21. To get her for Together [Last]

505 59 5
                                    

Rasanya, semua ibu ingin melakukan hal yang terbaik untuk anaknya. Seorang ibu akan rela mengorbankan apapun demi anaknya. Jerih payahnya untuk sang anak tidak dapat dibandingkan dengan apapun lagi. Begitu berharga sampai tak ternilai lagi.

Itu juga berlaku untuk Airin. Dia ingin yang terbaik untuk kedua putranya. Dia rela menukar nyawanya sekalipun demi menyelamatkan mereka dari iblis berwujud manusia seperti Juna.

Maka sekarang, dia rela berlutut di depan Juna demi menyelamatkan Aster. Tak perduli sekalipun Aster berusaha berbicara untuk melarangnya. Tak perduli sekalipun Arsen mencoba membantunya untuk bangkit kembali.

"Kumohon, lepaskan Aster," pinta Airin sekali lagi dengan deraian air matanya.

"Mam," panggil Arsen dengan suaranya yang gemetar.

Dimana untuk pertama kalinya juga dia meneteskan air matanya di depan Airin. Bukan hanya mengkhawatirkan Airin. Nyatanya Arsen juga merasa bersalah saat dia tak dapat melakukan apapun ketika melihat Aster diperlakukan seperti itu oleh Juna.

Sampai pada akhirnya, Arsen ikut berlutut bersama Airin. "Jangan sakiti Mami dan Aster. Kumohon," ucap Arsen dengan suara yang begitu gemetar.

Selama ini dia mendapatkan cacian dari orang lain tentang dia yang tidak memiliki seorang ayah. Cacian yang selalu membuatnya terpojok. Membuat dia benar-benar lelah menjalani hidupnya.

Namun, siapa sangka masih ada hal yang terasa lebih menyakitkan. Bahkan cacian itu tak sebanding dengan rasa sakitnya saat air mata Airin berjatuhan dengan derasnya, saat Aster menunjukan penderitaannya saat dicekik oleh tangan ayahnya sendiri.

"Seharusnya kalian menurut sejak awal agar tidak ada yang terluka!" Seru Juna yang kini telah melonggarkan cekikannya pada leher Aster. Membuat Aster lantas terbatuk dan berusaha mengais oksigen sebanyak-banyaknya.

"Baiklah. Kalau begitu, malam ini juga kalian ikut aku dan aku akan—"

Ucapan Juna terputus, saat seseorang baru saja berlari ke arahnya dan menarik tubuhnya dengan kasar. Hingga detik berikutnya, satu pukulan keras telah mendarat di wajah Juna.

"Brengsek!" Maki pria itu.

"Vee?" ucap Airin terkejut saat melihat Vee yang kini kembali melayangkan pukulan pada wajah Juna.

Ya, Choi Vee yang mereka kenal.

Meski begitu terkejut dengan kehadiran Vee yang tiba-tiba, Airin lebih memilih mengenyahkannya untuk sementara. Dimana dia dan Arsen kini telah menghampiri Aster dan membawanya menjauh dari Vee yang tengah saling melayangkan pukulan satu sama lain.

***

"Bagaimana lukanya? Kalian yakin semuanya sudah terobati?" tanya Vee pada Airin dan Aster yang ada di depannya.

Airin mengangguk, begitu juga dengan Arsen.

"Tinggal Aster, dia masih ditangani dokter," ucap Airin dengan suara yang parau.

Kemudian Vee mengangguk mengerti. "Aster pasti baik-baik saja. Kalian juga tak perlu khawatir soal Juna. Aku akan pastikan dia mendekam di penjara dengan pasal berlapis," ucap Vee lembut. Mencoba menenangkan keduanya.

"Ah, sebentar. Aku akan melihat Aster dulu," ucap Airin.

Vee dan Arsen pun menganggukkan kepalanya. Dimana pada akhirnya kecanggungan lantas dirasakan keduanya setelah ditinggalkan Airin.

"Mau menunggu di luar?" tanya Vee berhati-hati.

Dimana tanpa dia sangka, Arsen menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Membuat Vee sedikit menyunggingkan senyumnya, sebelum akhirnya berjalan bersama dengan Arsen menuju ke luar rumah sakit.

TO(GET)HERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang