🐣 007 🐣

3.9K 340 5
                                    

🐥 Happy reading 🐥

.

.

| Hiraeth |

.

.

Drrt . .

Drrt . .

Drrt . .


Bulu mata lentik itu bergerak ketika maniknya mengerjap, bola mata boba yang polos itu terbuka dengan wajah kantuk yang sangat kentara.

Ethan bergerak mematikan alarm ponsel, biasanya ketika Angkasa menginap pasti selalu ada suara alarm di pagi hari untuk membangunkan pemuda itu pagi sekali.

Tapi bukan Angkasa yang terbangun justru Ethan yang terganggu.

Selimut biru itu ia buka, baju tipisnya sudah tersingkap, ada wajah Angkasa yang menempel dengan perutnya.

Ethan tidak tau apa yang Angkasa suka dari perutnya, pemuda tampan dan manis itu selalu meminta Ethan untuk menunjukan perutnya.

"Asa~ . ."

Suara lirih itu di sertai dengan usakan di rambut hitam kelam, tak cukup membuatnya terganggu justru semakin nyaman.

"Ethan pegel~ !"

Angkasa langsung bangkit dari tidurnya ketika sayup sayup mendengar keluhan teman tidurnya.

"Ash! Puyeng."

Tangannya terangkat untuk memijat kening, sedang satu tangannya lagi merambat ke bagian pinggang Ethan.

"Mana yang pegel, sini aku pijet."

Ethan terkekeh kecil. "Mandi, nanti sekolah."

Helaan nafas terdengar keras, bukannya berjalan ke kamar mandi atau pulang, Angkasa malah kembali menenggelamkan wajahnya kembali di bagian dada Ethan.

Perut ramping itu ia peluk.

"Pelukan pagi hari, aku harus isi batre."

"Jangan gini, Ethannya susah gerak."

Angkasa duduk dan menyenderkan tubuh belakangnya ke bagian kepala ranjang, mempersilahkan tubuh kecil Ethan untuk duduk di pangkuannya.

Ia kembali memeluk, tak membiarkan ada celah sedikitpun di antara mereka.

"Harusnya kamu banyak makan."

Ethan menyerngit. "Emangnya Asa mau Ethan gendut?"

"Iya, bagian bokong tapi."

🐥 Hiraeth 🐥

"Tadi malem kenapa ga ikut?"

Angkasa melahap kacang di tangannya. "Ngapel."

Zetha dan Gio terbahak. "Emangnya dia ngerti apa itu 'ngapel'."

"Keknya si enggak."

Raihan terkekeh, pemuda yang selalu memakai hoodie ini memang terlihat sangat misterius.

Ia mendekati anak anak seperti kumpulan Angkasa, karena mereka terlihat seperti punya potensi dan solidaritas yang kuat.

Saat di kelas tengah pun Raihan rela banyak berbicara agar dapat cepat merubah pemikiran Angkasa yang sedikit polos, ia juga mendekati Zetha dan Gio secara perlahan.

Dulu, ia juga mempunyai backingan kakak kelas seperti Kenzo dan Gala, yang terkenal sebagai lulusan pemberontak dan berandal di sekolah.

Tapi mempunyai pertemanan dengan mereka bertiga tak ada salahnya, Angkasa selalu memperhatikan dan peduli padanya, Gio akan menjadi 'ibu' yang cerewet ketika dia sakit, dan Zetha pasti adalah oramg pertama yang maju untuk membelanya.

Sejujurnya, hanya pertemanan seperti ini yang Raihan cari.

Sering kali berpindah sekolah karena ia tak menemukan 'Rumah' yang sebenarnya.

Mereka punya definis 'Rumah' tersendiri.

"Si Ethan di SMA garuda, kan?"

Pertanyaan dari Gio membuat Angkasa reflek mengangguk cepat. "Ada paan emangnya?"

Gio menyandarkan kepalanya ke bahu Zetha, ia menarik lengan yang sudah mempunyai bisep itu agar mengelus kepalanya.

"Gue denger denger, katanya nanti ada penyerangan sekolah. Katanya si, dendam senior. Terus ada bocah yang pernah ngebunuh adek si lawan, makanya setiap bulan mereka selalu boking lapang, tapi sekarang si lawan mulai unjuk diri buat ke sekolah."

Kepalan lengan putih itu mengerat, rahang yang mulai terlihat tegas  mengeras dengan wajah khawatirnya. "Kapan?"



"Hari ini."

🐥 Hiraeth 🐥

.

.

Hiraeth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang