15. sangat senang

9 3 0
                                    

" Punya dendam apa sebenernya kamu sama pintu itu? "
Pertanyaan dari Bu Anindya terdengar sangat aneh di telingaku.
"  Raka kekunci di dalem Bu. Jadi dobrak aja "











" Tidak menerima satupun alasan sekarang lari keliling lapangan 20 kali"
" Gak salah bu? Lapangan nya luas lo "
" 30 kali "
Terpaksa aku mengangguk mengerti dan melakukan hukuman yang terlihat akan melelahkan.











Kulihat Cinta menuju ke kantin otomatis ia melewati lapangan. Kulihat wajahnya tak sepucat tadi. Apa ini? dia menertawakan aku. Awas saja nanti.









Setelah hukuman ku Selesai. Aku menuju ke bawah pohon mangga untuk berteduh. Aku menselonjorkan kakiku. Ada dua botol air mineral yang di sodorkan di depanku.  Aku mendongakkan wajahku menatap tangan tangan siapa di depanku.  Ternyata tangan itu milik Cinta dan Chelsy.









Kulihat Cinta menarik lagi air mineral yang ia sodorkan.
" Makasih tapi gue bawa sendiri "
Kataku sambil mengangkat botol air mineral bekas orang lain yang tergeletak di bangku di dekat tempatku duduk. Aku tak mau membuat salah satu di antaranya kecewa.











" Kenapa bisa di hukum? "
" Di fitnah sama pintu "
Aku menjawab asal pertanyaan dari Chelsy. Aku ingin segera ke kelas. Rasa haus itu menyiksa kerongkongan ku.










Cinta terlihat tersenyum miring mendengar guyonan ku.
" Ya udah Cin, aku mau ke perpus. Ikut gak? "
Kulihat Cinta menggeleng kemudian mengikuti langkah ku. Aku tersenyum lebar.









" Maaf "
Celoteh gadis itu sedari tadi tapi tak sama sekali ku hiraukan. Sampai akhirnya aku masuk ke dalam kelas. Kemudiaan aku merebut air mineral yang ada di tangannya.









Satu botol air mineral itu tandas dalam waktu 3 menit.
" Haus banget? Katanya udah minum ? "
" Gue boong. Tanpa gua jelasin mungkin lo tau sendiri lah "
Cinta mengangguk.










" Maaf ya Rak "
"Jangan panggil aku rak napa si? Serasa jadi rak  piring "
" Ya gak gitu juga Rak. Walaupun muke lo emang sebelas dua belas sama rak piring. Tapi lo masih tetap...... "
Cinta sengaja menggantungkan kalimatnya membuatku tak sabar.










" Tetap apa? Ganteng ? "
" Tetap aja manusia gak bakal jadi rak piring kok "
Lanjutnya membuatku tambah kesal. Ia tertawa puas. Rasa kesalku hilang seketika melihat keceriaannya. Aku tetap berpura pura kesal saja biar si
Cinta terus tertawa.








Ia sudah tak memakai maskernya. Setelah di kompres tadi luka di sudut bibirnya tak terlalu kentara mungkin dia menutupinya dengan make-up.
" Tadi kenapa lo kaya takut banget sama gue? "
" Maaf lo di hukum gara gara gue "
" Gue gak mau bahas itu. Jawab pertanyaan gue jangan mengalihkan  topik "











" Gue aja belum kenal tuh yang namanya topik "
" Serius!! "
" Harus banget gue cerita? Muka lo serem kalau kaya tadi kaya pam... "
Aku mengernyit heran ketika Cinta memutus kalimatnya.







" Maksut gue Pampam "
" Hah? "
" Orang gila di komplek rumah gue "
" Shit sialan lo nyamain gue sama orgil "
Kataku emosi. Ia terkekeh aku mengambil bekalku.










