24. Tak selalu ada

7 2 0
                                    

Sudah beberapa hari ini aku di kurung  di rumah karena kesehatan ku yang sempat menurun. Akhirnya aku pun terbebas hari ini. Aku menatap Bang Rafka yang sedang memakan sandwich buatan mama. Melihat wajahnya entah mengapa memancing amarahku. Sadar akan tatapan mataku ia pun kembali menatapku.









" Kenapa? Naksir sama gue lu? "
Katanya ngawur membuat papa yang berada di dekatnya itu langsung menegur.
" Iya pa, Abang cuma becanda. Lagian tu si Raka ngapain natap abang kaya gitu ? "
Aku diam kemudian segera melangkahkan kakiku pergi.









" Ya udah Raka berangkat dulu "
Kataku menyalimi tangan mama dan papa.
" Gak sarapan dulu "
Aku menggeleng kemudian segera melenggang pergi.
" Gak sopan ya masak abangnya gak di Salimin sih? "
Akupun berhenti dan kembali berbalik.








Aku ingin meraih tangannya tapi dengan sengaja ia mengangkat tangannya tepat di depan wajahku.
" Yang sopan sama abangnya "
Lanjutnya, tanpa berkomentar aku meraih tangannya kemudian menyalimi nya.







" Rafkaaaaa "
Teriak mama dengan menggebu-gebu karena melihat keusilan Bang Rafka di sepagi ini. Secara ia kan tahu aku baru sembuh.
" Iya mama sayang. Abang cuma bercanda "
" Udah udah udah Raka berangkat dulu asslamualaiakum "







Akupun bergegas keluar. Aku melajukan mobilku perlahan. Aku tak ingin menjemput Cinta pasalnya takut jika ia menolak dan salah sasaran lagi. Aku sangat malas. Tapi di tengah perjalanan aku bertemu dengan gadis itu. Kedua sudut bibirku terangkat.






" Jodoh emang ga kemana "
Kataku kemudian menepikan mobilku di pinggiran jalan tepat di sampingnya. Melihat mobil berhenti di dekatnya ia menoleh. Aku menurunkan kaca mobilku.
" Ayo naik "
Kataku sambil membuka pintu mobil. Ku pikir ia akan mau ternyata ia tetap berjalan.









Aku pun turun dari mobil dan menghampirinya.
" Hai, ayo berangkat sama aku "
Kataku menghalangi jalannya. Ia menatapku sengit kemudian kembali berjalan. Aku mencengkal lengannya halus membuat ia berbalik ke arahku.








" Gue bisa berangkat sendiri gak usah repot-repot "
Katanya judes kemudian menghempaskan tanganku kasar. Aku tak mengerti sebenarnya apa yang terjadi pada gadis ini. Kenapa ia sangat senang berganti peran. Baru kemarin dia baik, halus, kalem sekarang apa? judes nya dobel dobel.






Aku tak mau menyerah begitu saja aku kembali mengejarnya.
" Udah siang loh nanti telat "
" Bodoamat "
Mendengar penolakannya membuat ku pasrah. Tapi aku tak membiarkannya sendirian. Akupun mengikutinya dari belakang.








Sejauh seratus meteran ia terlihat berbincang hangat dengan seseorang pria. Kemudian ia membonceng kepada pria tersebut. Melihat itu membuat amarahku memuncak. Aku mencengkram kemudi dengan kuku kukuku. Dengan geram aku meninggalkan mereka berdua.







Aku telah sampai di sekolah dan langsung menuju ke kelasku. Aku melihat Chelsy sudah duduk manis di bangkunya.
" Hai Raka "
" HM "
" Di jalan tadi gak ketemu sama
Cinta?"







Aku menggeleng. Melihat respon ku membuat gadis itu tak kembali menanyai ku lebih lanjut. Aku menyenderkan kepalaku di meja. Tak lama pelajaran pun di mulai. Tapi Cinta belum juga kelihatan batang hidungnya. Hatiku menjadi kalut. Aku takut sesuatu yang buruk menimpanya.










Aku meratapi kebodohan ku yang meninggalkan dia dengan seseorang yang tak ku kenal. Bisa saja orang itu berniat jahat. Kulihat Chelsy juga merasa tak nyaman.
" Raka, kamu beneran gak lihat Cinta tadi? "
Tanyanya dengan mimik wajah yang kawatir. Aku menggeleng lemah.








Kulihat ia sangat resah kemudian menngakat tangannya tinggi.
" Iya kenapa Chelsy "
" Izin ke belakang Bu "
Katanya yang hanya di angguk i oleh Bu Mira. Aku menatap kepergiannya yang seperti tergesa. Akupun ikut mengangkat tanganku.








" Saya juga mau izin Bu "
Bu Mira geleng geleng namun beliau masih mengizinkan aku untuk keluar. Aku mencari dimana keberadaan gadis itu.
" Mau kemana ? "
Kataku membuat gadis yang memanjat pagar belakang itu terjingkat kaget sampai terjengkang ke belakang.








Aku reflek menangkap gadis itu yang terjatuh dari atas pagar yang tak terlalu tinggi itu. Karena gerakan reflek aku tak menangkap tubuhnya sepenuhnya aku hanya menangkap punggungnya. Kemudiaan membantunya untuk berdiri.





" Kamu gak papa? "
Tanyaku kepadanya membuat pipi yang semula bersemu merah itu malah semakin memerah padam. Ia hanya menggelengkan kepalanya cepat.
" Mau kemana? "
" Aku kawatir sama Cinta. Jadi aku mau cari dia "





Aku tersenyum melihat penuturannya. Aku kemudiaan menegang bahunya.
" Bahaya, biar gue aja yang pergi. Lo kembali ke kelas aja "
" Tap...."
" Gue bakal bawa dia untuk Lo "






Setelah memastikan gadis itu benar-benar kembali aku ingin menaiki pagar. Namun keadaan sangat tak berpihak padaku. Aku tertangkap basah oleh Bu BK. Akhirnya aku pun di hukum. Cinta menatapku kecewa aku hanya bisa menatapnya bimbang.






" Maaf, gue gagal "
Kataku ketika kami berpapasan terlihat ia sangat murung hari ini. Setelah menyelesaikan pelajaran hari ini. Aku langsung bergegas untuk mencari Cinta. Ia benar hilang tak tahu kemana. Chelsy sedari tadi sudah sesegukkan di sampingku.







Aku merasa bersalah dengan gadis itu. Aku sudah berputar putar mencarinya tapi tak ketemukan keberadaannya. Akhirnya aku memutuskan untuk mengantarkan Chelsy pulang.







Tak terduga Cinta sedang duduk di samping Bang Rafka di depan rumahnya. Chelsy langsung berlarian ke arah Cinta kemudian mereka saling berpelukkan.
" Kamu kemana Cinta? Ini kenapa? "
" Aukh "
Cinta meringis ketika luka memar di keningnya itu di pegang oleh sahabatnya.





" Gak papa ini tadi jatuh di jalan. Maaf bikin lo kawatir Chel. Untung ada kak Rafka "
Chelsy tersenyum kemudian menatap Bang Rafka.
" Makasih ya kak "
Bang Rafka mengangguk kemudian kedua cewek itu melanjutkan acara berpelukannya.





" Oh ya ka, ayo masuk dulu "
Kata Chelsy mempersilahkan aku untuk masuk. Aku tersenyum dan hendak ikut masuk ke dalam rumah. Dengan sigap Bang Rafka menyangkal tanganku.
" Eh gak usah deh makasih. Kami harus segera pulang "
Aku menghembuskan nafasku kasar.








" Kalian saling kenal ya? "
Tanya Chelsy penasaran.
" Dia adek gue. Ya udah kami permisi assalamualaikum "
Aku dan Bang Rafka meninggalkan keduanya. Kulihat wajah Chelsy yang kebingungan.






" Lo apain Cinta sampai memar gitu "
Tanyaku ketus ketika kami sudah berada di garasi. Bang Rafka tersenyum smrik.
" Harusnya gue yang tanya sama Lo, dimana tanggung jawab Lo sebagai cowok?. Lo tinggalin dia begitu saja!!"







Aku terkejut dengan kalimat yang terlontar dari mulut Bang Rafka.
" Lo ngikutin gue?!! "
" Iya. Kalau aja gue gak ikutin lo. Cinta udah di bawa tu sama pamannya "
Lanjutnya membuat nafasku tercekat.
" Lebam di keningnya? "






" Iya dari pamannya "
" Tapi dia gak apa apa kan? "
" Tentunya tidak karena ada gue !! "
Kata Bang Rafka kemudian melenggang pergi. Aku menatap samar kedua kakiku.






" Aku memang gak berguna. Aku selalu merepotkan dia. Aku tak bisa selalu ada buat Cinta. Aku yang membuat nya terluka gara gara aku iya gara gara aku. Bodoh Lo Raka bodoh  "









bukan dia yang aku inginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang