Lilin berangka dua itu sudah tertiup oleh batita tampan yang merayakan ulang tahunnya hari ini. Orang-orang bertepuk tangan untuk batita itu, tak terasa Iqbal kini sudah berusia dua tahun.
Dalam dua tahun terlewati ini, banyak sekali pencapaian yang di alami oleh Agung dan Yuna. Setelah kelahiran Jake terakhir kali nya, mereka memilih untuk fokus mengasuh anak dan karir mereka. Kini Yuna bukan lagi seorang supervisor melainkan sudah menjadi manajer di cabang Bank nya bekerja.
Agung pun dalam dua tahun terakhir sudah menjadi dosen dengan status pegawai negeri, kini gaji mereka berdua sudah menyentuh jutaan. Nominal yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka ataupun membeli mainan yang di inginkan Iqbal dan Jake.
Jake yang akan berusia satu tahun tumbuh dengan cepat. Wajahnya memiliki karakter yang sama dengan Iqbal, membuat orang-orang sering kali mengira mereka adalah anak kembar.
Kedua kakak beradik ini benar-benar tumbuh dengan baik.
"Nggak ada niatan nambah anak nih?" tanya seorang kolega pada Agung dan Yuna.
Kedua suami istri yang sibuk dengan anak mereka itu hanya menoleh. Memang benar sempat ada niat diantara mereka untuk memiliki anak perempuan, namun ketakutan untuk melahirkan secara prematur lagi lebih besar daripada keinginan memiliki anak lagi.
Yuna terkekeh canggung, "maunya sih anak perempuan, tapi doain aja." jawabnya. Ia mengusap rambut Jake yang sedari tadi di pangkuannya.
Iqbal, si bocah yang sedang berulang tahun justru sedang menjahili ayahnya. Anak itu berusaha mengigit penuh kue ulang tahunya, meski sang ayah sudah mendorong kepalanya tapi anak itu tetap saja mencoba menganga kedepan. Beruntung ada Sakura, bocah berusia empat tahun itu kini lebih besar dari Iqbal. Ia membantu Agung menahan Iqbal dan melarangnya untuk melakukan tindakan mengigit kue itu.
Jake yang melihat interaksi kakak dengan sepupunya dari pundak sang ibu merasa iri, ia meronta-ronta minta diturunkan agar ia bisa bermain dengan kakak-kakaknya itu.
Yuna yang merasa terganggu akhirnya menuruti keinginan sang anak, setelah Jake turun ia kembali berbincang dengan kolega-koleganya. Sama seperti Agung yang meski tak jauh dari kedua anaknya, sebenarnya ia sedang berfokus berbincang dengan kolega pengajarnya.
Jake yang masih mengenakan popok itu berjalan mendekati Iqbal, tapi mata anak itu sudah terfokus pada mobil-mobil yang menjadi hiasan dari kue ulang tahun Iqbal. Layaknya bayi pada umumnya, ia mengambil mainan mobil tersebut dan mulai mengulum krim yang menempel di mainan itu.
Sang empunya kue tentu tidak suka atas tindakan sang adik. Iqbal seketika marah dan merebut mainan mobil itu dari mulut Jake, tapi tak berhenti dari situ, sang kakak dengan keras memukul kepala sang adik dengan mainan tersebut yang berhasil membuat Jake seketika jatuh terduduk berakhir tangisnya yang pecah mengintrupsi acara ulang tahunnya ini.
Tangisan Jake yang melengking tentu menarik perhatian orang tua mereka. Yuna adalah yang pertama kali menghampiri sebelum Agung ikut menoleh dan bertanya ada apa.
Iqbal di sisi lain malah semakin melempar mainan pada Jake dengan kesal, menyebabkan beberapa tamu ada yang berteriak histeris karena melihat tingkahnya.
Geram, Agung memutuskan menggendong Iqbal dan membawa anak itu menjauh dari kerumunan. Berbeda dengan Yuna yang langsung menggendong Jake dan memeriksa dahi anaknya yang mulai membengkak itu.
"Iqbal tidak boleh begitu!" Tegas Agung ketika ia membawa anaknya di sekitaran halaman belakang rumah. "Kamu tidak boleh memukul adik, kasian adik jadi sakit." titahnya pada bayi berusia tiga tahun itu.
Iqbal hanya diam dengan raut wajah cemberut, justru kadang ia memukul wajah ayahnya sendiri. Tindakan anak itu jelas menarik emosi sang ayah, Agung kini memegang kedua bahu mungil anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puncak Wijaya
FanficDalam universe, ketika kunci keharmonisan keluarga adalah candaan, belum tentu semua dapat di lewati dengan tawa; ada aja tangis meski gak banyak, tapi ketiga anak cowok wijaya belajar untuk dewasa; dari seiringnya waktu. Perkenalkan, Keluarga Wijay...