Sudah 2 jam sejak Cassie meninggalkan kamar Alphen, Cassie terus menatap ke arah lantai 2 sambil berpikir Alphen sudah terlalu lama mengurung diri di kamarnya, ia akhirnya beranjak bangkit dari tempat duduk empuk yang sedari tadi ia duduki sambil memakan camilan manis yang telah dihidangkan oleh pelayan (fyi: Alphen di adopsi oleh sepasang suami istri kaya yang tidak mempunyai penerus, jadi bisa dibilang Alphen ini mau dijadikan penerus).
Cassie perlahan menaiki anak tangga untuk pergi mengecek keadaan Alphen dikamarnya yang berada di lantai 2.
Cassie berhenti tepat di depan pintu kamar Alphen, raut wajahnya terlihat sedang mempertimbangkan sesuatu sebelum akhirnya ia membuka mulut "Alphen aku minta maaf-" pintu kamar Alphen tiba-tiba terbuka dari dalam sebelum Cassie bisa menyelesaikan perkataannya, dan betapa terkejutnya Cassie yang langsung disambut oleh pelukan hangat dari Alphen.
"Maaf, maaf aku sudah mengusirmu" Alphen merasa bersalah karena tidak bisa mengendalikan amarah nya sendiri didepan Cassie.
Sebenarnya Alphen mengurung diri bukan karena ia masih marah dengan Cassie tapi dia kesal pada dirinya sendiri yang mengusir orang terdekat nya.
"Gapapa, aku ngerti. Aku juga salah karena mencoba menyelesaikan masalah dengan berbohong, aku merasa gagal jadi psikiater mu" Cassie terlihat kecewa dengan dirinya sendiri, ia mengaggap dirinya tidak becus dalam bekerja dan mengurus pasien.
Alphen melepaskan pelukannya lalu memegang bahu Cassie "Noona tidak gagal.. noona sudah berusaha sebaik mungkin, itu yang biasanya noona katakan disaat seperti ini kan?" ucap Alphen.
Cassie tersenyum hangat. Senyuman itu terasa seperti sedang memeluk Alphen, membuatnya ingin terus berada disamping Cassie, sangat indah. "Kamu ingat itu.. seperti biasa selalu ingat tentang ku"
"Noona juga ingat itu" Alphen membalas senyuman Cassie.
"Baikan?" Cassie mengulurkan tangannya.
"Untuk apa? kita kan selalu baikan" bukannya membalas uluran tangan Cassie, Alphen malah membalasnya dengan sebuah pelukan erat.
"Balasan untuk yang tadi malam" ucap Alphen.
Wajah Cassie mendadak memerah "Kamu sadar?" tanya Cassie gugup.
"Sudah ku bilang aku sensitif bahkan saat tidur" Alphen tersenyum licik seakan sengaja membuat Cassie gugup.
"Ku kira itu hanya sebuah candaan" Cassie merasa malu setengah mati.
"Aku tidak pernah bercanda tentang sesuatu, bahkan jika aku bilang menyukai noona.." gumam Alphen.
"Apa?"
"Bukan apa-apa" jawaban singkat dari Alphen malah membuat Cassie semakin bingung.
Tetapi Cassie mengesampingkan hal itu, "Ayo cepat sana mandii, ada banyak daftar untuk dilakukan hari ini!" Cassie mulai bersemangat kembali.
***
Sampai di mall, mereka pergi menonton film dan berbelanja.
"Alphen lihat! seragam sekolah ini sepertinya cocok untuk mu, aku ingin sekali melihat mu memakainya" ucap Cassie berharap Alphen tergerak hatinya untuk bersekolah seperti anak-anak lain pada umumnya bukan home schooling, tapi bukannya berpikir untuk bersekolah seperti anak-anak lain Alphen malah membalas "Seragam sekolah ini juga terlihat cocok untuk noona" Alphen tersenyum jahil.
"Aku sudah berumur 21 tahun Alphen, mana mungkin aku cocok memakai itu" Cassie merasa seperti sedang di ejek oleh bocah sma.
Tiba-tiba Alphen malah datang ke kasir dan membeli 2 seragam itu.
"Coba noona pakai" Alphen memberikan seragam sekolah perempuan yang dibelinya kepada Cassie, lagi-lagi Cassie hanya bisa terpelongo dan mengikuti perintah Alphen.
"Bukannya biasanya orang lain mencoba dulu baru membeli? Alphen bodoh" ucap Cassie dalam hati sambil berjalan ke arah ruang ganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY THERAPIST
Romance"Where's noona?!" teriak Alphen sambil membanting piring-piring yang ada di meja makan hingga pecah. Cassie dengan tergesa-gesa memasuki rumah Alphen dengan panik karena tau dia sudah terlambat dari jam makan malam. "I'm really, really sorry Alphen...