" Makan dulu, pasti sakit kalau buat ngunyah nasi. "
Kataku kepadanya. Entah kebetulan atau gimana tadi pagi aku sengaja meminta mama untuk membuatkan bubur untuk bekalku. Karena aku sering melihatnya membawa bekal berupa bubur.









Ia terlihat mematung. Aku menepuk pundaknya kemudian berlalu.
" Lu terlalu perhatian sama gue Rak. Untung gue gak baperan. Nanti Chelsy bisa sakit hati sama gue "








Lirih Cinta yang masih bisa ku dengar. Aku tersenyum miring. Aku menuju ke perpustakaan mencari dimana Andri.
" Berhasil bos? "
Aku menggeleng.







" Bantu gue ngorek informasi soal latar belakang Cinta "
" Boleh saja bro. Tapi..... "
Andri mengedipkan sebelah matanya.
" Iya iya gak gratis kok "
Ujarku yang mengerti kode darinya. Ia tersenyum senang.










Aku mencoba mencari-cari buku untuk Ku baca. Kulihat Chelsy sedang kesulitannya untuk menggapai buku yang jauh lebih tinggi darinya. Aku menghampirinya kemudian mengambil kan buku itu kepadanya.








" Makasihh ka "
Kata gadis itu dengan pipi yang merona sempurna. Aku hanya berdehem menjawabnya. Aku kembali menuju dimana Andri duduk tadi. Ia menatapku tajam aku mengangkat sebelah alisku.











" Lu jangan terlalu friendly Raka, tuh cewek baperan "
Serobot Andri kepadaku.
" Gue cuman bantuin "
" Dia baper!!! "
" Bukan urusan gue "











" Jangan kasih harapan lah!! "
" Gue gak ngasih harapan!! "
" Dia baper "
" Auk ah capek ngomong sama lu "
Kataku kesal kemudian melenggang pergi.










" Jangan terlalu friendly Raka!! "
Katanya agak keras karena jarak kami sudah lumayan jauh. Aku mengangguk mengiyakan saja. Kalau tetap diam. Makhluk satu itu tak akan berhenti berteriak.










Aku tak mau masuk ke bk untuk yang kedua kalinya dalam sehari. Aku memutuskan untuk ke kelas. Aku menatap Cinta yang fokus memakan bekal dariku. Aku tersenyum puas melihatnya makan dengan lahap. Aku terus mengamati Cinta dari jauh.








Terlihat Cinta sesekali menepuk dadanya membuatku merasa aneh.
" Bisa sih jantung lo biasa aja!!!!. "
Celoteh gadis itu mampu membuat hatiku senang.









" Lo udah jatuh dalam hati gue Cin. Dan gue gak akan biarkan lo bebas begitu saja "
Ujarku kemudian masuk ke sana. Kulihat wajah Cinta memerah. Aku tak bisa menahan senyuman di wajah ku.







" Lo sakit? wajah lo merah "
Tanyaku dengan muka watados berusaha untuk terlihat tak tahu apa yang terjadi dengan gadis itu. Padahal aku paham betul apa yang sedang terjadi dengannya itu.










Terlihat dari mimik wajahnya ia sedang mengumpat dengan menyebutkan berbagai jenis hewan di kebun binatang. Aku terkekeh geli melihat ekspresi wajahnya.








" Detak jantung lo keras banget Cin. Lo gak sakit jantung kan "
" Hah? Masa? Kedengaran? "
Aku tertawa ngakak.
" Yakali kedengaran. Jarak kita aja ada semeteran. Ketahuan kan lu. Lu grogi kan deket deket gue? "






Blush wajah Cinta semakin memerah. Ia kemudian meninggalkan aku sendiri di kelas. Tak lama Andri menghampiri ku.
" Dah berhasil tuh bos? "
Aku tertawa renyah menanggapi nya. Hari ini hatiku sangat  senang. Cinta, aku benar-benar gila karenamu.

bukan dia yang aku inginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang