"Masih marah nih ceritanya?" menggema, serak. Terdengar di sekitar ambang pintu yang baru saja Jeongyeon tutup rapat dari dalam.
Keringat di sekujur badan otomatis terkikis oleh dinginnya air conditioner.
Ah jangan khawatirkan kondisi ruang tamu, sudah Jeongyeon bersihkan sampai kinclong merata sekinclong kulit Dahyun.
Mulai dari disapu, dipel, disedot dengan vacum cleaner, hingga dipilah semua sampahnya sudah Jeongyeon lakukan tanpa istirahat. Itulah alasan mengapa pria tinggi dengan kemeja abu-abu yang lengannya digulung 1/3 ini berperawakan sedikit berantakan malam-malam begini.
"Ga marah tuh," acuh Nayeon pandangannya tidak lepas dari buku yang dibaca.
"Yakin?"
Nayeon tak menjawab.
"Beneran nih ngga marah?"
Lagi-lagi gadis itu masih tetap bungkam dengan aktivitasnya.
Merasa tidak suka didiami, Jeongyeon mulai berjalan mendekat melewati ranjang bayi Kyungyeon dan memilih ikut duduk di sofa samping istrinya. Senyum pria itu tertahan kala membaca judul pada cover buku yang Nayeon pegang.
Fifty Shade of Freed (?)
Demi tuhan, sebagian orang pasti lebih suka melihat filmnya ketimbang berimajinasi lewat buku. Apalagi Jeongyeon tahu, Im Nayeon bukanlah tipikal wanita yang gemar menghabiskan waktu secara cuma-cuma, hanya untuk duduk diam membaca tiap kalimat yang tertera ditumpukan kertas berjilid itu.
Nayeon tidak serajin itu!
"Kenapa ketawa?" skeptis Nayeon sadar dengan sikap Jeongyeon. Tangannya bergerak melepas kacamata yang hinggap di pangkal hidung.
"Gapapa kok."
"Aku tanya, kenapa kamu ketawa?"
"Lucu aja," jawab Jeongyeon singkat. Alis Nayeon mengernyit.
"Apa yang lucu?"
"Kita," bohongnya, tidak sampai hati meluahkan apa yang benar-benar ada di pikiran. Nayeon jelas akan semakin ngambek kalo Jeongyeon berkomentar; terutama mengolok aktivitas baca bukunya.
"Akhir-akhir ini kita sering tarik ulur kaya remaja puber yang baru pacaran, emang kamu ngga ngerasa lucu?"
"Oh." Nayeon membuang wajahnya, malu, hati Nayeon ikut tersenyum mendengarnya.
"Maaf kalo aku bikin kamu kesel hari ini," kata Jeongyeon mengeluarkan sesuatu dari saku jeans putihnya. "Happy birthday."
Sebuah kalung rose gold dengan sedikit refleksi cahaya yang Jeongyeon pegang sukses menjadi pusat perhatian Nayeon. Untuk seperkian detik gadis itu tertegun haru, tak bisa berucap atas rasa bahagia yang menubruk hatinya. Buku ditangan spontan Nayeon hempas ke meja, kalah berarti dari apa yang ada di depan mata.
"Aaa cantik~ bukan KW kan?" adalah hal kalimat pertamanya yang Nayeon lontarkan secara spontan.
Jeongyeon hampir tertawa. Namun, memilih untuk menggeleng dan membalasnya dengan senyum teduh.
"Sebuah hadiah cantik buat wanita tercantik juga," agak geli memang, tapi Jeongyeon sukses mengutarakan isi hatinya.
"So sweet~" Nayeon mencubit pipi Jeongyeon gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet [2Yeon] ✓
FanfictionSekuel dari 49 Days. Ini adalah kisah Pahit dan Manis hidup baru Yoo Jeongyeon sebagai Jeongyoon si ketua mafia yang memiliki sikap dingin, datar dan acuh atas segala hal, harus tetap mempertahankan identitasnya tanpa boleh diketahui dunia. Sedangka...