Chapter 8 : Salah paham

7.1K 787 158
                                    

Warning! Typo(s) bertebaran.
Jika ada kesalahan pengetikan nama, tolong dikomentar agar bisa saya perbaiki.
Terima kasih 🥰
.

.

.

"Kurasa dia sudah gila." Jaemin mengelap kaca dan menghembuskan nafas panjang berulang kali. Namun ketika melihat pantulannya sendiri, pria manis itu menelengkan kepala dengan raut bingung.

"Atau aku yang gila?"

Jaemin langsung membanting kain pembersih dan kembali menghantukan kepalanya ke kaca jendela. Bergumam dengan gurat frustasi.

"Harusnya aku tidak membalas perlakuannya! Harusnya saat itu aku menamparnya!" Jaemin mempraktekan gaya menampar pada udara kosong. "Dan pergi dengan penuh gaya."tertawa sejenak ketika membayangkan adegan lain untuk hal yang telah berlalu. "Tapi kenapa aku malah ingin melakukannya juga! Huwaa!!!" Jaemin menggeleng ribut dan menutup kedua telinganya sendiri. "Kau normal Jaemin, masih normal."

Renjun dan beberapa maid lainnya memandang Jaemin dengan tatapan iba. Sejak Tuan Lee mengurung diri dan Jaemin yang menjadi korban untuk masuk ke ruangan mengerikan itu, Jaemin terlihat lebih sering berbicara sendiri. Dan mereka sangat sadar sejak Kemarin lusa Jaemin lebih suka membersihkan kaca untuk berakhir berbicara pada pantulan wajahnya sendiri.

"Aku tidak tega melihatnya."

Renjun meringis ketika mendengar maid di belakangnya sibuk mendramatis meratapi keadaan Jaemin sekarang.

"Cinta yang bertepuk sebelah tangan, Jaemin seharusnya datang lebih cepat dari wanita itu dulu."

Ooh, mereka tidak tau saja apa yang dipikirkan pria manis itu saat ini. Adegan kiss yang nyaris terjadi andai salah satu dari mereka tidak mengacaukan segalanya.

"Ehem."

Kumpulan maid itu langsung tersentak dan membungkuk  hormat pada sosok Jeno yang menatap mereka sekilas untuk beralih memandang Jaemin yang sibuk bekerja.

"Aku tidak menggaji kalian untuk hanya melihat teman kalian bekerja."

"Ma-maaf Tuan Lee!"

Mereka langsung bubar bahkan saling bertubrukan karena gelagapan.

Jaemin merasa keadaan mendadak sunyi. Punggungnya pun terasa sangat dingin dan Jaemin merasa tengah di tatap.

Kepalanya tertoleh perlahan untuk melihat sekitar. Jaemin langsung terkesiap di tempat ketika melihat Jeno berdiri tak jauh dari tempatnya berada.

Jaemin langsung memalingkan muka dan kembali mengusap kaca jendela. Matanya terpejam erat dan bibirna bergumam. "Kenapa dia harus kemari?!" Dengan penuh penekanan. Jaemin berharap Jeno akan menghilang.

Tapi setelah Jaemin kembali menoleh untuk memastikan.

"Astaga! Kau mengagetkanku!"

Jaemin jatuh terduduk di lantai dan sepasang netra nya terbelalak pada sosok yang sudah berjongkok tepat disampingnya.

Apa orang ini sungguh tidak punya urat malu? Setelah mengatakan hal yang tidak terduga satu hari yang lalu, pria ini masih bisa bertemu tatap dengannya? Jaemin saja yang tidak menjadi pihak yang memulai merasa malu bukan kepalang ketika mengingat kejadian kemarin lusa.

Bahkan pipinya telah bersemu sekarang ketika bertatapan dengan Jeno saat ini. Jaemin berdehem dan kembali bergeser membersihkan kaca bagian lain.

Jeno juga ikut bergeser. Tidak peduli tatapan para maid yang kini tertuju pada mereka berdua. Jaemin merasa punggungnya tidak lagi dingin, melainkan panaas! Sangat-sangat panas! Tapi Jeno yang mengerti pun langsung menoleh dengan tatapan tajam, merusak atensi para pekerja pada mereka saat ini. Sebelum beralih kepada Jaemin yang memasang raut tegang.

My Beloved Boss [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang