🐣 009 🐣

3.3K 341 5
                                    

🐥 Hiraeth 🐥

.

.

| Hiraeth |

.

.

Ethan menatap ragu ruangan di pojok koridor yang menampakan tiga pemuda dengan beberapa kaleng soda dan bungkus kacang.

Mereka pernah bertemu ketika Ethan menginap di rumah Angkasa dan teman temannya sedang bermain, tapi hanya bertemu.

Ethan masihlah pemuda yang pemalu dan penakut.

Angkasa perlahan memperkenalkan teman temannya pada Ethan, jika sedang seperti ini memang harus perlahan jika berkomunikasi.

Kalau tidak akan membuat pemuda pendek itu bertambah panik.

"Sini, jangan mau sama Gio."

Ethan tersenyum tidak enak pada pemuda yang baru saja di sebutkan oleh Angkasa, ia lalu mendudukan bokongnya di atas kursi samping.

Tasnya masih di sekolah, sepertinya tak apa jika ia tinggalkan.

"Pake ini aja kalo mau nonton."

Angkasa memberi ponsel pada Ethan, ia lebih dulu menunjukan aplikasi metube agar mudah.

"Mau nonton apa?"

Ethan memberingsutkan diri, ia menarik kerah seragam Angkasa agar mendekat lalu membisikan nama kartun yang ingin ia lihat.

"Bwa bwa!"

Angkasa mengangguk, pemuda itu tak paham apa yang di sukai dari kartun tidak jelas dan aneh itu.

Lagipula tak ada perkataan yang di mengerti.

"Montok."

Lirikan sinis Zetha dapatkan saat baru saja menyampaikan pendapat dari penampilan orang yang baru saja Angkasa bawa, pemuda bertindik itu mengangkat kedua tangan.

"Gue ga salah, kan?"

Gio memberi mangkuk kecil berisi kacang yang sudah terbuka kulitnya. "Biasa, turunan bang Allan."

Raihan menaruh kaleng soda yang baru saja ia minum, tatapan datar pria itu tertuju pada Ethan yang sedang sibuk menonton sambil menyender pada Angkasa.

"Kek bocil."

Angkasa mendelik. "Seumuran, bangsat!"

"Bangsat?"

Ketiganya terkekeh melihat Angkasa gelagapan sendiri, tatapan polos itu benar benar tertuju sempurna ke arah pemuda yang kini sedang menatap mereka dengan memelas.

"Bangsat itu . . Eum, nakal."

"Asa, kamu bangsat. Kan kata papa gak boleh bolos."

Ya ampun, mau nangis aja Angkasa tuh.


🐥 Hiraeth 🐥

"Bro, gimana posisi?"

Aman, tenang aja. Ethan gapapa, kan?

"Aman, ada luka?"

Dikit si, Ray kena timpuk batu palanya mungkin besok kita ga masuk.

"Oke, hati hati."

Angkasa mematikan panggilan suara dengan Havid, sekarang mereka sudah ada di kamarnya.

Berkat memohon pada Alex agar Ethan di bolehkan menginap, sekarang anak itu sudah berganti pakaian.

Di kamarnya ada dua boneka paus, itu permintaan Ethan agar kamarnya terlihat lucu.

Apapun untuk Ethan.

Itu mah slogan bulol.

Karena sedari dulu sering di pakaikan celana sependek itu oleh Sagara, Ethan menjadi terbiasa dan menaruh banyak di lemari Angkasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Karena sedari dulu sering di pakaikan celana sependek itu oleh Sagara, Ethan menjadi terbiasa dan menaruh banyak di lemari Angkasa.

Angkasa tak membiarkan Daddy untuk membeli lemari kecil agar baju Ethan tertata rapih, cukup mempunyai lemari bersama maka lebih baik.

Angkasa merasa seperti sudah menjadi pasusu.

"Lu cantik, sumpah ga boong gue."

Manik itu terlihat memuja bagaimana lekuk tubuh Ethan tercipta, ia tak tau beban seperti apa yang Ethan tanggung.

Tapi Angkasa yakin, sebarapa pun bahagianya hidup seseorang mereka pasti mempunyai beban yang tak ingin di ketahui orang lain.

Bagi Angkasa, beban terberat kali ini adalah menyimpan perasaan untuk makhluk indah di depannya.

🐥 Hiraeth 🐥

.

.

Hiraeth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang