🐣 014 🐣

3.2K 318 10
                                    

🐥 Happy reading 🐥

.

.

| Hiraeth |

.

.

Angkasa memakan buah pisang di balkon kamar, suasana di sore hari terlihat menyenangkan.

Apalagi dengan pria pendek dan boneka pororo di pelukannya yang juga ada di sebrang, sedang tersenyum manis dan melambai riang.

"Masuk Ethan, dingin."

Ponsel di atas meja kecil itu menyala, menampilkan panggilan suara dengan seseorang di sebrangnya.

Ethan mau liat Asa.

"Aku baru beli pisang, mau?"

Permuda di sebrangnya terduduk di atas ayunan, boneka pororo yang sudah lama itu di peluk erat.

Asa mau puding . .

"Besok kita beli, jangan cemberut."

Ethan mengangkat satu lengannya, menunjukan ponsel seolah memberi kode.

Tadi ada yang chat Ethan.

"Siapa?"

Pemuda di sebrang menggeleng. "Gak tau."

"Nanti kasih nomernya ke aku."

Ethan terlihat mengangguk, senyuman manis dan lembut itu tak luntur dari wajah cantiknya.

Lekungan di mata menambah kecantikan.

Roma merah di pipi yang semakin hari semakin bulat itu terlihat lucu, membuat Angkasa ingin mengunyahnya.

"Aku mau ke rumah."

Sini, kak Kevin sama bang Rangga lagi di rumah kamu

"Serius? Papa sama abang?"

Ke kantor, baru aja.

"Sendirian dong?"

Iya, Asa mau ke sini?

Angkasa mengangguk ribut, suapan besar menjadi santapan pisang terakhirnya.

Ia buru buru bangkit dan mengangkat ponsel ke telinga.

"Yo pasti dong, mumpung sepi."

🐥 Hiraeth 🐥

"Pakett!!"

Pintu utama besar di depannya terbuka lebar, menampilkan postur tubuh pendek pemuda yang masih memakai piyama bergambar.

Senyuman manisnya terbit menghias.

"Ethan punya jelly!!"

Angkasa terkekeh kecil, kedua tangannya dengan erat memeluk gemas tubuh di depannya.

Sampai mereka di dapur pun pelukan itu tak di lepaskan, yang perlu di tanya apakah Ethan tidak sesak nafas?

"Lepas dulu, ayo ke kamar."

Yang di ajak memaku di tempat, wajah tampannya terlihat sedang termenung menatap dinding di dekat kulkas besar.

"Di kamar? Berdua?"

"Eung .. i-iya?"

Angkasa menggeleng ribut. "Jangan, nanti ada setan."

Pemuda pendek yang masih memegang bungkus jelly sedikit berjengit, "kamar Ethan ga ada setan!"

"Mending di ruang tengah aja, sambil nonton."

Ethan mengangguk, mengambil kotak biskuit dan tiga susu kotak pisang juga satu susu cokelat. Angkasa akhir akhir ini memang banyak makan, kalau ga kenyang riweh anaknya.

  Setelah menyiapkan semuanya, mereka berdua berjalan beriringan menuju sofa panjang dan duduk bersama.

Televisi mulai di nyalakan, menayangkan kartun sore yang tak begitu terlalu menyenangkan.

Cukup menghibur.

Angkasa menaruh kepala di bahu pemuda pendek yang sempit, wajahnya terlihat damai saat menghirup aroma Ethan.

"Ethan."

Ethan menggumam. "Eum,"

"Tau ga, kenapa kamu sama pantai itu beda."

"Kenapa?"

"Kalo pantai semakin di liat semakin biasa, kalau kamu semakin di liat semakin luar biasa."

Ethan menyuap biskuit. "Asa,"

Yang di panggil menyahut tidak jelas, wajahnya mendusal nyaman di leher temannya yang lembut. "Hm?"

"Kamu itu salah."

Angkasa terkesiap, kedua telapaknya ia gunakan untuk menangkup pipi bulat Ethan, wajah damainya terganti dengan kepanikan.

"Kok? Asa ada salah ya?"

"Kamu itu salah, salah satu kebahagiaanku."

Ethan terkekeh, melihat wajah melas Angkasa yang terlihat naas saat mendengar jawabannya.

Kekehan merdu itu membuat Angkasa tersenyum miris.

"Sumpah ya Ethan, kamu lucu banget bikin aku panik."

"Bohong."

Angkasa menggeleng, ia lingkarkan kedua lengannya di pinggang Ethan. "Kata siapa bohong."

"Muka kamu."



Kayaknya Angkasa harus belajar mempelajari gerakan tubuh agar sama dengan ucapannya bersama Kevin, si misterius aneh.

🐣 Hiraeth 🐣

.

.

.

Hiraeth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang