Strength

867 96 8
                                    

Request by myfilter2

~Happy Reading~

***

"Dengan ini aku meresmikan hubungan kalian sebagai sepasang suami dan istri," Kata seorang pendeta di sebuah gereja dengan altar pernikahan, di depannya ada dua orang yang memiliki raut wajah berbanding terbalik. Yang memiliki tubuh lebih kecil memberikan senyum kecil yang begitu tulus, sementara yang lebih besar menampilkan raut wajah datar dengan tatapan dingin.

Keduanya berjalan menuruni altar, menghampiri sepasang pria dan wanita yang tersenyum bahagia, di samping mereka ada wanita lain yang lebih muda dan menunjukkan wajah tak suka yang dia arahkan pada mempelai yang lebih kecil.

"Selamat, Jeongguk dan Jimin. Akhirnya kalian bersama," Wanita yang berusia 48 tahun memeluk kedua mempelai itu, pria yang menjadi pasangan hidupnya hanya memberikan tepukan bahu pada mempelai yang bertubuh lebih besar.

"Terima kasih, Abeoji, Eommonie," Yang lebih kecil bernama Park Jimin, atau sekarang sudah menjadi Jeon Jimin sejak dia resmi menjadi pasangan dari Jeon Jeongguk. Dia memeluk kembali wanita yang kini menjadi ibu mertuanya.

Pernikahan sederhana itu berakhir saat hari semakin sore, kedua mempelai diantarkan ke apartemen mereka. Dua orang yang sama-sama berjenis kelamin laki-laki itu memasuki kamar yang dihias dengan indah.

"Jeongguk, aku akan menyiapkan air untukmu," Suara lembut milik Jimin mengalun di dalam kamar, dia masih tersenyum kecil dan berniat memasuki kamar mandi.

Sret! Bruk!

"Jangan repot-repot. Aku tidak butuh bantuanmu," Tangan pria kecil itu ditarik dan tubuhnya di dorong hingga terjatuh di lantai krem yang dingin, kepalanya langsung menunduk dengan wajah takut. Dia hanya bisa memberikan anggukan pelan.

Brak!

Tubuh kecilnya tersentak saat mendengar pintu kamar mandi ditutup dengan kasar hingga menimbulkan suara yang nyaring, matanya berkaca-kaca. Apakah dia salah menerima permohonan wanita yang menjadi ibu mertuanya? Apakah keputusannya untuk menikah dengan Jeongguk salah? Apakah suaminya sendiri membencinya? Tapi kenapa? Dia hanya ingin membalas Budi dengan kebaikan wanita itu yang sudah menyelamatkan hidupnya dengan memberinya pekerjaan.

Dia mengusap kasar air mata di pipinya, menyunggingkan senyum manisnya lagi. Dia berjalan pelan membuka lemari pakaian, mengambil kaos putih dan celana cokelat selutut. Dia meletakkan pakaian itu di ranjang, sementara dia menunggu dengan sabar di kasur yang akan menjadi tempat peraduannya bersama pasangannya.

Beberapa menit berlalu, pintu kamar mandi dibuka, Jimin mengangkat kepalanya untuk melihat tubuh telanjang Jeongguk yang hanya tertutupi boxer hitam. Wajahnya memerah, dia memalingkan wajahnya ke arah lain, yang penting bukan pemandangan yang menggoda iman itu.

Dia berjalan cepat menuju kamar mandi dengan kepala menunduk, menghindari menatap Jeongguk.

"A-aku sudah menyiapkan pakaianmu. Aku akan mandi," Dia berbisik pelan, cukup keras untuk dapat ditangkap pendengaran Jeongguk yang menatapnya malas.

"Seolah aku peduli," Kepala Jimin semakin menunduk, dia merasakan dadanya sesak, tapi dia mengabaikan itu. Jika saat ini Jeongguk belum menerimanya, maka dia akan membuat pria itu mengakui dirinya sebagai pasangan. Hanya dengan memikirkan itu mampu membuat rasa sesak di dada Jimin menghilang. Wajahnya yang terluka digantikan dengan wajah manis seperti biasanya.

Hampir setengah jam Jimin berada di kamar mandi, kamarnya kosong saat dia keluar dengan bathrobe putihnya.

'Pasti sudah ada di ruang makan,' Dia mengganti pakaiannya dengan cepat, tidak ingin membuat pasangannya menunggu. Apartemen ini adalah pemberian orang tua Jeongguk agar mereka bisa menghabiskan waktu bersama tanpa gangguan.

KookMin Story [Requested]Where stories live. Discover now