Ponselku berdering.
" ka, mama dah ga di rumah kan? "
" Nggak napa lo? bolos? "
" Gue pulang ya aman kan? "
Katanya dengan nafas tersengal. Aku pun sedikit terkejut mendengar kalimat yang ia ucapkan seperti menahan sakit." Makasih kak "
Suara yang amat kukenal itu terdengar di ujung telpon baru saja aku ingin bertanya Bang Rafka kembali berbicara.
" Gue pulang aman kan? "
Mendengar suaranya yang parau itu membuat aku sedikit kawatir." Aman. Lu napa Bang "
Tiba tiba sambungan telponnya di putus secara sepihak. Aku mencoba menghubunginya tapi tak dapat tersambung.Tak lama setelah itu bel rumah di pencet seseorang. Aku segera membukakan pintu. Dan terlihatlah Bang Rafka yang sedang di bopong temannya.
" Bang Rafka kenapa ni? "
Tanya ku pada teman Bang Rafka.
" Tadi dia nolongin cewek yang di ganggu orang jahat eh malah orang itu bawa anak buah banyak "" Terus lo diem aja gitu abang gue sampek bonyok gini???!!! "
Kataku emosi. Ia menggaruk belakang kepalanya.
" Yang sopan ka sama temen Abang "
" Temen gak guna "
Kataku sewot kemudian membantu Bang Rafka buat duduk di sofa ruang tamu." Mbak Fiya!!!! Tolong ambilin kotak p3k sama air dingin dan kompresan ya!!! "
Kataku memerintah.
" Kualat lu sama gue. "
Aku melirik teman dari Bang Rafka.
" Lain kali Abang cari teman itu yang berguna dikit napa? Bisa bisanya Abang bonyok gini tu muka dia masih kinclong "Kataku protes. Teman Bang Rafka hanya diam. Bang Rafka mencubit tanganku. Aku memutar bola mataku malas.
" Dia bantu kok. Panggil in warga "
" Itu hanyalah alibi buat kabur ya kan kak..... Deni "
Kataku membaca name tag di jas almamater yang melekat di tubuh besarnya itu." Tampang sangar nyali nya ayam "
Bang Rafka terlihat geram itu menempeleng kepalaku.
" Yah udah ya Raf kayanya adek Lo gak suka gue disini gue pamit. "
" Kabur kemana Lo ? "
Tingkat kesabaran seorang Rafka sedang di uji kali ini. Tanpa babibu ia menyumpal mulutku dengan tisu dan menahan tangannya di mulutku agar tisu itu tak bisa keluar dari sana." Udah Lo pulang aja deh!!! "
Kata Bang Rafka yang langsung di angguk i itu. Bang Rafka membuka bekapan tangan nya di mulutku.
" Mau bunuh gue bang? "
" Lagian elu kalau ngomong suka bener, kan kasihan tu mental ayamnya terguncang "Aku geleng-geleng kukira ia akan marah kepadaku. Tak lama mbak Fiya membawa apa yang tadi ku minta.
" Nih harus di kompres bang. Bentar!!"
Kataku kemudian berjalan ke ruang tengah untuk mengambil kaca." Nih kaca! Kompres sendiri! "
" Adek laknat emang lu "
" Hahaha mandiri dong bos "
Bang Rafka kemudian mengompres luka lebam di sudut bibirnya dan matanya itu." Kalau mama tahu pasti telinga Bang Rafka juga ikut merah deh "
" Ya jangan lah kupret "
Aku terkekeh kemudian.
" Jadi pahlawan kesiangannya cewek mana lagi bang? "" Cewek cantik yang gue temuin kemarin "
" Ketemu terus perasaan jangan jangan emang dia tu kakak ipar gue "
Bang Rafka tertawa mendengar guyonan ku tapi tiba tiba raut wajahnya kembali serius." Ada yang aneh? "
" Kenapa? "
Tanyaku dengan kening yang mengernyit heran.
" Waktu pertama kali kita ketemu dia di ganggu sama orang paruh baya orangnya hitam pendek perutnya buncit tapi dia tu badan e gede kekar gitu "Aku masih menyimaknya.
" Dan tadi itu dia juga di ganggu sama orang itu lagi. Kayanya bidadari ku bermasalah deh "
Mendengarkan ciri ciri orang yang menganggu idamannya Bang Rafka itu sontak saja otak ku langsung tertuju pada pamannya Cinta yang memiliki ciri ciri sama persis dengan apa yang di sebutkan bang Rafka." Jangan jangan cewek itu Cinta, tadi suara yang di seberang telepon juga sama seperti suara Cinta. "
" Napa Lo bengong pe'a, gue lagi cerita, hargain napa!! "
" Hm ceweknya Pakai baju sekolah ya? Bawa tas hitam terus rambutnya di kuncir tinggi rambutnya agak pirang? "" Wish gue baru tahu kalau gue punya adek dukun. Benar banget tadi "
Kata Bang Rafka yang tak merasa janggal dengan kalimat yang ku lontarkan.
" Gue mau ke kamar "Kata Bang Rafka kemudian melenggang pergi.
" Apa itu Lo Cin?. Kalau iya gue akan mau ngalah. Karena gue lebih dulu kenal dan sayang sama lo "Aku mengacak rambutku frustasi kemudian aku mencoba menghubungi Cinta memastikan bahwa ia tidak apa apa.
" Cin Lo gak papa "
" Gue gak papa "
Suara di seberang seperti menangis akupun terikut panik." Paman Lo gak macem macem kan? "
" Tenang aja nggak kok "
" Tadi paman lo ganggu in Lo lagi kan? Ngomong aja!! "
" Lo kok tahu dari siapa? "
" Kata hati gue, gue gak tenang dari tadi "
" Gak papa ada orang baik yang nolongin aku. Dia juga bonyok kaya lo kemarin "Mendengar jawabannya itu membuat aku tak bisa lagi mengelak. Bahwa gadis yang di suka Bang Rafka itu adalah Cinta.
" Oh ya sudah Alhamdulillah kamu istirahat ya jaga diri baik baik "
Kataku kemudian mengakhiri telepon ku secara sepihak." Napa tu muka kucel amat "
Kata Bang Rafka yang tiba tiba sudah berdiri di sampingku. Aku melihat wajahnya itu langsung menahan emosi. Lagi dan lagi pria di depanku ini merebut apa yang seharusnya jadi milikku." Bacod Lo anj**g "
Mendengar bahasa kasarnya itu Bang Rafka terkejut.
" Napa lu? "
Aku bergegas berdiri kemudian menarik tangannya ke arah pintu.
" Lo ngusir gue? Lo kenapa ka? "
" Gue mau sendiri!! "
" Iya tapi kenap.... "
Belum sempurna Kalimat yang ia ucapkan aku surah membanting pintu kamarku kasar." Napa lo selalu rebut semuanya dari gue bang. Setelah Dhiva lo juga mau ambil Cinta dari gue. Gak akan gue biarin gitu aja. "
KAMU SEDANG MEMBACA
bukan dia yang aku inginkan
Roman pour AdolescentsPertemuan yang singkat namun mampu membuat hatiku terpikat. Perjuangan yang panjang namun sia sia Kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku Dan kebahagiaanmu adalah kebahagiaanya sahabatmu.