19. Kesamaan

181 46 1
                                    

Satu hari Aster berada di sekolah yang sama dengannya sudah mampu membuat Arsen berkali-kali menghela nafasnya dalam. Bukan karena Aster membuat onar atau semacamnya. Tapi, karena dia dan Aster malah menjadi pusat perhatian. Banyak dari mereka yang bertanya-tanya karena begitu penasaran mendapati Arsen ternyata memiliki saudara kembar.

Jelas Arsen tidak seperti Aster yang akan dengan ramahnya merespon mereka semua dengan baik. Pasalnya, Aster memang mudah sekali bergaul. Dia seperti Social Butterfly. Berbeda dengan Arsen yang nyatanya lebih suka menyendiri dan membatasi pertemanannya.

Pun begitu, entah kenapa Arsen merasa senang karena Aster bisa beradaptasi dengan baik. Setidaknya, tidak akan menyulitkan dirinya atau pun sang Mami.

"Arsen, kita pulang bersama!" Seru Aily yang kini sudah mendekat pada Arsen.

Jam sekolah telah berakhir, Arsen kini tengah memasukan buku dan yang lainnya ke dalam tas.

"Aily, sudah kubilang arah rumah kita itu berbeda. Berhenti membuatku repot," ujar Arsen. Seperti biasanya, begitu dingin.

Aily menghela nafasnya kecewa. "Sayang sekali, padahal aku dan Aster berniat mampir ke toko buku."

Arsen langsung menoleh pada Aily. Kedua alisnya sudah terangkat menatap Aily yang sudah menunjukan raut wajah kekecewaannya.

"Benarkah? Memang—"

"Ayo, Aily! Arsen, kau ikut?" Aster yang baru saja menghampiri mereka berdua lantas bertanya pada Arsen di sana.

"Katanya Arsen tidak mau ikut," ucap Lily lebih dulu sebelum Arsen menjawab.

"Benarkah? Kalau begitu, nanti kau antarkan aku tidak apa-aps, ya? Soalnya kau tahu sendiri aku tidak terlalu tahu jalan di sini," ucap Aster pada Aily.

Aily menganggukkan kepalanya. "Aku—"

"Tunggu, kenapa malah meminta antar pada Aily. Kau pria dia wanita," potong Arsen tak terima.

"Memang apa masalahnya? Katanya, dia juga sering bolak-balik dari rumahnya ke rumah kita kan?"

"Tetap saja! Mana bisa kalau— Kalau begitu aku akan ikut saja bersama kalian."

Aily membulatkan matanya, sorot mata itu terlihat begitu antusias sekarang dengan mata yang berbinar. "Kau yakin, Ars?"

"Terpaksa. Aku tidak mau Mami juga menyalahkanku karena aku tidak pulang bersama dia," ucap Arsen sembari menunjuk Aster.

Tanpa menunggu jawaban lain lagi, sekarang Arsen sudah berjalan melewati keduanya lebih dulu. Dimana akhirnya Aily tersenyum lebar sembari menyusul langkah Arsen dengan setengah berlari

Sedangkan Aster yang menatap keduanya sempat terdiam beberapa saat. Sebelum akhirnya menyunggingkan senyumnya menatap dua orang itu.

***

Berjalan bersamaan, Arsen, Aster dan Lily kini tengah melihat-lihat buku yang mungkin akan menarik untuk mereka beli. Arsen yang sebelumnya tidak berniat membeli buku pun jadi tertarik untuk membeli satu bukunya.

"Sebentar, aku mau ke sana dulu!" Seru Aily yang lantas berlarian menuju rak yang lain.

Terkadang, Lily menjadi begitu antusias kalau sudah berada di dalam toko buku. Walaupun, bersama Arsen jelas yang lebih membuatnya antusias.

Kepergian Aily akhirnya hanya menyisakan Arsen dan Aster di sana. Dimana keduanya lebih memilih sama-sama diam sembari berjalan pelan menyusuri rak buku yang ada di sana.

Sampai pada akhirnya, langkah keduanya berhenti di satu titik. Dan mereka sama-sama mengulurkan tangannya pada sebuah buku yang ada di sana.

"Wow! Kau menyukainya juga?" Seru Aster yang kini menatap pada Arsen.

Arsen juga telah menatap pada Aster. Kedua alisnya sudah terangkat untuk menatap saudara kembarnya itu.

"Kau juga?" tanya Arsen.

Aster lantas menganggukkan kepalanya dengan yakin. Senyuman lebarnya juga sudah dia tunjukan.

"Who's your favorite?" tanya Aster masih dengan keantusiasannya.

"Of course, The Capt Luffy!" jawab Arsen bangga.

"Gomu gomu no!"

"Gomu gomu no!"

Keduanya berseru. Sebelum akhirnya saling terkekeh bersamaan.

Ya, untuk pertama kalinya mereka tertawa bersama seperti itu. Dimana setelah memiliki banyak perbedaan, pada akhirnya mereka memiliki satu kesamaan yang mampu membuat tawa itu terdengar secara bersamaan.

Hingga saat mereka menyadari hal itu, kecanggungan mulai dirasakan. Terlebih untuk Arsen yang kini telah menghentikan tawanya dengan tangan yang sudah mengusap tengkuknya sendiri. Dia seperti baru saja tersadar akan apa yang dia lakukan barusan.

Bahkan dengan yang lain saja Arsen tidak pernah seantusias ini sampai tertawa seperti itu. Dengan Airin sendiri saja jarang sekali.

Arsen berdeham. "Aku akan mengambil ini," ucapnya terburu-buru sebelum akhirnya meraih salah satu komik One piece yang ada di sana.

Aster menahan senyumnya. Dari awal, Aster memang ingin dekat dengan Arsen. Sebab, dia merasa senang saat bertemu saudara kembar yang selama ini ingin sekali dia temui. Mendapat respon buruk dari Arsen beberapa hari ini akhirnya sedikit berbuah manis. Meski dia juga tahu kalau masih membutuhkan waktu untuk lebih dekat dengan Arsen agar bisa menerimanya dengan baik.

"Tunggu, Ars," ucap Aster dimana dia juga meraih satu buku yang sama dengan Arsen. Sebelum akhirnya mengejar Arsen dan menepukan satu tangannya pada pria itu.

"Mau aku beritahu satu hal lain yang penting tidak?" tanya Aster yang kini berjalan tepat di samping Arsen.

Arsen diam, lebih memilih tak merespon.

Hingga pada akhirnya, Aster telah mendekatkan wajahnya pada telinga Arsen. Dan mulai berbisik,

"Aku tahu kau menyukai Aily, sebaiknya kau cepat jadikan dia milikmu saat Aily juga memiliki perasaan yang sama padamu sekarang. Aku seratus persen akan mendukungmu!"

Aster lantas segera menjauh kembali dari Arsen. "Aku akan pergi lebih dulu! Jangan khawatir, aku bisa mencari jalan pulang lewat internet. Kalian bisa menghabiskan waktu bersama!" ucap Aster sembari menjauh dari Arsen dengan senyuman lebarnya.

Arsen sempat kebingungan di sana. Dia juga hendak menahan Aster, akan tetapi dia mengurungkan niatnya tersebut. Dimana Arsen kini sudah mengalihkan pandangannya pada Aily yang masih sibuk mencari buku.

"Aster, benar-benar!" gumam Arsen disertai dengan decihan yang diakhiri dengan senyuman yang terlampau tipis.

Ternyata, Aster tidak terlalu menyebalkan seperti yang Arsen kira.

TO(GET)HERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang