🐣 16 🐣

2.7K 265 32
                                    

🐥 Happy reading 🐥

.

.

| Hiraeth |

.

.

   Mungkin bagi sebagian orang 'rumah' yang sesungguhnya adalah keluarga, atau sebuah bangunan yang mereka tempati.

Tapi bagi Raihan, pertemanan di sekolah barunya adalah rumah dimana tempat dia seharusnya berpulang.

Zetha dan gio menganggap satu sama lain sebagai sandaran ketika letih, mereka selalu ada untuk satu sama lain.

Dan bagi Angkasa, rumah yang paling nyaman adalah Ethan.

Karena itu ketika pemuda yang masih duduk di atas dahan pohon langsung meloncat tanpa aba aba, saat dirinya mendapat panggilan suara membuat ketiga temannya terkejut.

Satu tangannya terangkat ketika ponsel berdering, wajah yang tadinya terlihat tengil tak lagi menunjukan ekspresi.

Bahkan ketika Gio mencoba menenangkan agar nafas Angkasa lebih rileks, pemuda manis dan tampan itu malah menatapnya tajam.

Seolah itu menganggu.

Raihan bangkit dari duduknya. "Ada apa?"

Tapi pertanyaannya tak ada yang menjawab, Zetha masih serius menatap perubahan wajah teman yang dulu ia anggap wibu.

Gio pun juga merasa bingung.

"Bro, kayaknya gue harus bolos hari ini."

Ketiga temannya langsung berbaris berdiri tegak, wajah kebingungan tak terelakkan.

"Kok? Kenapa?"

"Tumben mau inisiatip bolos sendiri?"

Angkasa tak menjawab, ia justru buru buru mengambil tas yang tersampir di atas pagar belakang sekolah.

Sebelum sempat melewati lubang kecil untuk kabur, Zetha menahan pundaknya.

"Kasih tau kita, jangan bikin khawatir gini dong."






"Ethan masuk rumah sakit anjing."

🐥 Hiraeth 🐥

" ... bang?"

   Sagara yang asik termenung di depan pintu suatu ruangan dengan cepat menoleh, memegang kedua pundak adik iparnya.

Yang membuat Angkasa meringis adalah karena pria di hadapannya meremat begitu kencang seolah melampiaskan emosi.

"Sa, temen temen kamu suruh duduk."

Angkasa langsung menoleh ke belakang.

Sedari tadi ia tak sadar jika di ikuti oleh ketiganya, bahkan mereka sudah berbaris di dekat kursi besi dengan wajah kucel.

Angkasa mendekat.

"G-gue ... gak nyangka kalian ngikutin .."

"Kita kan sahab--

".. bakat stalker lu mantep juga, sampe gue ga sadar."

"Tai."

   Raihan meninggalkan ketiganya ketika ia melihat sesuatu yang lebih menarik, karena ragu dirinya hanya berdiri tepat di samping tubuh yang tadi di hampiri.

Sampai beberapa menit hanya di isi oleh kekosongan dan candaan Zetha juga Gio yang mencoba untuk mengembalikan mood temannya.

"Eh?"

Raihan mendongak.

"I-itu .. om yang saya tolongin itu ya?"

Karena tak enak mengobrol sambil berdiri, Sagara menarik lengan Raihan dengan lembut agar tak berperilaku 'tak sopan'.

Mereka duduk beberapa bangku dari ketiga remaja yang sedang mengobrol.

"Kamu temen Asa?"

"Iya."

"Makasi udah nolongin saya."

"Iya."

"Jangan 'iya' aja."

"Oke."

Percakapan canggung terus berlanjut, seakan salah satu dari mereka mencoba meraih sesuatu yang jauh.

Raihan yang biasa terlihat datar dan diam juga tak peduli banyak hal, kini menjadi tontonan menarik bagi ketiganya.

Karena pemuda itu merapatkan kaki sambil meremat lengan dan menunduk, terlihat gugup.

Sagara terkekeh. "Jangan canggung gitu, saya mau deketin kamu."








Terobos bang.

🐥 Hiraet 🐥

.

.

.


Hiraeth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang