"Nah, itu Hyeongjun."
Aaron menatap kearah dimana Jisung menunjukkan jarinya. Teman berambut ikal itu terlihat jalan dengan senyum lebar bagaikan model pasta gigi.
"Eh, nanti pulang kita kerja kelompok kan?" ujar anak itu sesampainya dimeja teman-temannya.
Jisung mengangguk dan Menjawab, "iya, di rumah baru Aaron."
"Asik, gede nggak?" tanya bocah itu dan duduk di kursinya. "Sekomplek kan sama Jisung?" tanyanya lagi dan mulai mengeluarkan buku tulisnya.
Aaron menggaruk kepalanya, "iya, tapi beda blok, Jisung di Rafflesia." jelas anak itu.
Jisung menambahkan, "tapi ada cerita unik di blok lo itu, Ron. Itupun gue denger dari orang-orang sih." membuat kedua temannya sontak Memandang serius kepadanya. "Tapi nanti aja deh, disana gue ceritain." timpalnya lagi membuat erangan kekecewaan dari Hyeongjun.
"Yaudah, gue mau nyontek, Ji." pinta Hyeongjun pada Jisung. Aaron memandang sinis pada Hyeongjun, berbeda dengan Jisung yang langsung menyerahkan buku tugasnya pada temannya itu sesuai janjinya.
Melihat Jisung memberikan buku tugas, Aaron sedikit kesal, "lo kebiasaan dah ngasih mulu, biar dia belajar!" katanya.
Jisung hanya menggaruk tengkuknya, "kasian, Hyeongjun kan dirumah harus jaga adik." jawab murid tertinggi di sekolahnya itu.
Ya, Jisung dan Aaron merupakan dua siswa paling tinggi diantara siswa lain disekolah. Selisih tinggi mereka hanya berbeda satu senti, membuat seluruh warga sekolah memanggil mereka Duo Tiang.
"Dengerin Jisung tuh! Dia aja perhatian, masa lo kaga." elu Hyeongjun seraya menyalin semua tugas Jisung.
Aaron berdecih, "tugas kan kewajiban masing-masing elah! Lo harusnya bisa bagi waktu antara jaga adik sama nugas!"
"Ke bagi waktu kok!" Hyeongjun tidak mau kalah. "Pulang sekolah gue jemput adik, sore gue les, malem ngaji, beres nya main pe'es, tidur deh!" katanya, seraya menghitung dengan jari-jarinya.
Jawaban Hyeongjun membuat Aaron kesal, ia dengan cepat menampar temannya itu dengan buku tugas Jisung, sehingga Hyeongjun memekik protes atas perlakuannya.
Ini layaknya pagi yang lain, Hyeongjun dan Aaron memang akan selalu bertengkar sebagai mengawali hari sekolah mereka, jika sudah begini Jisung adalah orang yang memilih fokus pada ponselnya.
Mengulir lini masa sosial media Twitter dan mendapati foto seorang wanita yang asing baginya.
"Anak SMA enak ya." ujar Jisung begitu saja membuat temannya yang sedang ribut itu kini fokusnya teralihkan meski tanpa suara. "Dapet guru PPLnya yang cakep mulu, malah Bang Iqbal enak tuh udah deket duluan." lanjut anak itu, membuat Aaron terheran-heran sebelum akhirnya ia memutuskan merebut ponsel milik Jisung.
Dengan cepat matanya terbelalak lebar, foto yang terposting akun base sekolah itu tak lain dan tak bukan adalah kakak sepupunya sendiri.
Hyeongjun yang penasaran ikut mengintip disamping Aaron, "wihh iya cantik banget." ujar anak lelaki itu, namun euphoria mereka tak lama sampai Aaron memekik dengan kencang.
"ITU TETEH GUE!!"
-O-
"Iya itu sepupu gue."
Jake menyeruput kopi seduh dalam kemasan gelas plastik itu. Ketiga temannya yang sedang berkumpul di satu meja dalam kelas ini pun hanya ber-oh-ria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puncak Wijaya
Fiksi PenggemarDalam universe, ketika kunci keharmonisan keluarga adalah candaan, belum tentu semua dapat di lewati dengan tawa; ada aja tangis meski gak banyak, tapi ketiga anak cowok wijaya belajar untuk dewasa; dari seiringnya waktu. Perkenalkan, Keluarga Wijay...