Chapter 5: Lamaran

6.9K 802 185
                                    

[ Warning! TYPO bertebaran]

Pukul 5 pagi, keadaan masih gelap dan bulan masih
menampakan diri. Jaemin telah berkeliaran di kisaran asrama. Membuat sarapan sepagi mungkin bersama dengan Renjun.

"Kita harus bergegas Jaem, sebelum jam 6." Pria cantik itu mengangguk dan bergegas memakan roti dan menyeruput teh.

"Jaem.."

"Hmm."

Renjun memandang Jaemin ragu, nampak ingin mengatakan sesuatu namun urung.

"Ada apa?" Tanya Jaemin yang kembali menyeruput.

"Eum, semalam aku melihat Tuan Lee keluar dari kamarmu."

"Uhuk!"

Renjun jadi kebingungan dan merasa bersalah karena Jaemin tersedak akibat pertanyaannya.

"Kau melihat siapa?!"

"Tuan.. Lee?"

Pria bersurai pink itu mengerjab sesaat sebelum akhirnya tertawa dibuat-buat. "Mungkin kau salah lihat, untuk apa Tuan Lee mengunjungi kamarku. Hahahah konyol." Ia kembali menyeruput teh dan tertawa kecil.

"Benarkah? Lalu siapa? Aku melihatnya dengan jelas Jaem. Lalu kemarin kau dan Tuan Lee menghilang begitu saja, itu membuat semua orang bertanya-tanya.".

"Semua orang?!" Renjun mengangguk, Jaemin terperangah bukan main dan langsung berdecak juga menggelengkan kepala. "Kau ingat bahwa aku terlibat hutang dengan Tuan Lee bukan? Aku terpaksa mengambil uang tabunganku untuk membayar Tuan Lee. Dan karena ia tak mempercayaiku dan berpikir aku mungkin akan kabur maka dia ingin melihat transaksi secara langsung."

"Ahh.. ternyata begitu."

Nice Jaemin! Kau sangat-sangat pintar.

Jaemin tersenyum bangga pada dirinya sendiri.

"Lalu yang semalam ke kamarmu?"

Senyumnya langsung hilang dan menatap Renjun horror.

"Percayalah, itu bukan Tuan Lee." Elak Jaemin. "Lalu siapa?"

"Oh Ayolah, ini sudah jam setengah 6 kita harus cepat."

Renjun hanya diam memandang kepergian Jaemin. Keningnya mengkerut curiga.

🌺🌺🌺

Jeno tengah terduduk di kursi ruang kerjanya. Ia bersandar dan memandang langit-langit. "Kapan aku harus melamarnya? Bagaimana caraku mengatakannya?" Sedang asisten Jeno nampak iba memandang kegalauan atasannya yang terkenal dingin ini.

"Tuan Lee, anda harus segera bersiap untuk ke kantor."

"Entah kenapa rasanya aku sangat malas ke kantor. Di dalam pikiranku hanya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang memusingkan."

"Bagaimana jika anda sarapan terlebih dahulu, lalu kembali memikirkan hal itu lagi Tuan Lee."

"Aku tidak akan sanggup berpikir apapun lagi jika telah bertemu Xiyeon, bawakan saja makanan ku kemari."

"Dan dia tetap akan mendatangi anda. Anda tidak mungkin berkata bahwa anda sedang menghindari Nyonya Xiyeon bukan?"

Jeno mendadak terkekeh kecil. "Ada yang salah Tuan?" Jeno menggeleng dan beranjak.

"Kau sudah belajar memanggilnya Nyonya."

"Tentu saja Tuan, karena ia akan menjadi Nyonya Lee."

"Ck, kau benar sekali. Ayo ke ruang makan."

My Beloved Boss [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang