🐣 004 🐣

4.5K 393 42
                                    

🐥 Happy reading 🐥

.

.

| Hiraeth |

.

.

"Ethan gak papa, Asa."

Tubuh yang lebih besar itu menggeleng, pelukannya mengerat di sertai endusan di sekitar leher.

Havid dan Ray sedang mengurus keempat wanita yang menjadi biang kerusuhan tadi, mereka berdua selalu berusaha membasmi siapapun yang mengganggu kehidupan teman kecilnya.

"Tadi kenapa Asa bilang pacar? Kan kamu gak pernah nembak Ethan."

Yang mendapat pertanyaan terkekeh. "Kode, nih?"

Ethan menggeleng polos.

"Btw, aku bawa sesuatu buat kamu."

Tangan yang mulai menunjukan urat itu mengorek isi tasnya, seraya berdoa di dalam hati semoga kotak makanan itu tidak hancur di sana.

"Ini apa? Kado?"

Angkasa menggeleng. "Cemilan biar tambah berisi."

Ethan kembali menyerahkan kotak merah muda di tangannya, bibir mungil itu sedikit maju secara tak sadar. "Kata orang pipi Ethan jelek, kalo banyak makan pasti tambah jelek."

"Siapa yang bilang? Coba kasih tau, biar aku slepet mulutnya pake karet nasi uduk."

Angkasa menggenggam lengan yang lebih halus, ia menuntun Ethan agar mereka duduk di bangku kayu di dekat tembok pembatas antara sekolah dan di luar sekolah.

Sebelum Ethan duduk, Angkasa lebih dulu menariknya agar duduk di pangkuan.

Yang dulunya sering di pangku sekarang udah bisa mangku anak orang.

"Ethan gak mau gini, kan udah besar."

Angkasa tak merespon, pemuda tampan dan manis itu memilih membuka kotak dan mengeluarkan tempat puding yang tadi ia beli.

Satu tangannya merambat ke belakang tubuh Ethan. "Makan, biar tambah gemuk kan sehat. Apalagi bagian ini."

"Heh!"

Ethan menepuk pelan bahu Angkasa saat merasakan remasan di bagian bokongnya, wajah bulat itu memerah.

"Asa punya berapa puding?"

"Tiga."

"Kenapa ga dua aja?"

"Soalnya aku gak mungkin menduakan mu."


🐥 Hiraeth 🐥


"Yang bilangnya bentar, ternyata sampe kita selesai war baru dateng."

Angkasa terkekeh menanggapi sindiran Gio, pemuda yang sudah melepas seragamnya itu duduk di samping Raihan.

"Gak masuk kelas?"

"Jamkos katanya, sekalian bols dua pelajaran aja dah."

Raihan menganghuk, menyetujui perkataan Zetha.




Rayyan 👼

Mau gym hari ini?

Mau main kak, Rayyan sekalian mau beli konsol game.

Besok?

Ga tau deh, nanti Ray
kasih tau kaka

Sip






"Paan?"

Angkasa menoleh saat merasa tulang rusuknya di sikut pelan.

Raihan menunjukan ponselnya, pesan suara terputar hinga dapat menghentikan Zetha dan Gio yang sedang saling menyender.

"Kalo lu ga dateng, gue sebarin ke semua pemain kalau kalian pengecut."


"Siapa si?"

Angkasa mendongak, menatap wajah temannya yang sudah mengeras. Lagipula laki laki mana yang tak tercoreng harga dirinya jika di katakan 'pengecut' oleh musuh.

"Di grup motor, Raihan ga save nomornya tapi dia nge tag kita."

Gio melahap keripik kentang di atas meja, ia tak mau ikut campur urusan mereka lebih baik mengenyangkan perut saja.

Mereka sedang berada di gudang yang di jadikan markas.

"Terima aja, gue sih ogah di katain pengecut. Sok banget."

Raihan mengangguk, pria yang lebih banyak diam itu mengetik sesuatu di ponselnya.






"Gue gimana nanti aja, takut di gampar Daddy."


🐣 Hiraeth 🐣

.

.

Hiraeth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang