11. hukuman

9 2 0
                                    

Pelajaran telah di mulai sekitar 2 jam yang lalu. Aku menanti jarum jam itu berputar. Menunggu waktu ketika aku dengan Cinta berduaan. Yah walaupun sangat tidak astetick.


Masa berduaan di toilet. Toilet guru lagi. Mengingatnya membuatnya terkekeh geli.  Dari ekor mataku aku bisa melihat Chelsy yang melihatku yang senyum senyum sendiri. Ia kemudian menyenggol Cinta. Cinta mengangkat sebelah alisnya.

" Raka kalau senyum manis ya "
" Iya "
Jawab Cinta spontan membuat hatiku senang.
" Eh enggak, biasa aja "
Terangnya kemudian. Chelsy menoleh ke arahku. Aku berpura-pura fokus ke papan tulis.

" Tadi kenapa masuknya telat ka? "
Tanya Chelsy aku menoleh.
" Oh tadi beli sesuatu "
" Sesuatu apa? "
Tanya Chelsy membuatku jengah. Mulut ini mau menjawab pertanyaan darinya dari tiba tiba penggaris papan yang panjang itu di ketuk di meja ku.




" Mau terus ngobrol atau dengerin saya "
" Ah sit, sial banget gua "
" Dengerin pelajarannya ibu lah "
Kataku kemudian. Bu guru itu kembali ke depan aku menghembuskan nafas lega.



" Maafin aku ya ka "
Aku hanya mengangguk daripada di samperin lagi sama guru mapel biologi itu .






Waktu istirahat tiba. Aku tetap di kelas menunggu Chelsy keluar bersama dengan temannya, aku berharap bukan Cinta yang ikut. Sepertinya hari ini hari keberuntungan ku. Cinta tak ikut keluar ia tetap terduduk di tempatnya.






Wajah cantik itu tergeletak di meja. Terlihat sedikit pucat.
" Kenapa kamu? Sakit? "
Tanyaku takut melihat wajahnya yang memucat. Ia menggeleng.





" Mau ku antar ke uks? "
Ia kembali menggeleng.
" Sudah sarapan? "
Lagi lagi respon darinya hanya gelengan kepala. Aku menghela nafas berat.
" Sarapan dulu "
Dia kembali menggeleng.






Aku menggeledah isi tas ku. Mencari wadah bekal di dalam tas. Setelah ketemu aku membukanya. Kemudian mendekati Cinta dengan membawa roti.





" Makan dulu deh, a..... "
Kataku ingin menyuapinya. Tapi untuk kesekian detiknya ia terdiam. Aku menghela nafas ingin menarik lagi tanganku yang memegang roti yang sudah berada di depan mulutnya. Tapi tiba tiba kepala gadis itu terangkat sedikit menyambut suapan dariku.








Aku tersenyum bahagia karena dia akan menerima suapan ku. Tapi dugaan ku salah besar. Tangan nya merebut roti yang ku pegang.
" Gue bisa makan sendiri. Gak usah modus "
Katanya merebut roti dari tanganku kemudiaan memakannya.








" Gak modus lu kan lemes kelihatannya "
" Gue ngantuk. Dan muka Lo itu buat gua gak jadi ngantuk gue "
" Kenapa? Terpesona? "
" Siapa coba yang gak terpesona sama lo "






Pujinya tiba tiba. Membuat hati ini dag dig dug  tak terkendali. Menanti Kalimat selanjutnya yang akan keluar dari mulut manis gadis itu
" Sampai binatang sebonbin  pun naksir lu "
Katanya kemudian menghancurkan ekspektasi ku.









Ia melangkah keluar kelas. Aku menatapnya nanar.  Terasa pundak ku di tepuk temanku.
" Sabar ya bro "
Aku tak memperdulikan ucapannya. Aku keluar kelas. Namun bukan untuk menyusul Cinta aku menuju mushola untuk menenangkan hati.








Setelah jam istirahat usai aku kembali ke kelas. Aku melirik ke arah gadis itu. Wajahnya semakin pucat. Kulihat raut kawatir juga di wajah Chelsy.
" Ayo ke uks yuk? Atau nggak pulang aja? Tambah pucet kan? Kamu sih tadi di bilangin juga tunggu di kelas aja. Ngapain sih nyusul ke kantin "









Celoteh gadis itu. Cinta menetup kedua telinganya dengan kedua tangannya.
" Chelsy berisik "
" Makanya nurut biar akunya bisa diem "
" Auk ah males males males males "
Katanya kemudian memunggungi sahabatnya itu.









" Punya temen bawel banget "
Kata Cinta geram membuat Chelsy ikut emosi. Dia segera mengusik Cinta dengan cara mencubit kedua pipi itu sampai memerah. Mereka terus bertengkar kecil membuat aku tersenyum geli menyaksikan tingkah mereka berdua.









Chelsy melihat ke arahku. Dan aku sedang fokus ke Cinta dan tersenyum tak sengaja kau menatap nya sekilas dengan senyuman yang belum hilang dari wajahku. Dan blus wajahnya merona malu.







" Yah aku melakukan kesalahan lagi, dia baper lagi "
Gumanku malas kemudian menyenderkan kepalaku ke meja menghadap ke arah lain.








Waktu pulang sekolah tiba. Rasa senang yang tadi sempat hadir karena akan berduaan dengan Cinta sirna ketika melihat wajah gadis cuek itu yang pucat.







" Kamu pulang aja, biar aku yang bersihin "
Kataku kemudian. Chelsy ikut mengangguk-angguk kepalanya.
" Gak kan gua juga telat. Masa gua gak ikut "
Katanya kukuh.








" Ya udah aku tunggu kamu ya? "
Kata Chelsy membujuk sahabatannya.
" Gak usah. Kamu harus pulang. Makan terus minum obat. Kamu belum minum obat "
" Tapi kamu ?"
" Aku gak papa. Kan Cinta sahabatmu ini strong "








Katanya berbangga. Dengan berat hati Chelsy meninggalkan kami berdua.
" Ka, nitip temanku ya? "
Katanya kepadaku aku hanya tersenyum menanggapinya. Setelah gadis itu menghilang. Cinta segera berjalan menuju ke toilet guru yang terletak di dekat kantor guru itu.







Setelah sampai di sana. Dia dengan ceketan mengambil alat pel dan sapu. Aku merebutnya.
" Muka Lo pucet banget Cin "
" Gue gak papa "
" Nggak kali ini lo wajib nurut gua "





Aku menarik alat pembersihan itu dengan paksa. Kemudian mendudukkannya di kursi.
" Lo duduk disini. Gerak sejengkal pun awas lu "
Kataku mengancam ia melototi ku. Aku tersenyum.








Aku mengerjakannya dengan semangat, sekali kali aku meliriknya.
" Apa lo liat liat "
Katanya garang kearah ku. Aku tersenyum menanggapinya. Tiba tiba sudut bibir gadis itu terangkat. Sangat manis dan tulus senyumnya. Senyuman yang ku tunggu. Senyuman yang jarang ia berikan kesembarang orang.







Seperti tersihir aku ikut tersenyum dan fokusku teralihkan. Aku menghentikan kegiatan ku dan menatapnya yang tengah tersenyum itu dengan intens.






" Kalau senyum kan cantik "
Kataku kemudian ia semakin tersenyum lebar.
" Makasih ya. Maaf juga sifat ku kaya gitu. Chelsy sahabat gua suka sam.... "
" Gue tahu. Dan bodoamat. Gue sukanya sama Lo "








" Tap... "
" Udah ayok pulang. Dah selesai ini "
Kataku mengakhiri perdebatan dengannya. Ia mengangguk pasrah. Ketika ia ingin membahas hal itu aku mengalihkan pembicaraan. Sehingga ia kesal sendiri kemudian memilih diam.





Akhirnya mobil ku terparkir di depan halaman rumah ini.
" Lo saudaraan sama Chelsy "
" Nggak. Kami temenan dari kecil emang udah akrab. Ya udah aku duluan. Makasih "








Ia tersenyum lagi kemudian turun dari mobil dan memasuki rumah. Yah terlihat Chelsy yang di depan rumah itu memeluk sahabatnya. Sangat dekat sekali hubungan mereka hingga tinggal serumah. Aku memutuskan untuk langsung pulang dan menklakson gadis itu.























bukan dia yang aku inginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang