🐣 17 🐣

2.8K 281 13
                                    


🐥 Happy reading 🐥

.

.

| Hiraeth |

.

.

"Karena benturan keras pada dadanya bisa saja membuat anak ini tak bisa di selamatkan karena terhentinya denyut jantung yang di sebut commutio cordis. Gangguan fungsi jantung akibat benturan di dada bahkan seringkali terjadi tanpa kerusakan struktual pada jantung."

Ruangan dengan beberapa alat medis itu hening.

Setelah seorang dokter menyelesaikan ucapannya, tak ada satupun yang bersuara.

Membiarkan kesunyian mengambil alih.

Genggaman tangan yang menghantarkan kehangatan pun tak ampuh untuk kembali mengisi ruangan yang mulai mendingin.

"Pa?"

Panggilan lembut dari anak sulungnya membuat Alex dengan cepat menubrukan kening di bahu Sagara.

Ia tak ingin di lihat oleh siapapun ketika air mulai menggenangi kelopak matanya.

Bayangannya mulai tak jelas karena tertutup air mata, elusan di pundak dan punggung tak memberinya kenyamanan.

"Ethan .. "

Sagara memejamkan matanya ketika mendengar lirihan dengan suara serak dari papanya, hati pria itu ikut berdenyut sakit.

Dokter membiarkan dua pemuda dan satu pria dewasa masuk dan berdiam diri di ruangannya.

Ia tak tega ketika melihat kesayangan seorang ayah terluka dan di rawat olehnya.

"Papa?"

Alex mengangguk.

Mengusap wajahnya pada kemeja hitam si sulung agar kesedihannya ikut terhapus, senyuman kecil yang teduh bermaksud untuk menenangkan Kevin yang terlihat berantakan dengan manik memerah.

Bahu pemuda itu bergetar menahan tangis.

Sebelum menghampiri anaknya, pelukan hangat dari temannya ia terima.

"Jangan sampe anak anak tau kau menangis, memalukan."

Alex tak peduli dengan sindiran Samudera, kedua telapaknya meremat kencang kemeja sahabatnya.

Mencoba menghalau rasa sesak dan berat di dada.

"Rangga mau ke sekolah Ethan dulu, sekalian ngambil Havid dan Ray yang masih di tahan."

🐥 Hiraeth 🐥

Angkasa menerima suapan dari Allan dan masih terdiam menatap pintu yang tak kunjung memberikan kabar tentang keadaan orang penting di dalamnya.

Arthur bahkan sampai menggantikan baju anak itu dan mencuci mukanya, karena Angkasa benar benar seperti orang linglung dan terus termenung.

Seolah ia telah kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya.

"Daddy jadi inget Asa yang dulu."

Aaron menatap Daddynya, sorotan kosong tanpa emosi itu persis terlihat dengan milik Angkasa sekarang.

Seakan mereka mempunyai hubungan batin yang kuat.

"Asa dulu manja banget, Daddy ga nyangka Asa sekarang udah gede, udah punya orang yang di jadiin tujuan."

Angkasa kali ini menoleh.

"Daddy bangga, punya anak kayak Asa. Apapun hasilnya, Daddy bakal selalu ada di samping Asa buat dengerin semua cerita Asa."

"Daddy bakal meluk Asa yang lama, supaya sedihnya bisa di bagi ke Daddy."

"Liat Asa diem kayak gini, buat Daddy ikut sedih. Tapi gapapa, Daddy sayang banget sama Asa kayak Kak Alex yang sayang banget sama Ethan."

Kini genangan air baning membuat Angkasa memejamkan matanya, menerima pelukan hangat dari Arthur untuk kembali memberinya kekuatan.

"Asa sayang Ethan?"

"Ng, sayang banget."

Arthur mengelus punggung putera bungsunya ketika suara serak yang hampir tak terdengar menggelitik telinganya, ia ingin Angkasa membagi rasa sesak padanya agar si bungsu tak kesakitan sendirian.







"Dad, kapan Ethan bangun?"

🐥 Hiraeth 🐥

.

.

.

Hiraeth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang