19. pulang

14 3 0
                                    

Aku merebahkan tubuhku di kasur yang sudah ku tinggal semalaman. Baru saja mata ku terpejam ada kerusuhan yang terjadi.







" Hahhahhahhahahhahhaha "
Tawa yang menggelegar itu membuat aku membuka mataku secara spontan. Mendengar suaranya saja aku sudah bisa menduga siapa sang pemilik suara itu.







" Lu pulangnya di waktu yang tidak tepat "
Kataku kesal karena ia terus-menerus menertawai ketidakberdayaan ku.
" Sopan dikit kek sama abangnya "
Celetuk mama dari pintu. Aku memutar bola mataku malas.
" Dengar gak mama bilang apa tadi! "
Kata mama garang dengan berkacak pinggang.








" Iya mama...... Gak lagi. Maaf ya Abang Rafka tercintahh "
Mama dan Bang Rafka itu geleng-geleng melihatku seperti ini.
" Rafka!! kamu turun makan siang di ruang makan!!. Jangan ganggu adek mu dulu!! "
Kata mama memerintah tanpa mau di bantah. Akhirnya dia turun.









Akhirnya aku bisa kembali memejamkan mata. Baru saja aku tertidur sejenak suara pintu yang kembali terbuka itu membuatku tersadar dari mimpi yang baru saja ku mulai.
" Muka Lo ngenes banget sih Rak "
Katanya kemudian menghampiri ku. Ia terduduk di pinggir ranjang.










" Rak Rak. Emang lo pikir gue ini rak sepatu hah!!???. Lo itu sama saja kaya Cinta "
" Hah??? "
Mulut Bang Rafka menganga tak mengerti kalimat yang terlontar tanpa sadar dari mulutku itu. Aku meratapi nasib karena keceplosan.









Terlihat senyuman smrik di wajah tengil nya itu. Ia kemudian tertawa lepas. Aku mengalihkan pandangan ku. Mungkin hari ini aku tak akan di buatkan lolos dari singa ini. Pasti dia akan menanyakan semua hal yang sepatutnya tak perlu di pertanyakan.








" Siapa Ka? Cinta? Cie adek Bang Rafka dah gede ya? "
Katanya kemudiaan aku mengerucutkan bibirku kesal. Ia terlihat terkekeh.









" Kenalin dong ke Abang "
" Gak ah. Nanti masuk cerita ftv. Di tikung saudara sendiri. "
Kataku menyindir ia hanya tertawa.









" Lo tawuran ka? "
Aku menggelengkan kepalaku.
" Lah napa bonyok kek gini? "
" Di kroyok orang "
Bang Rafka mengerutkan keningnya tak paham. Akhirnya aku menceritakan kronologi penyebab tragedi pengeroyokan ku kemarin.









" Adeknya Bang Rafka harus jantan. Gini dong "
Katanya heboh. Sungguh bertolak belakang dengan wajahnya yang terlihat lugu itu. Bang Rafka sepertinya ingin mengucapkan sesuatu. Tapi tangan halus milik mama itu menarik telinganya kasar.









" Ampun mamaaaaaaaa "
Aku ikut meringis mendengarkan teriakan dari Bang Rafka yang sedang mendapatkan jeweran maut dari mama.
" Sudah Mama bilang bukan?!!! Jangan ganggu adek mu dulu. Dia sakit. Biarlah dia beristirahat!!! "









Katanya galak dengan memelintir telinga Bang Rafka seolah olah ia sedang berusaha untuk melepaskan telinga itu dari tempatnya. Aku terikut meringis melihat wajah Bang Rafka yang memerah.









" Istirahat ya Raka sayang "
Kata mama melembutkannya nada bicaranya. Mama menatap tajam wajah Bang Rafka kemudian membawanya keluar kamar dengan menarik telinganya.



" Aduh nama sakit "
Keluh Bang Rafka yang entah keberapa kalinya. Dan tak sama sekali di tanggapi oleh mama. Aku tersenyum smrik.
" Bang Rafka sangat menjengkelkan sih. Tapi dengan adanya dia setidaknya aku tak menjadi sasaran empuk buat mama. Udah di gantiin dia kan.  "






Setelah beberapa jam beristirahat membuat punggung ku semakin pegal. Aku memutuskan untuk bangun. Kemudian menuruni anak tangga dengan berhati hati.
" Lah kok turun Ka? Kan udah di siapkan semua keperluannya Raka. Ada yang kurang ya? Atau gimana? "










Tanya mama kelewat posesif. Mama akan menjadi singa ketika aku ataupun Bang Rafka itu sedang sehat. Dan mama akan berubah seperti peri yang berhati lembut ketika kami sakit. Sampai-sampai ia memperlakukan kami seperti anak kecil. Aku tak tahu apa yang membuat papa mencintai wanita seperti mama dengan tingkah laku teraneh di seluruh jagat raya ini. Namanya juga Cinta kan. Muncul secara tiba-tiba dan kadang tanpa bisa di kendalikan.










" Raka capek ma tiduran terus perasaan "
Keluhku kemudian yang hanya di tanggapi mama dengan anggukan kepala. Terlihat Bang Rafka keluar dari kamarnya. Ia kemudian ikut bergabung kami yang sedang menonton acara televisi di ruang keluarga.








" Tadi aku ketemu cewek "
Kata Bang Rafka membuat aku dan mama kompak menoleh ke arahnya.
" Alah Bang Rafka mah cuma cerita aja. Sampai sekarang pun masih jomblo karatan "
Kelekar ku mengundang tawa mama. Mama tertawa lepas bersamaan dengan ku.









Kulihat wajah Bang Rafka yang terlihat kesal karena di tertawakan.
" Tapi beneran deh ma, ka kali ini Abang mau serius beneran gak cuma omongan "
Aku dan mama saling menatap kemudian mengangguk mengiyakan.









" Di tunggu ya Bang!! "
" Siyap "
" Namanya siapa Bang? "
Kali ini mama yang bertanya. Bang Rafka terlihat menggaruk belakang kepalanya.








" Gak tau hehehe "
Katanya dengan cengiran watadosnya itu. Sontak saja jawaban darinya itu membuat aku dan mama kehilangan mood.
" Mama salah ngidam nih kayanya ka. Abangmu gak ngeh "
Kata mama dengan wajah yang dibuat seperti orang keheranan.









" Sabar ya ma. Kita tanggung beban Bang Rafka sama sama "
Kataku mendramatiskan  keadaan. Melihat respon yang aku dan mama berikan membuat Bang Rafka kesal.









"  Memang sih Rafka belum kenal. Tapi Rafka bakal usaha kok "
" Nah gini dong anak mama "
Kami tertawa bersama.
" Ma, Raka udah punya gebetan lo "
Katanya heboh aku memutar bola mataku jengah









" Iya emang mama dah tahu. Kemarin aja senyum senyum dari pagi sampai malam gara gara dapat makanan dari si ceweknya "
Kata mama membalikan keadaan. Mama plin plan. Ia terkadang di pihak ku terkadang juga di pihak Bang Rafka.








" Tapi ingat ya? Waktu belajar tak boleh mengganggu "
" Siyap maaaaa "
Jawab kami serentak membuat wanita yang menyandarkan status sebagai ibu kami itu tersenyum.








" Bang Rafka balik kapan? "
" Baru aja pulang udah ngusir aja "
Katanya sewot. aku memandanginya datar.
" Bukan gitu. Cuma mau memastikan saja lama engggak di rumahnya. Tumben sempet pulang. Biasanya super sibuk dengan kerja kuliah ples kerja sampingan Abang itu "








Kataku kemudian ia hanya tersenyum menjawabnya. Bang Rafka kuliah di universitas yang cukup jauh dengan rumah yang kita tinggali. Akhirnya ia memutuskan untuk ngekos di sekitaran kampusnya. Ia juga terjun ke dunia bisnis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari nya. Walaupun ia berkecukupan. Tapi ia mempunyai tekad untuk kuliah dan bertahan hidup dengan uangnya sendiri. Ia membuka toko kecil kecil lan yang menjual berbagai macam kaos.









" Kangen sama mama dan lo "
" Eeehhhh so sweet "
Kata mama lebay.
" Apani papa gak di ajak kangen kangen nan "
Kehadiran papa secara tiba tiba apalagi dengan keadaan kesal itu membuat kami tertawa bersama. Kami menghabiskan waktu kami dengan bercanda bersama.








bukan dia yang aku inginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang