Chapter 3: Dilema dan Penyesalan.
Menjelang siang hari di tengah lautan lepas dengan ombak yang cukup tenang, ada sebuah kapal yang tengah berlayar disana yang mana kapal tersebut di pimpin oleh seseorang yang bernama Monkey D. Luffy yang juga merupakan kapten dari Kru Bajak Laut Topi Jerami.
Luffy.. adalah orang yang tengah menanggung beban berat atas kesalahannya beberapa waktu lalu yang menyebabkan salah satu anggota krunya terluka yang sampai saat ini masih belum bangun dari tidurnya yang cukup lama sedari 3 hari yang lalu.
Nami, adalah orang yang kita singgung saat ini yang mana dia adalah orang yang menjadi salah satu daripada korban pengeroyokan yang dilakukan oleh gerombolan Marinir keji tempo hari yang sudah berlalu.
Nami masih saja terbaring lemah tak berdaya dan tak kunjung sadar selama 3 hari lamanya sehabis insiden yang menimpa dirinya kala itu.
Membahas tentang pertanggung jawaban seorang kapten atas keselamatan para anggota krunya, Luffy tentu merasa sangat bersalah karena lengah dalam menjaga Nami pada waktu kejadian.
Terlebih lagi, dia memiliki janji dengan ayah angkat Nami, Genzo. Yang mengatakan bahwa dia berjanji untuk selalu menjaga Nami dengan baik serta tak akan pernah membuatnya meneteskan derai air matanya walau hanya setetespun.
Andai Genzo saat ini berada disini, entah mau ditaruh dimana wajah Luffy saat berhadapan dengannya. Tak lagi memiliki martabat seorang pemimpin yang bertanggung jawab apabila dia ingkar dan membuat suatu kesalahan sekecil apapun permasalahan itu.
Mungkin, Genzo tak akan segan menghajar dan mencaci maki Luffy habis-habisan lantaran mengetahui putri kecil kesayangannya terluka akibat kelalaian dari Sang Kapten Bodoh itu. Tentunya Luffy akan bersedia menerima hukuman itu, walau sebenarnya hukuman tersebut tak akan pernah setimpal dengan kesalahan fatal yang ia perbuat.
Pada saat ini, Luffy sedang tertidur di samping ranjang Nami, menunggu hingga sang wanita yang diam-diam ia cintai dan sayangi, terbangun dan menampakkan senyumannya yang indah itu. Itulah yang ia pikirkan.. walau mungkin terkadang Luffy merasa dirinya sudah tak pantas lagi berada di sisi Nami karena sudah membuatnya menderita seperti ini.
Selang beberapa menit kemudian, akhirnya Luffy terbangun.
Ketika ia membuka matanya, ia berharap bahwa sang pujaan telah terbangun dan sadar dari tidurnya yang panjang. Namun apa yang ia harapkan, nihil adanya.
Sang Navigator, Nami, masih tertidur pulas di kasurnya.
Luffy kemudian menatap wajah Nami yang dipasangkan selang oksigen dan terlihat tak berdaya itu dengan tatapan lesu. Dalam hatinya, dia merasa sengsara ketika melihat Nami menjadi seperti ini karena ulahnya sendiri.
Luffy kemudian menggapai rambut indah Nami yang panjang itu lalu membelainya dengan perlahan. Dia menatap dengan tatapan penuh kekhawatiran, serta masih setia mengelus rambut dari sang navigatornya tersebut.
Ketika memperhatikan wanita yang ia sayangi terbaring tak berdaya dihadapannya, Luffy hanya bisa terdiam karena ia tak bisa berbuat apa-apa, namun dalam hatinya dia merasa begitu tersiksa melihat sang pujaan tak kunjung sadar sampai detik ini.
Karena perasaan bersalah yang menggelegar dari dalam reluk sukmanya yang terdalam, sekujur badan Luffy bergetar.. bibir bawahnya ia gigit serta giginya saling beradu satu sama lain. Tangannya ia kepalkan sampai urat di lengannya nampak dengan jelas. Mulutnya seolah-olah ingin berbicara namun tak dapat ia mengeluarkan suaranya.
Tapi, hanya satu yang bisa ia katakan..
"Maaf.."
Hanya itu yang bisa diucapkan oleh mulut Luffy yang pada saat ini terasa kaku karena emosi dalam dirinya tak stabil.
KAMU SEDANG MEMBACA
4. Jangan Lupakan
RomanceNami mengalami amnesia terhadap suatu hal tertentu karena satu peristiwa. Luffy berusaha tuk memulihkan kembali ingatan Nami sebab disanalah terkenang banyak memori tentang rahasia mereka berdua yang tak banyak di ketahui oleh orang-orang. Mampukah...