32. Dinner

7 2 0
                                    

Kelas hari ini telah usai. Aku berlari mengejar langkah Cinta yang sedang berjalan beriringan dengan Chelsy.
" Hai Cin, Chel "
Kataku menyapa mereka ketika langkah kami tengah sejajar. Chelsy membalas sapaanku dengan senyum manisnya. Sedangkan gadis di samping Chelsy itu memutar bola matanya malas. Mendapatkan tatapan malas itu tak membuat niatku surut.








" Malam in...... "
" Gue ada urusan, duluan!! "
Kata gadis itu menyela perkataan ku kemudian melenggang pergi dengan langkah lebarnya. Aku menatap  kepergiannya sembari menghela nafas panjang.
" Kenapa Ka? "
" Ouh nanti rencananya gue mau ngajak kalian dinner. Lo bisa gak? "
Mata Chelsy terlihat berbinar ia mengangguk dengan semangat.








" Ajak Cinta sekalian ya? "
Pintaku membuat gadis itu semakin berbinar. Tak berapa lagi Chelsy sudah berlalu dari hadapanku. Walaupun belum dapat lampu hijau setidaknya ada kemungkinan lampu kuning. Semoga saja Chelsy berhasil membujuk gadis tomboy itu untuk ikut.






Aku membuka pintu kamarku kemudian melempar tas punggung ke sembarang arah. Aku langsung merebahkan tubuhku di kasur.
" Aukhhh SAKIT BEGOOO!!! "
Teriakan kasur itu membuat aku terkejut dan langsung berdiri.
" Kasurnya ngomong? "
Kataku terkejut setelahnya selimut itu terangkat membuat aku semakin panik. Aku mendekat ingin menyingkap selimut yang terlihat melayang itu.





Sesaat sebelum ujung jariku meraihnya selimut itu terjatuh menampilkan wajah Bang Rafka yang memerah.
" Woh Bang "
Kataku terkejut kemudian mengusap wajahku kasar.
" ABANG!!! NGAPAIN DISIN???!!! "
Mendengar teriakan ku membuatnya sedikit terkejut.
" Apa sih? Lo gak inget kosakata kamus gue? "
Aku memutar bola mata malas.
" Kamar ad...... "








" dek kamar Abang. Kamar Abang ya kamar Abang "
Kataku menyela kata yang ribuan kali terlontar dari mulut Bang Rafka.
" Nah itu tahu! "
" Gak adil tau nggak Bang "
Kataku jengah. Tak sengaja netraku menatap ke arah hidung Bang Rafka yang memerah. Terlihat darah menetes darisana tanpa di sadari sang empu.






" Bang. Lo mimisan! "
Kataku kawatir. Bang Rafka reflek memegang hidungnya. Kemudiaan segera beranjak dari kasur dan berlari ke toilet. Pintu toilet ia tutup dengan kasar. Setelah sepuluh menit Bang Rafka tak kunjung keluar aku pun mengetuk pintu kamar mandi.
" Bang!! Lo gak papa kan? "
Tanyaku sesekali mengetuk pintu itu. Namun hening tak ada satu suarapun yang ku dengar.









" Bang!!! "
" Gak papa gue sekalian mandi "
Suara itu terdengar lirih membuatku semakin kawatir. Aku mencoba menepis segala rasa kawatir itu.
" Cepet. Gue juga mau make kamar mandi "
Kataku kembali menggedor pintu kamar mandi.
" Kamar mandi di rumah kita banyak Ka "
" Bodo! "







Setelah menunggu lama akhirnya pintu kamar mandi itupun terbuka.
" Lo Ngapain aja sih di kamar mandi? Boker lama banget!!! "
Kataku marah dengan mengarahkan bantal yang ingin ku lemparkan padanya namun urung karena wajah Bang Rafka terlihat pucat.
" Bang, lo gak papa? "
" Napa? Gue mules. GK usah lebay. Gue balik "
Kata Bang Rafka langsung keluar.









Rasa penasaran yang tak tertahankan membuatku ingin mengikuti langkahnya. Bang Rafka berjalan dengan hati hati ia menjadikan    dinding untuk menjadi tumpuan. Bang Rafka memasuki kamarnya namun pintu kamarnya ia tutup rapat. Karena rasa penasaranku sudah sampai di ubun ubun akhirnya aku memutuskan untuk mencari celah. Aku mengintip di jendela kamar Bang Rafka yang tak tertutup gorden.








Disana terlihat Bang Rafka yang membelakangi tempatku mengintip. Ia terlihat mendongak sejenak. Aku terus mengawasi gerak-gerik nya sampai Bang Rafka merebahkan tubuhnya di kasur. Melihat tak ada yang ku temukan dari kegiatan ini membuatku kecewa. Entahlah aku merasa ingin mencari sesuatu tapi aku tak tahu apa yang harus ku cari.









Tepukan di bahuku membuat aku tersentak.
" Mama ngagetin ajaaa!!! "
" Lagian kamu ngapain disini? "
Otak ku kembali lelet memikirkan alasan yang tepat.
" Kepo aja. Apa yang ada di kamar Bang Rafka sampai sampai haram kaki Raka nyentuh tu lantai kamarnya  "








" Udah udah ke ruang tengah yuk. Pasti belum makan kan? "
Akupun menganggukkan kepalaku setuju.
" Bang Rafka ma "
" Biarin abangmu istirahat Ka "
Akhirnya ku menutut saja. Selepas makan kami berbincang dan aku pun mengutarakan keinginan ku nanti malam.
" Tapi jangan malam malam ya pulangnya, ya sudah kalau gitu. Mama mau ke depan dulu "







Aku mengangguk kemudian kembali ke kamarku. Aku mencoba menyiapkan segala keperluanku untuk nanti malam. Ceklek suara gagang pintu di putar itu mengalihkan fokusku. Aku berbalik ke arah suara.  Terlihat Bang Rafka sedang berjalan santai ke arahku. Kemudian ia langsung merebahkan tubuhnya di atas tumpukan baju yang tergeletak di kasur.










" Mau kemana lu? "
Aku menatap tajam netra yang menatapku penasaran itu. Kemudian aku menghela nafas panjang sembari mengembalikan semua baju yang ku keluarkan ke tempat asalnya tanpa menanggapi pertanyaannya.
" Lo budeg? "
Aku tetep terdiam membuat Bang Rafka duduk di pinggiran ranjang kemudian ikut membantuku mengambilkan baju yang berserakan itu. Aku menatapnya curiga ketika ia tiba-tiba berbuat baik pada adeknya ini.








" Lu ga kesurupan kan Bang? "
" Apaan sih! Nih gue bantuin. Mau dinner kan nanti malam? "
" Loh.... Kok.... "
" Santai aja kali. Gue ga sengaja denger obralan lu sama mama tadi "
Aku hanya ber oh ria menanggapi perkataannya. Setelahnya kami menghabiskan waktu berdua saja.









Aku sudah bersiap dengan pakaian yang tadi ku pilih. Tiba tiba saja Bang Rafka juga sudah siap dengan koas coklat polos yang di padukan dengan jens. Aku mengernyit heran.
" Mau kemana lu Bang? "
" Nemenin lo dinner biar ga macem macem "
" Apaan sih!!! NGGAK!! "
Kataku kesal ia menurunkan kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya itu.








" Mama yang suruh "
Lanjutnya kemudian menuruni anak tangga. Akupun ikut mengekor di belakangnya. Terlihat mama dan papa sudah berada di ruang makan. Sebelum sempat aku protes mama sudah menatapku tajam.
" no protes. Biar Bang Rafka jaga kamu "
" Tapi ma.... "
" Raka mau pergi sama Bang Rafka atau gak usah pergi? "








Akhirnya aku menurut dengan keputusan mama. Setelah berpamitan kami langsung bergegas ke tempat tujuan. Aku mengernyit heran ketika mobil ini menuju ke rumah Chelsy dan Cinta.
" Loh Bang..... "
" Kenapa? Emang siapa lagi cewek yang mau di ajak dinner sama lo selain mereka berdua "
" Sialan Lo "









Tawa Bang Rafka pecah seketika. Aku memalingkan wajahku untuk menghadap jendela.
" Gue gak akan biarin lu dapetin Cinta Ka "
" Ngalah Napa sih Bang?!!. Dari dulu Bang Rafka selalu kek gini!!! "
Kataku jengah dengan kepalan tangan yang semakin erat menahan amarah. Ia terlihat geleng-geleng dengan tersenyum smrik.
" Aku terlalu lama diam Ka, sekarang gak lagi "







" Wajah lo sok tertindas bang. Gue benci itu!! "
Bang Rafka menatapku dengan tatapan sinisnya yang di barengi dengan senyuman mengejek. Tak mau memperpanjang keributan ini jadi aku memutuskan untuk diam. Aku memalingkan wajahku untuk menatap ke luar jendela.
" Gue benci Lo Bang. Lo selalu rebut apa yang gue punya!! Gue gak mau ngalah lagi dari Lo lagi!!! Yah kali ini lo yang harus ngalah!! "






Jangan lupa vote and comment. Makasih sudah mau baca. Mampir ke cerita ku yang lain ya.

bukan dia yang aku inginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang