Chapter 5 : Formalitas Sebagai Suami

577 159 109
                                    

"Kyungyeon-a, kita udah sampe sayang."

Mendalami peran baru sebagai wanita yang telah memiliki anak, Nayeon membelai halusnya pipi Kyungyeon yang tidur di gendongannya.

Wanita 27 tahun itu turun dari mobil dengan sangat hati-hati, enggan membuat bayi mungil tersebut terjaga.

Ini hari ke 6 usai Nayeon menandatangani kontraknya dengan JYP Ent, dan kemarin Nayeon dapat kabar kalau Jinyoung setuju untuk memperbolehkan suami Nayeon ikut tinggal di dorm. Tentu ada beberapa syarat, salah satunya Jeongyeon harus rela menjadi manager pribadi Nayeon kelak dan ikut mengurusi jadwal twice bersama para manager yang lain.

Itu bukanlah hal besar. Setelah berunding jadilah sekarang mereka bertiga pindah.

"Kamu naik duluan aja, Nay. Barang-barang biar aku yang bawa," usul Jeongyeon sibuk membuka bagasi.

Gadis itu memandang balik, mendekat dengan tangan yang setia berayun demi kenyamanan tidur sang anak.

"Loh bukannya banyak? Gapapa sini aku bantu."

"Gausah, gampang kok. Ntar aku tinggal bolak balik dan minta bantuan sma Dahyun, Chaeyoung atau Tzuyu. Kamu naik aja ke atas."

"Ga mau."

"Kenapa?" dahi Jeongyeon mengernyit, sedangkan Nayeon merotasikan bola matanya jengah.

"Nanti mereka bakal mikir macem-macem kalo aku naik sama Kyungyeon doang, kita kan udah sepakat buat jaga keharmonisan di depan member?"

Kirain ga mau jauh dariku, eh ternyata alasan klasik itu lagi, hela Jeongyeon pada batinnya yang terasa penuh akan sesak.

Nampaknya sekalipun Nayeon tidak mempertegas hubungan fake mereka, Jeongyeon tetap sadar diri dengan posisinya saat ini.

Rencana Jeongyeon untuk menyembunyikan identitas asli juga masih berjalan lancar saja hingga sekarang. Yang Jeongyeon sayangkan, kenapa Nayeon terus membuat dinding di antara mereka sedangkan Jeongyeon sendiri tidak suka karena itu menyakiti hatinya.

Jikalau sekarang membongkar identitas dengan kilah supaya Nayeon membatalkan niat cerainya dan agar tidak membuat dinding jarak semakin lebar di antara mereka, Jeongyeon rasa itu bukanlah pilihan terbaik.

Jeongyeon harus menahan egonya. Harus sabar menelan alasan klasik itu lagi.

"Yaudah aku bawa koper ini dlu trus nemenin kamu ke atas baru turun lagi." singkat Jeong.

"Oke. Kalo gitu kita ke atas sekarang, ya? Kasian Kyungyeon tidurnya pasti kurang nyaman di gendong gini."

"Hm."

Setelah memastikan bagasi tertutup rapat, Jeongyeon mengikuti Nayeon menuju lift. Tak lupa, Jeongyeon juga merapihkan anak rambut Nayeon yang sedikit berantakan serta memandang buah hatinya yang tidur nyenyak dipelukan orang terkasih Jeongyeon. Tanpa sadar seulas senyum teduh itu tercetak, dan Nayeon menyadarinya.

Tak bisa dipungkiri, hari demi hari seuntai harapan konyol terus tumbuh di hati Nayeon.

Dia selalu berpikir dan membayangkan; bagaimana jika surat itu benar? Apa jadinya jika pria di hadapannya ini ternyata benar-benar Yoo Jeongyeon (?)

Bukan kah itu berarti, kebodohan Nayeon mutlak! Ya jika memang seperti itu, maka sorot mata tanpa emosi yang selama ini menatap Nayeon adalah mata Jeongyeon. Dan wajah datar nan dingin yang Nayeon temui pagi-siang-malam selama ini juga wajah Jeongyeon pula.

Jika benar, Nayeon jelas akan menghukum dirinya sendiri karena sudah terlalu bodoh sampai tidak bisa mengenali Jeongyeon untuk kesekian kali.

*Tringg*

Bitter Sweet [2Yeon] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang