Aku tak akan lupa caramu menciumku, perasaan yang begitu kuat itu akan membekas selamanya.
Kalau aja Nayeon adalah wanita melankolis, dia akan melontarkan kata itu dengan lantang saat meratapi foto Jeongyeon. Siapapun tahu, 9 bulan bukanlah waktu yang sebentar ketika di hadapi perpisahan, terlebih untuk selamanya.
Jujurly, luka itu masih ada dan membekas hingga sekarang. Tertawa di siang hari, Nayeon merasakan jiwanya sedang beristirahat, namun ketika malam justru batinnyalah yang berperang melawan kehampaan. Sangat bergejolak minta keadilan kepada semesta atas nasib hidupnya yang sangat miris.
Jika diingat lagi, kenapa Nayeon? Kenapa mesti Nayeon yang hanya mendapat ujian seberat itu?
Merasakan hatinya yang remuk, mendapat cibiran natizen atas pernikahannya yang mendadak, sampai menyaksikan sendiri kepergihan sang kekasih tepat di depan mata; wah Nayeon tidak akan sanggup jika kembali ke masa-masa sulit itu, sungguh.
"Loh, kau belum tidur?"
Jeongyeon menegur. Memergoki Nayeon sedang pegang ponsel diposisi membelakangi dirinya yang menggendong Kyungyeon. Ini pukul 11 malam, wajar jika Jeongyeon menanyakan.
"Nanti, abis baca pesan dari sajangnim soalnya," elak Nayeon. Acuh. Layar itu lekas di matikan.
"Oh ya gapapa sih, asal besok ga kesiangan aja pulang ke rumahnya." oceh Jeongyeon lagi, mengingatkan ini adalah malam terakhir mereka di RS. Badan Nayeon berbalik. Memandang Jeongyeon dari atas hingga bawah bersama sorot mata yang mengintrogasi.
"Btw, pagi tadi ngomong apa aja sama Dahyun? Ga yang macem-macem, kan?"
"Ngga kok, cuma minta tolong Dahyun buat ngehubungin seseorang."
"Siapa?" dahi Nayeon mengkerut.
"Irene red velvet, aku fansnya dan selalu ingin bertemu dengannya."
Tentu itu adalah sebuah kebohongan lain dari mulut Jeongyeon. Sudah sangat lama sejak terakhir kali ia bertemu dengan Joohyun ditubuh Je, dia ingin memastikan bisakah gadis itu mengenalinya lagi atau tidak seperti Sana (?)
Setidaknya, syukur-syukur Joohyun bisa mempertemukan Jeongyeon dengan Dongwook atau Hae In sekalian. Dengan begitu Jeongyeon bisa tahu mengenai apa yang ingin diketahuinya.
"Kau penggemar mereka?"
"Eo."
"Lagu apa yang paling kau suka?"
"Psycho."
Hening terdiam sejenak. Jeongyeon melukis senyum simpul saat mendapati wajah sebal Nayeon.
"Ah mian, saya ngga bermaksud ngehujat kamu kok, kan emang judulnya psycho." lanjutnya, berwajah lempeng.
"Tch siapa juga yang berpikir ke sana." desis Nayeon, jengkel.
Bukan membenci, Nayeon hanya tidak senang jika pria itu menyukai member group lain disaat istri fakenya sendiri adalah mantan member group.
Hello, siapa sih yang jaman sekarang ngga suka sama Twice? Seorang multifandom sekalipun pasti hatinya bergetar hebat jika mendapat kesempatan dekat dan bertemu salah satu member Twice secara face to face, apalagi sama center groupnya.
Lah ini, masa iya Je masih sempat mikir member group lain sedangkan di hadapannya ada Dewi Yunani yang tak kalah cantik? Gila, batin Nayeon menyinyir halus. Lebih kearah narsistik sebenernya.
Ia lanjut berkata. "Besok kamu harus ikut aku pulang ke rumah mama, ga ada penolakan!"
"Eh? Kok mendadak? Katanya cuma kamu sama Kyungyeon doang yang nginep di sana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet [2Yeon] ✓
FanficSekuel dari 49 Days. Ini adalah kisah Pahit dan Manis hidup baru Yoo Jeongyeon sebagai Jeongyoon si ketua mafia yang memiliki sikap dingin, datar dan acuh atas segala hal, harus tetap mempertahankan identitasnya tanpa boleh diketahui dunia. Sedangka...