🐣 19 🐣

2.8K 270 12
                                    

🐥 Happy reading 🐥

.

.

| Hiraeth |

.

.

Di ruangan bernuansa putih dan beberapa warna tambahan dengan bau obat obatan, sudah berkumpul dari mulai nenek dan kakek Ethan juga kedua temannya yang sudah berganti pakaian.

Para pemuda di atas Angkasa memilih melipir ke kantin rumah sakit, nenek dan kakeknya pun sudah tertidur di brankar dan satu di sofa.

Arthur dan Alex juga Samudera sibuk mengupas buah dan menyuapi remaja kecil yang masih terbaring lemah, dan sesekali meringis sakit.

"Kok kalian bisa ga tau kalo Ethan sering di bully?"

Ray menghembuskan nafasnya kembali. "Dia ga cerita, selalu mau sendiri, kita juga di tahan sama kepsek karena ngehadang anak laki laki yang mau ketemu Ethan."

"Laki laki?"

"Iya, lu udah di ceritain kan pas dia kelas sepuluh? Nah salah satu cewek itu punya abang, dan mau bales dendam."

Angkasa menunduk. "Seharusnya kita satu sekolah aja." Lirihnya.

"Lagian, pas kita mau nyamperin Ethan, kita berdua malah di pegangin tubuhnya sama guru olahraga juga guru seni, karena itu juga bang Sagara yang dateng ke sekolah."

Pemuda manis dan tampan dengan jam melingkar di lengan kanannya mendongak, menatap dua manik boba yang juga sedang menatapnya.

Angkasa tak suka melihat Ethan kesakitan di atas brankar, seharusnya mereka berkenalan lebih jauh dari sebelumnya.

🐥 Hiraeth 🐥

Malam tiba, yang lain sedang mengurus diri mereka yang juga berantakan di rumah, membiarkan Angkasa menjaga Ethan sendirian.

Ah, tidak.

Berempat bersama Ray juga Havid yang tak mau pulang dan mandi.

Angkasa menggenggam telapak halus pemuda cantik yang masih memejamkan mata, seperti princess di dunia dongeng.

" .. Asa? Ga pulang?"

Tidak ada jawaban.

"Muka kamu jelek."

Angkasa mendengus. "Sempet sempetnya ngeledek, masih sakit banget ga kalau nafas?"

Ethan menggeleng lemah. "Enggak, kan kamu nafas Ethan."

"Belajar dari mana kayak gitu?"

"Dari Asa."

   Di sofa dua pemuda yang sama sama memakai jaket sudah memejamkan mata sambil terduduk, tidur di rumah sakit tak buruk juga.

Ethan masih setia menatap setiap lekuk wajah pemuda di sampingnya, menampakan senyuman manis yang menular pada Angkasa.

Langit gelap dengan kemerlap bintang yang terlihat dari jendela ruangan mereka, menambah kecantikan di malam yang sepi.

Angkasa mengecup punggung tangan Ethan dengan lembut, dirinya berdoa agar kesembuhan dapat cepat cepat datang menghampiri dan menyembuhkan Ethan dari rasa sakit.

Kemarin sebelum pemuda pendek itu sadar, Dokter sempet bilang jika keberuntungan dan mukjizat tuhan datang untuk mereka dan menguatkan tubuh Ethan.

Angkasa awalnya sangat terpukul ketika tak sengaja mendengar Daddy dan om Alex membicarakan apa yang terjadi pada orang yang ia sayangi.

Mendengarnya saja Angkasa tak sanggup.

Melihat pemuda cantik itu membuka mata seperti anugrah baginya, sifat dan kelembutan Ethan selalu berhasil menarik dirinya agar lebih dekat dan terjerat pesona.

Ia tak menyesal, menaruh rasa suka pada pemuda yang masih terbaring lemas di atas brankar.

Justru Angkasa bersyukur karena rasa itu di hadirkan di dirinya hanya untuk Ethan.

"Asa jangan ngelamun."

Angkasa bangkit dari duduknya, ia mendekatkan celah bibir pada kening Ethan yang terasa hangat.

Kecupan lama dan tersirat jika ia memberikan semua kasih sayang yang ia punya untuk pemuda cantik yang mulai menikmati kehangatan di keningnya.

"Ethan, kalau aku suka kamu gimana?"

Yang di tanya tersenyum manis. "Ethan juga suka Asa, hihi~"

Kebahagian itu emang sederhana, tau doi juga suka kita aja udah bahagia.


🐥 Hiraeth 🐥

.

.

.

Hiraeth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang