Chapter 18: Tak lagi sama [2]

6.1K 713 292
                                    

Nggak banyak ngedit, maaf kalau ada Typo.

💔💔💔

Jaemin tengah memandang keluar jendela dengan tatapan sendu. Dirinya merasa begitu terhibur hanya dengan melihat bagaimana sinar matahari bersinar dengan cerah untuk tanaman-tanaman indah itu agar terlihat segar di bawah sinarnya.

Netra matanya berwarna coklat menyala karena pantulan sinar matahari pagi. Dengan sebuah kalung yang terpasang cantik menghiasi leher jenjangnya.

Ini sudah terhitung 3 hari sejak hari itu. Jaemin selalu tenggelam dalam ingatan masa lalunya dengan pria yang entah saat ini masih pantaskah untuk disebut sebagai kekasih.

Kenangan yang di penuhi hal-hal konyol dan lucu yang menjadi alasan mengapa senyuman itu masih bisa dilihat hingga saat ini.

"Woah.." Suara dari pria yang baru masuk berhasil mengalihkan perhatian Jaemin. Haechan kini tengah menutup pintu dan berjalan mendekati Jaemin dengan senyum manis. "Tuan muda Na sudah bangun rupanya."

"Bagaimana keadaanmu?" Haechan telah mendudukan diri tepat di hadapan Jaemin.

"Sudah membaik." Haechan pun mengangguk dan netranya perlahan turun untuk memandang meja yang menjadi pembatas di antara keduanya.

"Apakah  Jeno ada menghubungi Mark?" Haechan kembali duduk tegap dan menatap sepasang iris mata sahabatnya yang tampak berbinar, pertanda Jaemin mengharapkan jawaban yang memuaskan rasa ingin tau dan keresahannya.

"Tidak ada."

"Sekalipun?"

"Hng, sekalipun."

Senyuman manis itu terganti dengan senyum getir yang mencerminkan betapa kepayahannya ia menahan luka dan terus menaruh harap.

"Apa yang ku harapkan?" Haechan menatap sendu raut sedih pria bermarga Na yang ada di hadapannya. "Dia hilang ingatan dan tidak ingat siapa aku." Jaemin menghelakan nafas panjang, merilekskan tubuhnya sendiri yang terasa sedikit kaku selama beberapa waktu.

"Aku sangat ingin marah, tapi aku bahkan tidak tau siapa yang harus disalahkan disini." Lanjutnya.

Haechan hanya tersenyum simpul dan kini menepuk bahu Jaemin agar pria itu merasa lebih tenang.

"Kau harus kuat, okay?"

Jaemin tersenyum dan menganggukan kepala sembari menatap Haechan yang menatapnya dengan lembut.

"Hng."

Hingga pembicaraan keduanya harus teralihkan ketika suara pintu terbuka dan menampakan sosok Mark yang kini memandang Haechan dan Jaemin  bergantian.

"Na, Ayah Jeno ingin bertemu denganmu."

Jaemin langsung berdiri dengan wajah kebingungan. Dan ia kembali bertanya untuk memastikan. "Tuan besar?"

💔💔💔

Jaemin tengah memandang cangkir putih yang terisikan sebuah Kopi hitam dengan asap yang mengepul pertanda baru saja dibuat.

Donghae menatap lekat sosok salah satu maid yang bekerja dengan anaknya tersebut.

"Bagaimana keadaanmu nak? Apa kau sudah merasa lebih baik?"

Jaemin mengangguk dengan gumaman kecil. Ia tersenyum simpul dan mulai bersuara. "Ya, saya baik." Hanya sahutan singkat yang ia lontarkan untuk pertanyaan dari ayah kekasihnya.

"Syukurlah. Aku sungguh khawatir, mungkin kau merasa sangat terpukul dengan insiden yang terjadi dengan Jeno."

"Tuan besar juga pasti merasa sangat terpukul."

My Beloved Boss [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang