Pada Waktu Dulu....

43 10 3
                                    

 Content Warning: Slightly mentioned suicide topic. Please, be a wise reader. if you are not comfortable, it is recommended to skip this part. Don't forget to love yourself!

-o-

"Oh... Gede!" Hyeongjun memekik mana kala ia keluar dari mobil di ikuti Aaron dan Jisung dibelakangnya.

Kedua teman tingginya itu membukakan pintu gerbang untuk Iqbal agar bisa memasuki perkarangan rumah.

Sakura yang sudah keluar lebih dulu sedang membuka kunci pintu utama, "sini masuk." ujarnya pada segerombolan bocah SMP tersebut. "Nggak di masukin garasi aja, Bal?" tanya Sakura lagi mana kala melihat Iqbal keluar dari mobil.

"Nanti aja Teh, nanti aku pergi lagi soalnya." jawab saudaranya itu. Sakura mengangguk dan mempersilakan Iqbal memasuki rumah lebih dulu.

Perut Sakura dirasa lapar, iapun menangkap satu rumah makan padang tepat di seberang rumah. Ia melihat kepada gerombolan anak-anak sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah makan tersebut.

"Sini! Sini! Kita main di atas aja!" Aaron berlari menyusul Iqbal diatas tangga, membuat sang kakak sedikit kesal, tapi rupanya tidak sampai disitu saja, aksi Aaron disusul oleh Hyeongjung dan Jisung yang ikut berlari dibelakangnya.

Ruang tengah lantai dua memang di buat khusus untuk arena bermain, walaupun hanya Iqbal yang menepati kamar lantai dua, tetapi tiga bersaudara ini sangat menyukai berbagai permainan.

"Wihhhh! PS empat! IH!? ada Wii juga!" seru Hyeongjun, sepertinya anak itu kesenangan.

Jisung meraih kotak yang berada dibawah nakas, "ada uno sama monopoli, papan catur juga."

Melihat reaksi teman-teman adiknya itu, Iqbal hanya menggelengkan kepalanya, iapun tanpa mempedulikan segera begitu saja masuk kedalam kamar untuk sekedar mengganti pakaian.

Hyeongjung yang paling bersemangat kini sudah berlari ke balkon luar, dimana ia bisa melihat Sakura yang baru saja kembali membeli makanan.

"TEH SAKURAAA!" teriaknya memanggil Sakura yang sedang menyebrang.

Gadis itu menoleh, ia dapat melihat dari balkon lantai dua sosok Hyeongjun dan Jisung yang berjalan di belakangnya.

"Halo!!" jawab Sakura dengan senyum. Hyeongjun masih melambai-lambaikan tangannya hingga sakura teringat sesuatu.

"Hyeongjun! bisa minta tolong?" teriak gadis itu.

"APAAAA????"

"Coba suruh Aaron cek Ricecoocker ada nasi atau enggak!?"

Setelah gadis itu berkata demikian, Hyeongjung lari begitu saja kedalam, meninggalkan Jisung yang masih menatapnya. Sakura merasa canggung dengan tatapan Jisung, namun anak lelaki itu tiba-tiba bertanya meski tak berteriak.

"Beli apa Teh?"

"Ini lauk buat makan." jawab Sakura seraya menunjukkan sekarang kresek besar. Jisung mengangguk, ia tiba-tiba menoleh kebelakang yang sepertinya berbicara dengan anak lain.

"Teh, katanya nggak ada nasi." Ujar Jisung setelah kembali, Sakura sedikit cemberut. Pasalnya yang ia beli hanyalah lauk tanpa nasi.

Bisa saja ia kembali masuk ke rumah makan itu untuk membeli nasi, namun ia ragu berapa jumlah nasi bungkus yang harus ia beli.

Namun lamunannya terbuyarkan oleh suara Jisung, "Teteh pulang aja! Aku bantu masak nasi sama Aaron." katanya.

Ucapan Jisung itu cukup sukses membuat Sakura membelalakkan mata senang, dengan cepat ia pun memutuskan menyebrang dan kembali kerumah.

Puncak WijayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang