page 3

1.4K 101 1
                                    

Alphen mengangguk lalu bergumam pelan "Aku harap noona begini untuk seterusnya.."

***

Alphen menarik tangan Cassie setelah Cassie membaringkan Alphen di kasur dan menyelimutinya seperti anak kecil.

"Bisakah noona tidur dengan ku hari ini?" tanya Alphen penuh harapan.

Ia berkata begitu hanya karena masih takut kehilangan "noona" nya esok pagi.

"E-eh? Laki-laki dan perempuan yang tidak sedarah tidak boleh tidur bersama, Alphen.." balas Cassie.

"Tapi aku janji akan jadi anak baik, aku tidak akan mengganggu tidur noona" Alphen memohon.

"Em.. Baiklah, tapii.." Cassie menggantung perkataannya lalu membentuk pembatas di atas kasur menggunakan guling

"Jangan lewati batas ini" lanjut Cassie.

"Baik" jawab Alphen sambil tersenyum.

***

Matahari sudah mulai menampakkan dirinya, sedikit cahaya matahari yang menembus jendela kamar Alphen membuat Cassie terbangun dari tidur nyenyak nya.

Cassie secara perlahan membuka matanya yang masih merasakan kantuk, dia merasa ada yang berbeda dari guling nya..

Anehnya saat dia membuka mata bukan guling yang berada di depan matanya melainkan Alphen yang masih tertidur lelap dipelukannya.

Cassie terkejut sekaligus bertanya pada dirinya "Apa aku masih bermimpi? atau ini hanya halusinasi?"

Begitu sadar kalau ini bukan mimpi ataupun halusinasi, ia segera melepas pelukannya dari tubuh Alphen yang tertidur.

Ternyata guling yang kemarin ia pakai untuk pembatas diantara mereka malah ia tendang ke bawah kasur.

Cassie langsung beranjak bangun dari kasur Alphen dan pergi ke kamar mandi yang ada di dekat kamar Alphen dengan wajah yang merah karena merasa malu.

Cassie mencuci wajahnya sambil memikirkan alasan apa yang harus ia berikan kepada Alphen jika Alphen menyadari hal yang ia perbuat, padahal dia sendiri yang memberi batas itu.

Cassie mengambil handuk dan baju nya, bersiap untuk mandi sambil menjernihkan pikiran.

***

Alphen terduduk di atas kasurnya. Wajahnya memerah, dia benar-benar terlihat seperti tomat merah, nafasnya sedikit terengah-engah, detak jantungnya berdetak tidak beraturan.

Dia sadar saat Cassie memeluknya sepanjang malam namun dia tidak ingin mengganggu tidur Cassie yang nyenyak.

"Hah.." Alphen menghela nafas berat lalu membaringkan tubuhnya ke kasur lagi.

Ia masih mengantuk karena tidak bisa tidur dengan nyenyak semalam.

***

*Tok tok* Cassie mengetuk pintu kamar Alphen dua kali lalu masuk.

"Kamu masih tidur?" Cassie memastikan apa Alphen benar-benar masih tidur atau tidak dengan suara yang cukup pelan namun masih bisa terdengar.

"Tidak, hanya berbaring sebentar" jawab Alphen namun masih dengan mata yang tertutup.

Cassie sedikit terkejut, sebenarnya dia tidak mengharapkan jawaban itu karena masih malu.

"Aku membawakan sarapan untuk mu" ucap Cassie.

"Noona yang buat?" tanya Alphen sambil sedikit melirik ke arah Cassie.

"..ya, seperti biasa" jawab Cassie.

"YEY!" Alphen mengubah posisi tidurnya menjadi duduk dalam sekejap mata.

Cassie tersenyum kemudian berjalan ke arah Alphen, dia menaruh sarapannya di atas kasur Alphen.

"Noona habis keramas?" tanya Alphen sambil mengambil sarapannya.

"Ah iya, kenapa?" Cassie balik bertanya.

"Gapapa, aku suka wangi nya" jawab Alphen.

Alphen memakan sarapan sandwich yang dibawa Cassie perlahan namun tiba-tiba Alphen terdiam.

"Apa noona berbohong..?" tanya Alphen sambil menaruh kembali sarapannya.

"Bohong tentang apa, Alphen-" ucapan Cassie langsung dibalas dengan suara piring pecah yang dibanting oleh Alphen.

"Jangan bohong, aku tau bukan noona yang membuat sarapan ini" suara Alphen terdengar datar begitu pula dengan sorot matanya.

"Kenapa noona harus berbohong?" lanjut Alphen.

"..agar kamu mau makan masakan pembantu disini" balas Cassie.

"Sudah kubilang.. AKU TIDAK INGIN MAKAN MAKANAN YANG DIBUAT MEREKA!" tegas Alphen.

"Kalau kamu begini terus, kapan kamu mau sembuh Alphen..?" balas Cassie.

"Jika aku sembuh, noona akan pergi meninggalkan ku ya kan?" Alphen selalu bertanya seperti itu padahal dia tau jawaban Cassie akan sama.

"Walau tidak seperti sekarang.. kita akan tetap bisa bertemu, Alphen" jawab Cassie seperti biasa.

"..pergi" ucap Alphen pelan.

"Alphen-" baru ingin berbicara Cassie langsung dipotong oleh Alphen.

"Aku mohon, Cassie." Cassie sadar Alphen sedang serius dengan perkataannya karena Alphen sangat jarang memanggil namanya.

Cassie menghela nafas sebentar lalu menuruti permintaan Alphen, ia berpikir untuk membiarkan Alphen sendiri terlebih dahulu.

MY THERAPIST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang