Chapter 2 : Kesal, Bukan Cemburu

710 159 77
                                    

Pagi menyapa hangat. Tak seperti biasa dimana Nayeon duduk di meja makan, berteman toast dan secangkir susu yang diseruput hambar, rendah kalori, saat ini yeoja itu tengah meringkuk serba salah di ranjang pasien.

Bekas jahitan pada area kewanitaannya terasa sangat amat perih, benar-benar seakan merobeknya hingga mau mati. Ah Nayeon baru ingat, dirinya telah menjadi seorang ibu sekarang. Mungkin obat anti nyeri sudah hilang jadi rasa sakit pasca melahirkan itu baru kerasa saat ini. Sialan.

Lamat-lamat kelopak matanya terbuka. Nayeon mendapati surai cokelat sang suami berlabuh pada kasur, tepat di dekat pergelangan tangannya.

Kamu itu sebenernya siapa?
Apa aku terlalu bodoh tidak mengenalimu hingga saat ini? Atau justru aku yang terlalu berangan-angan banyak, atas secuil harapan yang kau beri sendiri? Siapapun kamu, kenapa sangat sulit untukku mengerti dirimu?

Henyaknya bersama tangan yang hampir membelai surai itu.

Sebuah pergerakan singkat membuat Nayeon tersentak. Buru-buru dia memejamkan mata kembali untuk lekas tertidur.

"Hng~ aw pinggangku!" keluh Jeongyeon kala membuat perenggangan.

"Hm? Wae geurae?" Nayeon ikut membuka mata. Membuat sedikit stretching juga pada tubuh kakunya. Ya, sebuah akting yang sempurna dari aktor amatir Lim Nayeon.

"Aniya, tidur lagi aja. Maaf kalo saya bikin kamu keberisikan."

"Gapapa emang udah waktunya bangun kok," ujarnya dengan nada rendah. Tidak tahu pasti, tapi surat yang Jihyo berikan sukses membuat cara bicara Nayeon lebih santai kepada pria ini. Harapan itu kembali tumbuh di lubuk hatinya.

Mata mengedar, Nayeon memperhatikan setiap sudut ruangan. "Kyungyeon?"

"Semalem sebelum aku ketiduran di sini, udah aku bawa ke ruang anak."

"Oh."

Senyap. Mereka sama-sama dalam keadaan diam untuk sesaat. Awkward.

Bayangkan, Nayeon yang selama ini tahu Jeongyeon adalah Je dan sekarang malah mendapat bocoran kalau pria itu adalah Jeongyeon, si pujaan hatinya yang telah lama meninggal.

Bingung, sedikit merasa lega, namun juga takut kalau semesta sudah memulai babak baru untuk mengguraukannya kembali, membuat Nayeon serba salah untuk melangkah.

Sedangkan Jeongyeon?

Dia masih bertanya-tanya, sebenarnya apa maksud Nayeon kemarin? Semula semua tampak biasa saja dan Jeongyeon yakin bisa melewati hidup barunya tanpa ada masalah. Tapi setelah Nayeon membahas surat yang Je titipkan ke Jihyo membuatnya penasaran sekaligus takut setengah mati.

Saat ini Jeongyeon harus ekstra hati-hati dalam bertindak sebagai kembarannya. Jeongyeon juga tidak boleh gegabah dalam membaca situasi.

"Hm-"

"Anu-"

* BLUSH *

Kan, mereka jadi lebih canggung usai bicara berbarengan.

"Apa kau butuh sesuatu?" inisiatif Jeongyeon lebih dulu. Datar. Bersikap seolah biasa meski hatinya berkata lain.

"A-aku ingin ke kamar mandi," ungkap Nayeon.

"Untuk?"

"Pipis."

"Kau dipasang kateter Nayeon, jadi ngga perlu ke kamar mandi." tutur Jeong. Menskak Nayeon pada ucapannya.

Iya, Nayeon lupa akan itu. Seharusnya bukan itu alasan Nayeon ingin ke kamar mandi. Menyusui dengan bra yang ketat membuat Nayeon kesusahan semalaman, maka dari itu Nayeon pengen melepasnya atau setidaknya berganti dengan yang lebih longgar. Bodohnya, Nayeon belum menemukan alasan yang tepat untuk sang suami. Malu.

Bitter Sweet [2Yeon] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang