🐣 015 🐣

3.1K 288 18
                                    

🐥 Happy reading 🐥

.

.

| Hiraeth |

.

.

"Kak, Asa nanti pulang telat."

Pria yang sedang memperhatikan kendaraan kesayangannya menoleh, menatap sang adik dengan cemong oli di pipinya.

"Kenapa?"

"Besok kan libur, mau main."

"Bilang Daddy."

  Yang di suruh menghela nafas lelah, dengan malas tubuhnya bangkit dari kursi meja makan, berjalan gontai menaiki tangga dan menulusuri lorong dengan berbagai foto keluarga.

Pintu di pojok yang terbuka sedikit sudah terasa mengeluarkan aura dingin, sepertinya ac belum di matikan.

"Dad?"

Angkasa mengintip.

Melihat sang Daddy sedang duduk menyender di dada abangnya, Aaron sibuk mengelap mulut Arthur dengan lap kecil berwarna cream.

"Abang, Daddy kenapa?"

Aaron menoleh, mengkode adiknya untuk mematikan ac yang masih menyala.

"Masuk angin."

Arthur merintih sambil memegang perutnya, pria itu merasa tak nyaman dengan keadaannya sekarang, satu tangannya menggenggam erat kaus si sulung.

Angkasa memberikan gelas berisi air mineral yang sedikit dingin karena angin, gelas itu sudah sedari malam di diamkan di atas nakas.

Mau mengambil pun akan lebih lama.

"Dad, minum."

Aaron menyampingkan tubu Daddynya, mengusap lembut samping kepala Arthur sambil mengusap perut yang kini terekspos karena sedang di berikan minyak.

"Kamu sekolah, biar abang yang urus."

Angkasa mengangguk patuh.

Berjalan mendekat, untuk memberika kecupan hangat di kening dan hidung Arthur, lalu memberikan satu kecupan di pipi kanan abangnya.

"Asa berangkat, Daddy cepet sembuh."

"Ung .."

Angkasa melangkah kan kakinya mendekati pintu, sebelum sekat itu tertutup ia kembali menengok.

"Bang, Asa pulang telat, mau main."

"Hm, hati hati."

🐥 Hiraeth 🐥

Motor dengan warna gelap dan pemuda di atasnya melaju perlahan di jalanan komplek perumahan yang asri, menikmati udara segar di pagi hari yang sejuk.

Mobil sedan yang ikut memelankan lajunya tepat berada di samping, kaca depan terbuka memunculkan wajah Kevin dengan baju santainya.

"Gak kuliah, bang?"

Kevin menggeleng. "Siang."

"Bang ... Ethan mana?"

  Kevin tersenyum miring, pria itu melempar permen karet yang masih terbungkus ke arah Angkasa, hanya melempar satu biji.

Sebelum mengumpat, pemuda dengan motornya lebih dulu tersenyum lebar ketika melihat kaca belakang mobil yang menampilkan Ethan sedang melambai dengan boneka pororonya.

"Dasar Kevin."

   Sesampainya di sekolah, tiga pemuda sudah stand by di parkiran biasa sambil memakan roti yang di jual di kantin.

Raihan mendekat untuk memberinya rangkulan erat, sebelum mereka berjalan bersama menuju kelas Zetha lebih dulu meninju ringan bahunya sebagai sapaan selamat pagi.

Di koridor sekolah memang selalu ramai, dari beberapa murid kelas lain yang selalu berkumpul di lantai satu.

Tapi kali ini berbeda, di depan mading sekolah banyak sekali murid kelas sebelas dan dua belas yang berkumpul.

Ada beberapa anak kelas sepuluh juga.

"Gi, ada apaan dah?"

Gio mengedikan bahunya. "Ga tau."

  Zetha menerobos murid murid yang badannya lebih besar dari tubuh pemuda itu, setelah tepat berada di depan kaca mading wajahnya melongo tak percaya.

Raihan terlihat was was.

"Apa sih? Gue kok kepo."

Angkasa menoleh ketika rematan di bahunya mengerat, tidak terlalu sakit tapi satu hal yang membuatnya menarik alis ke atas dengan wajah bingung.

"Lu ngapa? Kagak ada apa apa elah, santai."

Gio juga ikut mengelus punggung Raihan yang tertutup hodie hitam, satu tangannya memasukan permen sugus langsung ke dalam mulut Raihan.

"Ada apa, zet?"

Zetha mendengus ketika berhasil keluar dari kerumunan, sorot mata pemuda itu tak bisa di jelaskan.






"Kepala sekolah selingkuh, cuy!"

🐥 Hiraeth 🐥

.

.

.

Hiraeth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang