Lost Fiance [III]

819 68 5
                                    

~Happy Reading~

•••

Mobil putih yang menampung dua orang pemuda tampak memasuki kawasan rumah mewah besar, disambut oleh penjaga gerbang sebelum mereka disambut oleh tiga butler.

"Selamat datang, Tuan Muda," Ketiga perempuan dengan pakaian yang sama membungkuk hormat, mereka bergegas mengambil tas hitam yang dibawa sang majikan bersama dengan tas hitam milik pemuda asing yang merupakan tamu dari Tuan Muda mereka.

Pemuda disamping si kecil Park itu tampak kikuk saat menyerahkan barangnya, dia tidak pernah dilayani seperti ini dan dia sudah terbiasa mandiri selama yang dia ingat. Perubahan yang terlalu tiba-tiba ini sedikit banyaknya membuatnya tampak canggung dan kaku.

Jantungnya sudah berdetak kencang saat melihat perumahan yang mereka masuki tadi. Kini keringat dingin mulai mengucur saat dia memulai langkah pertama memasuki gedung besar tempat calon boss-nya tinggal. Dia memang mengincar pemuda manis itu, tapi dia sama sekali tidak membayangkan akan mampu mengotori lantai marmer mahal itu dengan sepatu kotornya.

Kegugupan yang membuat perutnya melilit, dengan wajah yang sedikit pucat. Dia tiba-tiba memiliki dorongan untuk pergi ke kamar kecil untuk menuntaskan panggilan alamnya.

"Ekhm... Tuan Muda, bisakah saya meminjam kamar kecil Anda?" Justin menggosok telapak tangannya dengan gugup saat pemuda manis itu menoleh langsung ke arahnya.

"Hm, tentu saja. Leora, kau tunggu dirinya disini. Justin, kamar mandinya ada di ujung lorong sebelah kananmu. Pakailah sesukamu," Tamu istimewa sang Tuan Muda itu tidak bisa mengartikan senyuman yang diberikan padanya. Dia segera bergegas menuju arah yang ditunjukkan saat dorongan hajatnya semakin menyiksanya, tentu setelah membungkuk hormat pada pemuda manis itu.

Jimin berjalan menuju ruangan yang disana sudah ada kedua orangtuanya dan Hyung kesayangannya sekaligus saudara sepupu dari tunangannya. Dia menggigit bibirnya menahan senyum saat melihat tatapan penasaran yang diarahkan ketiga orang itu.

"Jiji, jika Papa tidak salah ingat, kamu akan membawa tamu istimewa? Dimana dia?" Sang kepala keluarga membuka keheningan itu, Jimin tersenyum tipis.

"Akan datang. Tunggu beberapa menit, dia sedang ada urusan yang yaaahhh tidak bisa ditunda," Pemuda manis itu mendudukan diri di kursinya, meminta segelas manggo juice untuk melepaskan dahaganya. Well, perasaannya cukup menguras tenaga dengan menahan diri agar tidak menghambur merantai tunangan kecil yang lancang menghilang itu. Dia haus.

"Tuan Muda, Tuan Justin disini," Butler perempuan itu menunduk undur diri setelah majikannya memberikan anggukan, Justin hanya menatap canggung para bangsawan itu. Dia dengan ragu berjalan mendekati sang Tuan Muda yang dia kenal terlebih dahulu dengan meneliti satu per satu anggota keluarga disana. Dimulai dari Tuan Park dan Nyonya Park, tidak ada yang aneh. Mereka menawan seperti yang terlihat di televisi, atau majalah atau media apapun itu.

Namun langkahnya terhenti saat melihat anggota terakhir, dia tampak beberapa tahun lebih tua darinya. Aneh. Jantungnya berdetak menyakitkan, itu sama sekali tidak menyenangkan seperti detak jantungnya untuk Tuan Muda. Itu menyesakkan.

Nggiinnngg!

"Ugh!" Justin menutup kedua telinganya saat mendengar suara yang cukup tinggi hingga mampu membuat telinganya terganggu, kepalanya berdenyut nyeri, rasanya seperti dipukul benda tumpul di bagian belakang dan atas tengkuknya. Wajahnya terasa begitu panas seolah dia demam, mulutnya terbuka, dadanya terasa sangat sesak saat paru-parunya seperti menolak udara yang tersangkut di tenggorokan. Lututnya bergetar dan tak lagi mampu menahan beban tubuhnya sendiri, dia jatuh berlutut dengan satu tangan dia gunakan untuk menopang tubuh atasnya agar tidak tersungkur. Bayangan di sekelilingnya berputar dan bercampur dengan gambar aneh, dia tidak bisa mendengar suara selain dengungan yang semakin keras setiap detiknya bersamaan dengan bertambah cepatnya jantungnya berdetak.

KookMin Story [Requested]Where stories live. Discover now