The Nanny 2
Alessio mengerang.
"Arrghhh! Tutup tirainya, Brengsek!"
Hangat sinar matahari pagi menembus jendela kamar dan menyengat langsung punggung Alessio Magliani yang terpapar. Pemuda itu tidur menelungkup tanpa busana. Selembar selimut menutup sebatas pinggul dan kakinya. Dia terusik di atas tempat tidurnya yang nyaman, sebelah matanya terbuka. Kepalanya masih pengar sisa mabuk semalam. Hal terakhir yang ingin dilakukannya adalah bangun pagi, meski hari sudah cukup siang. Dia berusaha mengangkat kepalanya, tapi mengurungkannya lagi.
Pasti ini ulah Fernandez, pikirnya.
Dari pernikahannya yang kandas dengan Adelaide, Luca Magliani memiliki seorang putra yang tahun ini menginjak usia sembilan belas tahun bernama Alessio. Agar putra semata wayangnya itu bisa menjadi pewaris kerajaan bisnisnya, Luca mengeluarkan uang cukup banyak supaya mantan istrinya mau menyerahkan hak asuh sepenuhnya pada Luca. Masa depan Alessio sudah ditentukan. Tak lama lagi, dia akan menempuh kuliah bisnis di universitas terkemuka di Inggris.
Setelah lulus dari sekolah elit khusus pria beberapa saat lalu, praktis kini dia menganggur sebelum harus pindah ke London. Kegiatannya setiap hari jika ayahnya keluar rumah untuk urusan bisnis adalah berpesta, mabuk-mabukan, dan meniduri gadis-gadis yang dengan sukarela menyerahkan diri padanya.siapa yang bisa menolak Alessio Lefdrant Magliani? Selain kaya raya, mengendarai mobil sport terbaru yang tinggal dipilihnya dari garasi sang ayah, pemuda itu juga sangat rupawan. Secara fisik, Alessio adalah perpaduan sempurna dari ayahnya yang gagah dan tampan, serta ibunya yang cantik, pintar, dan anggun. Di usianya yang belum genap sembilan belas, Alessio sudah tampak seperti pria dewasa. Tubuhnya tinggi, ramping, namun berotot. Wajah aristokratnya sering menghiasi artikel-artikel selebritas internet dan majalah bisnis. Dia dikenal sebagai calon pebisnis muda dengan jejak rekam kekayaan ayahnya yang fantastis, serta penggila pesta.
Semalam, dia kurang beruntung. Gadis cantik yang didekatinya ternyata sudah memiliki kekasih. Alessio pulang dengan tangan hampa. Akibatnya, pagi ini, dia makin kesal karena tirainya dibuka paksa. Hasratnya tidak tersalurkan.
"Fernandez!" panggilnya. "Aku mau sarapan di kamar."
"Tuan Luca Magliani mengatakan... Tuan Muda Alessio harus segera mandi dan sarapan di luar. Matahari hari ini bersinar cerah. Jika Tuan Muda tidak ingin segera mandi, Tuan bisa berenang, atau berolah raga sedikit."
Seketika, Alessio tersentak mendengar sebuah suara manis yang jelas bukan milik Fernandez. Pemuda itu gelagapan mencari, duduk tegap di atas tempat tidurnya. Matanya mencelang lebar mendapati Liliane-nanny baru yang begitu piawai menjaga adik angkatnya yang berkebangsaan Kuba, Julio-sedang berdiri sopan dengan dua tangan menelangkup di depan pinggangnya.
Liliane begitu cantik. Manis. Ya. Begitulah kesan pertama Alessio saat dikenalkan pada gadis itu pertama kali. Rasa-rasanya, belum pernah ada gadis yang membuat lidahnya kelu dan susah berkata-kata. Alih-alih bersikap baik padanya, Alessio lebih banyak menghindar. Padahal, dia begitu mudah mendapatkan gadis manapun di pesta, entah kenapa dia mengalami hal sedemikian rupa terhadap Liliane.
"Kau tidak seharusnya masuk ke kamarku tanpa izin!" hardiknya galak. "Mana Fernandez? Mana adikku? Bukankah itu tugasmu di rumah ini?"
"Fernandez sedang mengkoordinir tukang kebun untuk merapikan topiari. Minggu depan, Tuan Luca Magliani akan pulang. Maafkan saya, Tuan Muda Alessio, tapi saya tidak akan berani masuk tanpa perintah Tuan Alessio lewat Fernandez. Adik Anda masih tidur setelah tadi pagi saya menyuapinya dan meminuminya susu."
Susu.
Mata Alessio membelalak semakin lebar.
Dia mengibaskan kepalanya, mengusir bayangan yang pernah dilihatnya pada suatu pagi di kamar Julio. Sebelum itu, Alessio pernah sekali memergoki ayahnya menyetubuhi gadis di hadapannya itu. Namun, meski melihat Liliane bersetubuh dengan Luca Magliani cukup mengejutkan, ada hal lain yang membuat Alessio kesulitan mengabaikan Liliane. Gadis itu menyusui adiknya dengan putingnya sendiri!
