Chapter 20: Pisah?

4.9K 555 157
                                    

Jaemin berjalan tergesa sembari meremat pakaiannya sendiri. Rasanya sangat sakit. Merasa ia sudah tidak punya harapan apapun lagi pada hubungannya dan Jeno, pria cantik itu pun berjalan menuju mansion besar Jeno dan menemui Donghae.

Tatapan matanya begitu fokus menatap sebuah pintu besar yang merupakan ruang pribadi ayah dari kekasihnya. Jaemin akan mengetuk pintu dan membukanya dengan cekatan, tapi ia sudah ditarik paksa untuk menghadap dan bertemu pandang dengan pria yang kini menatapnya tajam.

"Apa yang kau lakukan?"

Jaemin hanya menatap Jeno dengan tatapan benci. Niatnya untuk menemui Donghae tidak akan surut meskipun ia melihat wajah Jeno dihadapannya saat ini.

Jeno langsung mencekal kedua tangan Jaemin dengan cengkraman yang kuat. Mendorong Jaemin tanpa melepas cengkramanya, hingga punggung itu membentur dinding. Membatasi pergerakan Jaemin yang ingin memberontak.

"Kau pikir apa yang ingin kau lakukan dengan mendatangi kamar ayahku?"

"Lepaskan aku, sialan."

Keduanya berpandangan sengit. Sama-sama dipenuhi amarah yang menggebu-gebu.

"Dan kau pikir apa yang kau lakukan dengan menemui wanitaku?"

Jaemin tertohok bukan main. Memilih tertawa kecil sembari memalingkan wajah.

"Jawab aku Na Jaemin!"

"Apa?! Apa yang ingin kau dengar dariku?!" Jaemin balas membentak dengan nafas yang memburu. Menatap sengit mata tajam yang terlihat begitu kesal dan marah padanya.

"Baiklah, akan kujawab. Untuk pertanyaan pertama, aku ingin menemui Tuan Besar. Dan untuk pertanyaan kedua, tanyakan saja pada wanita mu." Jaemin berusaha melepaskan tangannya yang semakin di cengkram kuat oleh Jeno tanpa mengalihkan matanya.

"Apa yang ingin kau lakukan dengan menemui ayahku? Apa kau ingin menggodanya dengan datang ke kamarnya semalam ini?"

Jaemin menyeringai. "Kau benar, aku berencana menggodanya semalaman bahkan jika perlu tidak keluar seharian. Itu lebih baik dari pada harus bertemu denganmu."

"Mulutmu itu nakal sekali Sekretaris Na." Jeno menekankan bahwa Jaemin itu adalah bawahannya.
Ya, menegaskan secara tidak langsung bahwa ia bisa melakukan apapun untuk menghukum Jaemin di bawah kuasanya.

"Apa kau baru saja mengancamku? Kalau begitu aku hanya perlu mengatakan pada Tuan Besar kan, bahwa calon anak tiriku ini menyiksa calon ibu tiri nya."

"Sialan." Jeno mengumpat dan menatap Jaemin dengan lekat. "Jangan bercanda." Suara Jeno semakin berat dan wajahnya semakin dekat pada wajah mungil dihadapannya. Tautan mata keduanya tidak terhenti.

"Oh, astaga!" Jaemin dan Jeno lantas langsung menoleh ke asal suara itu. Dan betapa terkejutnya Jaemin ketika melihat Donghae yang baru keluar dari kamar berdiri mematung di tempat karena hal itu. "Apa yang kalian berdua lakukan disini?"

Donghae menatap Jaemin dan anaknya bergantian. Tapi tatapan matanya terpaku pada Jaemin yang menatapnya dengan binar redup dan lengkungan sedih.

Donghae juga melihat tangan Jaemin yang memerah karena cengkraman tangan Jeno yang kuat. Ia beralih menatap anaknya yang kembali mengobarkan api permusuhan dari tatapan dinginnya.

"Nana?" Jaemin langsung mendorong Jeno dan mendekati Donghae. Pria manis itu berdiri tepat di belakang Donghae, bersembunyi dari Jeno sembari memperhatikan keadaan tangannya yang memar parah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Beloved Boss [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang