16. fakta yang mengejutkan

11 3 0
                                    

     Aku mengawali hari ini dengan senyuman yang melebar. Gadis yang akhir akhir ini mengganggu pikiran ku itu berhasil ku takklukkan. Aku hanya perlu membuatnya menurunkan egonya sedikit saja.






Aku sengaja tak menjemput Cinta hari ini. Sedikit kusengaja paling paling aku hanya membuang-buang waktu dengan mengantarkan Chelsy. Aku malas jika berdekatan dengan  perempuan yang banyak bicara itu.







Aku memasuki kelas sudah ada gadis itu duduk sendirian di kelas. Bahunya bergetar. Dia menangis aku mendekatinya kemudian duduk di sebelahnya. Ia masih sibuk dengan deraian air mata yang terus mengalir di kedua pipinya membuat hati kecilku ikut merasakan sakit.








Ia belum menyadari kehadiran ku. Aku sengaja berdiam diri. Tak lama kepala gadis itu terangkat. Ia menghapus jejak air mata ini yang tadinya mengalir deras di pipinya. Ia terkejut melihatku sudah terduduk manis di samping nya.







" Perih banget nih mata "
Keluh gadis itu. Aku tersenyum smrik ia mau menipuku? apa lagi yang bisa ia sembunyikan. Oh tidak semudah itu.
" Kenapa? "
" Kecolok jariku sendiri "
" Sampai ingusan gitu? "






Kelekar ku membuat wajah gadis itu kembali memerah aku tertawa puas.
" Dasar keparat!!! "
Keluhnya kemudian pergi darisana. Aku tersenyum penuh kemenangan kemudian menghampirinya.







" Cerita aja Cin. Pinjam aja bahu gue "
" Mau sih pinjem bahu lo. Tapi malas sama wajah lo. Boleh gak tu pala lu gue penggal dulu? "
Katanya dengan raut wajah serius. Aku mencembikan bibirku kesal.
" Psiko "






Ia terkekeh kemudian.
" Gue serius Cinta. Kalau Lo butuh bahu gue, gue siap ngasih pundak ini buat lo "
Kataku serius membuat ia menghentikan tawanya.
" Tapi Rak..... Gue tak butuh tuh!! "
Katanya melenggang pergi begitu saja.









Aku kembali memasuki kelas. Untuk saat ini ku biarkan ia pergi. Aku semakin penasaran dengan gadis itu. Rahasia besar apa yang ia sembunyikan. Luka apa yang membuat wajah galak nya itu hilang kala kesepian yang menemaninya.









Hari ini aku tak mengusik Cinta. Melihatnya menangis tadi membuat ku tak tega untuk membuat gadis itu jengkel. Akhirnya tiba saatnya bel pulang sekolah.
" Mau pulang bareng? "
Tanyaku pada Cinta dan Chelsy. Cinta menggeleng.










" Tumben lo gak gangguin gue? Kesurupan apa Lo!!? "
Sungutnya kesal kemudian beridiri.
" Maaf ya Raka kali ini aku mau nemenin Cinta dulu. "
Kata gadis itu dengan ke pd an tingkat tinggi. Aku mengangguk mengiyakan. Memang siapa juga yang mau mengantarkannya pulang.












Aku mengikuti langkah mereka berdua. Aku terus memantau dari jauh. Aku sangat kawatir dengan Cinta. Mereka berhenti di sebuah halte. Mereka berdua terduduk tanpa suara. Kulihat raut wajah mereka seperti tengah memikirkan sesuatu. Mulut mereka masih terkatup rapat.









Tak lama Chelsy seperti mengajak Cinta berbicara. Ia mencoba membujuk Cinta. Aku terkekeh ketika melihatnya bertingkah konyol demi mengembalikan mood temannya. Tapi tak di tanggapi oleh Cinta. Gadis itu diam membisu. Kulihat Chelsy tak menyerah entah apa yang di bicarakan olehnya itu. Membuat sudut bibir Cinta terangkat halus.











Aku terikut tersenyum melihatnya. Di balik kecerewetan cewek itu ternyata terdapat banyak hikmah. Salah satunya ia pandai menghibur. Menghibur pujaan hatiku. Aku menggelengkan kepalaku menyadari pemikiran ku yang menerawang terlalu jauh.








Kulihat Chelsy dengan semangat khasnya itu meninggalkan Cinta sendiri. Cinta tersenyum lebar. Pasti gadis tadi menjanjikannya sesuatu. Aku tak mau merusak moment persahabatan mereka. Aku hanya mengawasi mereka dari jauh.











Terlihat seorang pria yang ku taksir usianya baru 38-40 an itu datang dengan wajah yang garang. Ia menghampiri Cinta. Kulihat dia berbincang-bincang dengan Cinta. Raut wajah Cinta seketika pucat. Pria itu menarik paksa tangan Cinta.











Melihatnya membuat amarah ku membuncah. Aku mengepalkan tangan ku erat. Tangan besar itu mengarah ke pipi Cinta. Untung saja aku tepat waktu. Ku cengkal tangan yang akan menampar wajah Cinta.










Aku mumutar lengan kekar miliknya kemudian menendang lutut orang itu sampai ia terduduk. Aku menghempaskan tubuh orang itu ke tanah dengan kasar. Tangan ku terkepal kuat.










" Stop!! "
Kata Cinta lirih dengan air mata yang berderai membasahi wajah cantiknya. Aku menggagalkan niatku.
Ku biarkan orang itu berdiri kemudian pergi.
" Awas lu!! "
Ancamnya, aku hanya menanggapi hal itu dengan senyuman meremehkan.










Aku menghampiri gadis yang masih setia menangis itu. Aku merengkuh tubuh kurus itu ke dalam dekapan ku.
" Jangan takut, ada aku "
Kataku menenangkannya. Kurasakan dadaku basah. Gadis itu tetap menangis. Aku membawanya untuk kembali duduk di bangku halte.








" Nangis aja Cin kalau itu bisa buat lo tenang "
Kataku sambil mengelus Surai gadis itu. Selama beberapa menit kemudian getaran pada punggung gadis itu berhenti. Aku juga tidak lagi merasakan air matanya membasahi seragam sekolah yang masih membalut tubuhku.





" Tadi siapa? "
Tanyaku kemudian ia mengurai pelukannya.
" Pa...man....ku "
Katanya kemudiaan masih di sertai Isak tangis. Aku menghapus air mata yang terus mengalir di pipi gadis itu.











" Di.... dia ja...hatt "
Lanjutnya aku tak kuasa melihatnya kembali menangis. Aku kembali menarik tubuh itu dalam pelukanku. Aku membelai halus punggungnya mencoba menyalurkan kekuatan untuknya.









Tak lama tangan mungilnya itu mendorong ku menjauh dengan kasar.
" Gak usah modus "
Katanya garang aku terkekeh melihatnya.
" Bukannya lo sendiri yang meluk gue"







Aku menaik turunkan alisku menggodanya. Wajahnya yang memerah karena menangis tadi tambah memerah sempurna. Ia memalingkan wajahnya. Tubuh tegap itu merosot lesuh. Kemudian segera berlari. Aku yang terkejut membalikan tubuhku.












" Semoga mereka gak bertengkar. Aku gak mau Cinta sedih "
Ujarku ketika melihat Cinta yang mengejar Chelsy. Mungkin cewek tadi hanya melihatku sama Cinta sedang berpelukkan tanpa tau bahwa sahabatnya itu di ganggu oleh seseorang.





























bukan dia yang aku inginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang