suara baritone nya itu terdengar menjadi lembut sekali. Seolah berhati-hati saat mengatakannya.
Dan entah kenapa, apa yang dikatakan Vee mampu menyentuh hati Airin. Selama ini, Airin memang selalu memendamnya sendiri. Dia berjuang seorang diri tanpa bisa mengeluh pada siapa pun. Tidak ada tempatnya untuk bersandar dengan segala kelemahan yang berusaha dia sembunyikan.
Sebab, tak mungkin juga dia menunjukannya di hadapan putranya. Dia tidak ingin membuat Arsen kecewa.
Airin tersenyum begitu tipis. Mungkin, lebih tepatnya senyuman miris akan hidupnya sendiri. "Orangtua Juna yang membuatku berpisah dengan Aster. Dia memaksa membawa Aster dariku dengan Juna yang sama sekali tak membela dan malah mengatakan hal yang menyakitkan untukku."
Ini terasa aneh. Tapi, Airin malah bercerita begitu saja tentang hal ini pada Vee yang sudah mendengarkan dengan seksama.
"Dan kau tahu yang dikatakan orangtuaku begitu aku pulang ke rumah?" Airin menoleh pada Vee, kemudian menunjukan senyuman yang sama, senyuman miris untuk dirinya sendiri.
"Mereka mengatakan aku telah membuat mereka malu, aku hanya benalu untuk mereka. Sampai pada akhirnya, aku lebih memilih pergi dari rumah. Nekat membawa Arsen untuk tinggal bersamanya di sebuah rumah peninggalan nenek. Rumah yang sekarang aku tempati."
Airin kembali mengingat masa-masa itu. Kesedihan yang berkali-kali lipat dia rasakan. Mulai dari dia yang dipaksa berpisah dengan putranya, ditinggalkan Juna yang saat itu begitu dia cintai, tak diharapkan keluarganya sendiri, ditambah dengan dia yang mengurus Arsen seorang diri sembari melakukan ini dan itu untuk biaya hidup mereka berdua.
Penjelasan Airin jelas membuat Vee begitu tersentuh. Dia semakin kagum dengan wanita di sampingnya. Dia semakin bertekad untuk mendapatkan Airin dan membawanya ke dalam kebahagiaan bersama. Tentu dengan Arsen dan Aster yang akan dia cintai seperti putranya sendiri.
Tak masalah untuk Vee harus menjadi ayah sambung. Malah, dia pasti akan berusaha untuk menjadi ayah sambung yang baik untuk Arsen dan Aster.
"Kau sudah bertemu kembali dengan orangtuamu setelah itu?" tanya Vee berhati-hati.
Gelengan kepala ditunjukan oleh Airin atas pertanyaan Vee. "Hari itu menjadi hari terakhir pertemuanku dengan mereka."
"Ayo temui mereka!" Seru Vee tiba-tiba.
Airin menoleh pada Vee dengan terkejut. Kernyitan di dahinya bahkan dia tunjukan saat menatap pria itu.
"Mau apa, Vee?!"
"Mau menunjukan betapa hebatnya dirimu bisa bertahan sejauh ini. Biar mereka juga menyesal karena telah mengabaikanmu dan cucu kembar mereka yang hebat!" Seru Vee bersemangat.
"Tidak, tidak! Tidak perlu melakukannya. Lagipula, aku juga tak yakin kalau mereka akan mau bertemu denganku," ucap Airin yang lantas kembali tersenyum tipis.
Vee menggelengkan kepalanya. Dia tak setuju dengan apa yang dikatakan Airin di sana.
"Kita bisa mencobanya. Ada hal yang ingin aku lakukan juga saat bertemu dengan mereka."
Airin kembali menatap Vee heran, bertanya-tanya.
"Aku mau memperkenalkan diriku sebagai seseorang yang begitu mengharapkanmu untuk hidup bersamaku. Menghabiskan seumur hidup bersama. Aku ingin menunjukan juga, bahwa aku yang akan selalu menjagamu dan dua putramu. Memastikan kalian berada dalam kebahagiaan, meski tanpa kedua orangtuamu," ucap Vee sembari tersenyum dengan lembut.
"Aku bahkan bisa membawa kedua orangtuaku untuk bertemu mereka juga. Tak masalah jika kau masih bekum menerimaku dengan baik, tak masalah saat Arsen masih menolakku mentah-mentah, tak masalah juga jika Aster baru setengah percaya padaku. Semua itu tak akan mengubah fakta jika aku akan tetap berusaha untuk mendapatkanmu. Menjalin kebersamaan dengan kalian," tambah Vee dengan begitu yakin.
Dimana sekali lagi, Airin merasakan hatinya telah terenyuh dan hampir meneteskan air matanya.
Vee, begitu bersungguh-sungguh dengan perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TO(GET)HER
RomansaBae Airin adalah seorang perempuan berusia 34 tahun yang telah memiliki putra berusia 17 tahun. Tidak hanya satu, melainkan dua. Dua putera kembar yang memiliki sifat berbeda. Sebab, sejak bayi, salah satu dari dua puteranya tinggal terpisah darinya...